Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ahmad Abu Laban: Mereka Tak Suka Agama, Tapi Tak Anti Islam

13 Februari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ahmad Abu Laban kini masuk daftar orang tersibuk di Denmark. Pemimpin Komunitas Muslim di Denmark atau AlWakf alIskandinavi ini diwawancarai oleh berbagai media di dunia dan harus bertemu dengan berbagai pihak. Dan itu semua buntut kontroversi pemuatan karikatur Nabi Muhammad di JyllandsPosten, koran bertiras terbesar Denmark.

Imam asli Palestina yang lahir di Libanon ini memang bertekad ikut membantu menyelesaikan persoalan sebaikbaiknya. Apalagi soal kartun Nabi telanjur membakar amarah umat muslim di berbagai penjuru dunia, dan insinyur listrik ini dituduh sebagai pihak yang memanaskan keadaan. Pasalnya, dia pernah membawa delegasi ke beberapa negara Timur Tengah untuk ”menginternasionalkan” isu kartun Nabi Muhammad, setelah upaya penyelesaian di dalam Denmark gagal.

Ia bagian dari organisasi AlWakf alIskandinavi yang telah berusia 10 tahun. Organisasi multietnik. Organisasi yang sepenuhnya bersandar pada dana dan usaha anggota. Pekerjanya sukarelawan, tanpa bayaran. ”Kebijakan kami didasarkan pada proses belajar dan kebutuhan. Kami tidak punya waktu berselisih pendapat dan bermimpi. Biasanya, kami menggulirkan ide, mengembangkannya, dan jika dibutuhkan kami mengundang kelompok lain untuk membahas ide tersebut,” katanya.

Abu Laban menyebut: menjembatani Islam dengan Barat tujuan organisasi itu. Berikut adalah jawaban Abu Laban atas pertanyaan melalui email oleh Bina Bektiati dari Tempo, Sabtu pekan silam.

Bagaimana perkembangan terkini soal kartun Nabi Muhammad yang dimuat di media massa Denmark dan Eropa?

Sepertinya akan menemui jalan buntu. Para pemimpin di negaranegara Timur Tengah tampaknya melihat persoalan ini sudah berlarutlarut. Mereka merasa sudah terlambat untuk menerima maaf. Sedangkan Perdana Menteri Denmark dan Pemimpin Redaksi JyllandsPosten tidak berniat minta maaf.

Bagaimana pemerintah akan menyelesaikan masalah ini?

Pemerintah sedikit tak berdaya karena harus menghadapi oposisi yang kuat dan mendapat kritik keras bertubitubi. Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan berusaha menjadi mediator persoalan ini. Tapi pemerintah menilai Uni Eropa telah mengecewakannya dan lebih bersandar pada dukungan Presiden Amerika Serikat George W. Bush.

Di sisi politik, Perdana Menteri Denmark Anders Fogh Rasmussen bekerja keras mendapatkan bantuan dari kelompok intelektual. Sedangkan Flemming Rose (editor kebudayaan pengide lomba karikatur Nabi Muhammad) tidak ingin mundur.

Bagaimana komunitas muslim di Denmark ikut serta menyelesaikan masalah ini?

Sejauh ini komunitas muslim di Denmark tidak mendapat kesempatan berperan menyelesaikan masalah ini. Para pemimpin mereka dicap radikal dan pemicu persoalan. Kami hanya mampu berkirim surat kepada para pejabat dan berusaha berkomunikasi dengan media massa.

Usul Anda memperbaiki keadaan?

Pihak ketiga sangat dibutuhkan. Kami berusaha menghubungi beberapa akademisi di Arab agar berdialog dengan media massa. Kami juga mengusulkan agar pimpinan media massa di negaranegara Islam dapat berkunjung ke Denmark melakukan hal serupa.

Bagaimana sebenarnya reaksi warga Denmark pada umumnya?

Publik pada umumnya tidak dapat menangkap esensi kemarahan umat Islam akibat pemuatan kartun Muhammad. Mereka tidak suka agama, tapi mereka tidak antiIslam.

Adakah ketegangan di kalangan warga di sana?

Semuanya masih wajar. Meskipun rasisme terjadi di mana pun di dunia ini dan kelompok sayap kanan di sini bisa memanfaatkan situasi ini, semua di sini masih terkendali.

Lalu bagaimana reaksi komunitas Islam di Denmark? Apakah mereka satu suara?

Jumlah penduduk muslim di Denmark mencapai 180 ribu jiwa atau 3,5 persen dari total populasi. Keadaan di sini kurang lebih sama dengan di negaranegara Eropa lainnya. Komunitas Islam di sini sudah membentuk komite berisi wakil 27 organisasi komunitas muslim dan mewakili 75 persen keseluruhan umat. Komite ini membangun hubungan dengan para akademisi di negaranegara Islam untuk membicarakan persoalan ini.

Kami sebenarnya ingin diam saja, karena kami khawatir kalangan muda muslim akan bereaksi menggunakan kekerasan. Tapi semua itu tidak mungkin lagi. Yang paling baik adalah melanjutkan semua upaya dialog yang sudah dirintis selama ini.

Pada Oktober 2005 sudah ada pertemuan antarpimpinan komunitas muslim di Denmark. Pihak pimpinan komunitas muslim justru dianggap sebagai pihak yang memanaskan situasi.

Apa saja langkah yang diambil setelah penerbitan kartun pada September 2005?

Komite perwakilan komunitas muslim waktu itu memutuskan melakukan beberapa langkah. Pertama, menghubungi JyllandsPosten dan mengusulkan solusi. Kami juga telah berkirim surat ke Menteri Kebudayaan, tapi tidak ditanggapi.

Lalu kami membuat laporan tertulis, disampaikan ke Imam Agung AlAzhar Mesir, Syekh Mohammad Sayyed Tantawi. Sekretaris Jenderal Liga Negara Arab Amr Musa juga kami temui. Malah Perdana Menteri Mesir menjadi tuan rumahnya. Kami sejak semula sama sekali tidak punya kepentingan politik.

Bagaimana hasil kunjungan ke Mesir?

AlAzhar tidak mengirim utusan ke Denmark. Mereka hanya menyampaikan sikap melalui Kementerian Luar Negeri Mesir yang disalurkan ke pemerintah Denmark. Tapi media massa di Mesir mulai menulis tentang masalah ini.

Sebenarnya pemerintah Denmark juga telah meminta duta besarnya di Mesir menemui Imam Agung AlAzhar, tapi sang duta besar malah memberikan informasi yang tidak lengkap.

Selain ke Mesir, perwakilan muslim Denmark melobi ke negara mana?

Libanon, Qatar, dan Arab Saudi.

Jadi, reaksi keras yang muncul di Timur Tengah bisa dikatakan dampak kunjungan wakil komunitas muslim Denmark?

Seusai musim haji, para intelektual muslim mulai mengangkat isu ini ke permukaan. Muslim di negaranegara Arab pun mulai memboikot produk Denmark sehingga merugikan pihak pengusaha. Berbagai upaya kelompok industriawan Denmark menenangkan keadaan tidak berhasil. Dari sanalah protes komunitas muslim dari berbagai negara berawal.

Bagaimana kondisi umat Islam di Denmark? Benarkah pernah ada pembangunan masjid di Kopenhagen yang gagal karena tidak disetujui pemerintah setempat?

Denmark dan Belanda adalah negara paling liberal di Eropa. Kebebasan beragama dijamin konstitusi. Yang kami perjuangkan adalah kesetaraan beragama.

Kami tidak punya masjid layak karena tidak ada uang. Kami umumnya pekerja rendahan dengan penghasilan kecil. Tanpa bantuan dana pihak luar, kami tidak mungkin membangun masjid besar. Sebenarnya sudah ada izin dari pemerintah kota Kopenhagen untuk membangun masjid.

Siapa muslim di Denmark?

Kedatangan komunitas muslim di sini baru sejak 30 tahun lalu, yaitu ketika ada gelombang pengungsi pada pertengahan 1980an dari berbagai negara seperti Irak, Aljazair, Bosnia, dan Somalia. Mereka semua berasal dari berbagai faksi. Semua kelompok ada di sini. Tapi perbedaan kami tidak terlalu berpengaruh karena kami hanya bersedikit. Sekelompok kecil dari Pakistan menyatakan diri sebagai JamaateIslami (faksi militan). Mayoritas adalah Brelwis (pengikut Ahmad Brelwi).

Bagaimana Anda melihat persoalan ini? Apakah ini refleksi dari clash of civilizations?

Seperti dalam khotbah sembahyang Jumat (pekan lalu), saya sampaikan bahwa dalam atmosfer demokrasi Eropa, justru kami orang muslimlah yang tidak memiliki visi dan tidak mampu menyampaikan dan mengangkat kebutuhan kami. Untuk itulah kami ingin membangun dialog, interaksi, dan kebersamaan di antara umat manusia.

Jadi, pelajaran apa yang bisa diambil?

Berpikir lebih luas, meningkatkan kemampuan kami, memperdalam pengetahuan tentang komunikasi massa, dan menyusun prioritas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus