Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Allahu akbar, Allahu akbar. Teriakan takbir itu bergema dari sekitar dua ribu orang Hizbut Tahrir Indonesia yang melakukan aksi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Sabtu pagi, 11 Februari lalu. Aksi ini untuk memprotes pemuatan kartun Nabi Muhammad di koran Denmark, JyllandsPosten.
Aksi ini berlangsung sejak Sabtu sekitar pukul 09.00. Massa dari Hizbut Tahrir berkumpul di Bundaran Hotel Indonesia, tepatnya di sisi yang berdekatan dengan Gedung Nusantara. Ada panggung cukup besar untuk orasi, dan speakernya disebar di berbagai penjuru. Peserta aksi berasal dari aktivis Hizbut Tahrir yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya.
Sementara itu, di Kopenhagen, seusai salat Jumat, udara dingin mencapai satu derajat Celsius. Lima bulan setelah pemuatan 12 kartun bercorak satir tentang sosok Nabi Muhammad oleh koran JyllandsPosten di Denmark, pencitraan Nabi Muhammad sebagai sosok teroris masih terbayangbayang. Kepalanya diselimuti sorban berbentuk bom yang sumbunya siap meledak. Bom itu berhiaskan dua kalimat syahadat dalam aksara Arab. Muatan satir kartun yang mengasosiasikan Nabi Muhammad dengan teroris inilah yang melukai perasaan mayoritas umat Islam.
Salah seorang seniman kartun, Franz Füchsel, mengaku tak bermaksud menyakiti perasaan umat Islam. Tapi Flemming Rose, redaktur seni di koran itu, berkeras bahwa kepentingannya sematamata menegaskan hak menyatakan pendapat atas tabu agama.
Kontroversi itu memang tak berhenti pada hak kebebasan berekspresi. Apalagi, tiga tahun lalu, koran ini menolak sejumlah kartun yang mengolokolok Yesus. Alasannya, tidak lucu dan akan memprovokasi kemarahan. Editor yang menolak kartun itu adalah Jens Kaiser. Sekarang Kaiser menolak membandingkan dengan kartun Nabi Muhammad saat ini. Alasannya mungkin tak begitu memuaskan: JyllandsPosten tak pernah meminta kartun Yesus itu.
Duta besar 11 negara muslim mengimbau Perdana Menteri Anders Fogh Rasmussen mengambil langkah yang perlu untuk menghadapi penistaan terhadap Islam itu. Tapi Rasmussen tak bisa berbuat apaapa, karena konstitusi Denmark menjamin kebebasan berbicara. Maka sejumlah organisasi muslim Denmark mengambil langkah hukum dengan mengadukan JyllandsPosten ke polisi dengan tuduhan melanggar pasal 140 undangundang pidana.
Pasal itu menyebutkan larangan bagi siapa pun secara publik mengejek atau menghina dogma atau ibadah komunitas agama yang ada di Denmark. Sedangkan pasal 266b menyebut adalah merupakan tindakan kriminal menyebarkan pernyataan atau informasi lain yang mengancam sekelompok orang, menghina, atau merendahkan kehormatan agama mereka. Atas pengaduan itu, polisi melakukan penyelidikan pada 27 Oktober 2005.
Namun pada 6 Januari 2006, jaksa di Viborg menghentikan penyelidikan. Ia berkilah: jika kebebasan berbicara digunakan, berarti sudah merupakan penghormatan pada hak asasi lainnya, termasuk hak perlindungan terhadap diskriminasi, penghinaan, dan merendahkan. Tak ada pelanggaran hukum yang terjadi atas pemuatan kartun Nabi Muhammad itu, katanya.
Argumen jaksa itu memang klop dengan preseden yang pernah terjadi ketika seorang perupa, Jens Jørgen Thorsen, pada 1984 diminta melukis di dinding stasiun kereta api. Thorsen menggambar Yesus tanpa busana dengan kemaluan dalam kondisi ereksi. Pada 1992 Thorsen juga menyutradarai film yang menggambarkan Yesus aktif secara seksual. Karya mural Thorsen dan filmnya memang menimbulkan perdebatan sengit, tapi tak ada tuntutan kriminal atas dirinya. Sebagaimana di negara Barat lainnya, Yesus selalu menjadi obyek penggambaran di Denmark, tapi sebagian rakyat Denmark tak menganggapnya penghinaan. Kini, entah mengapa karya mural Thorsen kini dihapus dari dinding stasiun kereta api.
Pada 2005, kontroversi kartun Muhammad hanya memperoleh perhatian sedikit media di luar Denmark. Enam dari kartun itu bahkan dicetak ulang oleh koran Mesir, Al Faqr, pada Oktober 2005 tanpa muncul reaksi. Tapi, ketika sejumlah negara tetangga Denmark memuat kartun itu secara lengkap dalam waktu yang sama, protes pun merebak.
Pada 2 Februari lalu sejumlah media di Prancis, Jerman, Spanyol, dan Italia memuat kembali edisi lengkap kartun Nabi Muhammad itu sebagai dukungan terhadap koran JyllandsPosten, atas nama kebebasan menyatakan pendapat. Di Prancis, di halaman depan, tabloid FranceSoir menulis judul provokatif: ”Ya, Kami Punya Hak Membuat Karikatur Tuhan”. Maka kartun Buddha, Yahudi, Islam, dan Kristen sedang melayang di awan.
Prancis adalah negara Eropa Barat dengan komunitas muslim terbesar, sekitar 5 juta jiwa. Menurut Mohammed Bechari, Presiden Federasi Nasional Muslim Prancis, kelompoknya akan mengajukan gugatan hukum terhadap FranceSoir, koran yang memuat karikatur itu. Gambar itu melukai perasaan 1,2 miliar penduduk muslim dunia. Sejak itu gelombang protes merebak, mulai dari Semenanjung Arabia, Afrika Utara, hingga Indonesia.
Ada penerbitan kembali kartun itu, ada juga lawatan sejumlah ulama Denmark yang tidak puas dengan keputusan kejaksaan. Rombongan ulama yang terdiri dari Imam Ahmad Abu Laban, Akhmad Akkari, dan dipimpin oleh Syekh Rais Huleyhel ini menandatangani petisi. Mereka menemui Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa, Mufti Besar Mesir Ali Gomaa, dan Syekh Universitas AlAzhar Kairo Mohammed Sayed Tantawi, serta Kementerian Luar Negeri Mesir. Mereka menggelar kasus kartun Nabi Muhammad itu dan mengeluh berada dalam situasi Islamofobia, dan mereka minta dukungan.
Di Denmark opini penduduk pribuminya terbelah. Kelompok kiri menggelar demonstrasi di dekat stasiun kereta api Hilleroed, sekitar 30 kilometer timur laut Kopenhagen. Mereka mendukung protes umat Islam terhadap pemuatan karikatur Nabi Muhammad. Mereka menggelar spanduk yang meminta orang ”melibas pengikut Nazi”. Bagi mereka, kebebasan berekspresi tak berarti menyakit orang lain. ”Kami menyatakan tidak pada sikap rasis dan rakyat Denmark yang dungu memusuhi penduduk muslim,” ujar Daniel Savi, aktivis organisasi pemuda Partai Rakyat Sosialis.
Satu jam sebelumnya, di tempat yang sama berlangsung demonstrasi dari kelompok kanan yang diorganisasi kelompok Front Rakyat Denmark. Mereka mendukung koran JyllandsPosten, memprotes pembakaran bendera Denmark dan serangan terhadap Kedutaan Denmark di sejumlah negara muslim.
Rangkaian kerusuhan yang panjang itu akhirnya memaksa Perdana Menteri Denmark Anders Fogh Rasmussen tampil di sejumlah televisi Arab, minta maaf atas rasa sakit hati umat Islam akibat kartun itu, pada 2 Februari lalu. Tapi ia juga membela kebebasan berekspresi. ”Kita sekarang menghadapi krisis global akibat kartun itu,” ujar Rasmussen. Menurut Rasmussen, kaum ekstremis memanfaatkan benturan peradaban dengan mengeksploitasi kontroversi kartun itu.
Casten Juste, editor JyllandsPosten, semula menolak tekanan agar dia minta maaf. Tapi penerbit JyllandsPosten akhirnya minta maaf pada 30 Januari. Juste mempertahankan haknya mempublikasikan kartun itu, tapi minta maaf telah menyakiti banyak muslim. JyllandsPosten adalah koran tua yang berdiri sejak 2 Oktober 1871. Meski tidak diterbitkan di Ibu Kota Kopenhagen, JyllandsPosten merupakan koran yang sirkulasinya terbesar di Denmark, 158 ribu eksemplar per hari. Penerbitnya mengaku sebagai koran independen, tapi masyarakat menggolongkan JyllandsPosten berideologi kanan tengah. Koran ini dikenal bersuara keras terhadap imigran yang umumnya berasal dari negara Timur Tengah.
Gelombang protes tak menanggapi suara yang minta maaf jenis itu. Ritual demonstrasi kian bervariasi: demo biasa, membakar bendera, ancaman pembunuhan dan bom, serta di 15 negara muslim, dari Aljazair hingga Pakistan, terjadi aksi boikot produk Denmark. Akibatnya, sekitar 200 jenis pekerjaan tutup warung di Denmark. Akan lebih banyak pekerjaan yang bangkrut jika boikot berkepanjangan. Ekspor Denmark ke negara Arab sekitar US$ 2,6 miliar setahun.
Arab Saudi, Libya, dan Suriah menarik duta besarnya dari Kopenhagen. Di Libanon dan Suriah, massa membakar kantor Konsulat Denmark. Di Tepi Barat, Palestina, sekitar 300 orang menyerang misi pengamat internasional di Hebron. Sebanyak 60 anggota misi ada di dalam markas. Beberapa pemrotes memaksa masuk, tapi polisi berhasil mengendalikan situasi.
Adapun di Teheran, Iran, ratusan orang melempari kantor kedutaan Denmark dan Austria dengan batu dan bom molotov, Senin pekan lalu. Salah satu koran terkemuka di Iran, Hamshahri, semakin memanaskan kontroversi karikatur Nabi Muhammad dengan menggelar kontes karikatur tentang pembantaian warga Yahudi—holocaust—di Eropa pada masa Perang Dunia II. Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad menyatakan bahwa sejarah tentang pembantaian warga Yahudi oleh Nazi adalah mitos yang dijadikan komoditas politik. Koran ini menantang media Barat memuat hasil kontes karikatur tentang holocaust ini. Tujuannya, kontes karikatur ala Hamshahri ini sama dengan tujuan pengelola koran konservatif Denmark, JyllandsPosten, dengan menerbitkan karikatur Nabi Muhammad. Ia mengukur toleransi dunia Barat tentang kebebasan berekspresi.
Di Afganistan berlangsung kerusuhan yang paling buruk. Polisi dan pasukan Amerika membunuh empat orang pada Rabu pekan lalu, ketika rakyat Afganistan memprotes karikatur tentang Nabi Muhammad di pangkalan militer AS di Kota Qalat, provinsi selatan Afganistan. ”Pangkalan itu menjadi target karena AS merupakan pemimpin Eropa dan pemimpin kafir di dunia,” ujar Sher Mohammed, 40 tahun, petani tua yang menderita luka tembakan ketika ikut berdemonstrasi di Qalat. ”Mereka semuanya musuh Islam. Mereka menduduki negeri kami dan harus diusir,” ujar Mohammed. Pejabat Afganistan menuduh AlQaidah berada di balik kerusuhan berdarah di Afganistan selama tiga hari protes yang mengakibatkan 11 orang tewas. Rakyat Afganistan tergerak memprotes karikatur itu hanya lewat pemberitaan radio.
Di Denmark dan negeri lain, sejumlah editor dipecat karena memuat kartunkartun itu. Di Sabah, Malaysia, redaktur Sarawak Tribune mengundurkan diri setelah mengizinkan pemuatan kartun Muhammad. Sebaliknya sejumlah anggota redaksi New York Press mundur dari koran itu karena koran itu memutuskan tak menerbitkan karikatur Muhammad, meski lewat tajuk rencana koran ini mengkritik koran lain karena tidak menerbitkan karikatur itu.
Para pemimpin Barat pun khawatir terhadap dampak kerusuhan itu. Menteri Luar Negeri AS, Condoleezza Rice, menuduh Iran dan Suriah memanfaatkan kontroversi kartun Nabi Muhammad untuk mengobarkan sikap antiBarat dan Amerika di kawasan Timur Tengah. Pejabat Uni Eropa dan diplomat percaya bahwa kekerasan terhadap misi diplomatik negara Eropa dan penduduk di Damaskus, Beirut, Teheran, dan Gaza bukanlah terjadi secara spontan, melainkan dikompori oleh pemerintah atau kelompok politik. Suriah dituduh berada di balik pembakaran kantor Kedutaan Denmark di Beirut.
Menurut sejumlah analis, situasi saat ini merupakan ”hadiah” bagi dua kubu kelompok ekstrem. ”Islam fundamentalis dan ekstrem kanan Eropa menikmati hadiah yang dapat digunakan menyulut api setelah api membara,” ujar Jeanne Haaland Matlary, pakar hubungan internasional dan bekas Wakil Menteri Luar Negeri Norwegia.
Setelah kekerasan dalam gelombang protes di negara muslim itu, konflik terdorong ke dua sisi menyeberangi arah yang tak diduga. Kedua belah pihak melihat satu sama lain dengan kecurigaan dan pandangan sempit. Bagi sementara media Barat, kebebasan berbicara menjadi dogma yang tak bisa ditawar. Sama halnya dengan sikap umat Islam menjaga kemuliaan nabinya juga dipegang sebagai dogma. Padahal, kata Terry Davis, ketua lembaga hak asasi Dewan Eropa, semua kebebasan, termasuk kebebasan berbicara, diperoleh dengan tanggung jawab.
Saat protes merebak, sejumlah orang Eropa menyadari bahwa minoritas muslim di Eropa—di Inggris 3 persen, di Denmark 4 persen, di seluruh Uni Eropa sekitar 5 persen—dapat memiliki kekuatan melampaui dunia Islam. ”Tak ada lagi isu yang dianggap ringan tentang kelompok imigran. Yang ada hanya pahlawan kebebasan berbicara di Denmark, dan ada juga pahlawan dari Semenanjung Arab, Afrika Utara, hingga Indonesia yang siap menyusun barikade untuk membela kehormatan nabinya,” ujar Jürgen Gottschlich, wartawan Jerman yang menetap di Istanbul, Turki.
Raihul Fadjri, Abdul Manan (BBC, Washington Post, Guardian, AFP, AP)
Dari Sampul Buku hingga Demonstrasi
Sebuah penerbit buku memintanya untuk kover buku Koran and the Prophet’s Life (Quran dan Kehidupan Nabi Muhammad). Ini buku untuk anak karya penulis Denmark, Kare Bluitgen.
30 September 2005 Koran Denmark JyllandsPosten, yang beroplah 158 ribu eksemplar, mengundang 40 kartunis menunjukkan kreativitas. Hasilnya, koran itu memuat 12 ilustrasi tentang Nabi Muhammad dan Islam dari para karikaturis Denmark.
12 Oktober 2005 Muslim di Kopenhagen, Denmark, memprotes, menyatakan keberatan terhadap pemuatan kartunkartun yang menggambarkan Nabi Muhammad itu. Seorang pemuda ditangkap karena mengancam redaksi JyllandsPosten melalui telepon.
13 Oktober 2005 Komunitas muslim Denmark meminta JyllandsPosten minta maaf atas pemuatan kartun tersebut. Pemimpin Redaksi Jyllands, Carsten Juste, menolak minta maaf.
10 Januari 2006 Penerbitan asal Norwegia, Magazinet, yang bertiras kecil, memuat ulang 12 kartun JyllandsPosten itu.
20 Januari 2006 Duta besar negaranegara Islam di Denmark menyampaikan keberatan kepada Perdana Menteri Denmark, Anders Fogh Rasmussen, atas pemuatan kartun itu.
26 Januari 2006 Arab Saudi memanggil duta besarnya di Denmark.
27 Januari 2006 Terjadi reaksi di Arab Saudi untuk memboikot produk Denmark. Aksi menjalar ke negara di kawasan Teluk lainnya: Bahrain, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
28 Januari 2006 Perusahaan Denmark, Arla Foods, membuat iklan di korankoran terbitan Timur Tengah, menjernihkan masalah dan berharap tak ada lagi boikot produk negerinya.
29 Januari 2006 Libya menutup sementara kedutaan besarnya di Denmark. Komisi Perdagangan Uni Eropa mengancam akan membawa aksi boikot ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
30 Januari 2006 Kelompok bersenjata Brigadir Martir AlAqsa menduduki kantor Uni Eropa di Gaza. Ribuan orang berdemo di jalanjalan, membakar bendera dan foto Perdana Menteri Denmark. Sementara itu, Magazinet di Oslo minta maaf melalui edisi online majalah itu.
31 Januari 2006 Redaksi JyllandsPosten minta maaf atas pemuatan karikatur itu. Menteri dari 17 negara Arab mendesak pemerintah Denmark menghukum JyllandsPosten. Pemerintah Denmark menerima permohonan maaf Jyllands, namun tetap mempertahankan kebebasan pers, menolak desakan negaranegara Arab soal hukuman terhadap media massa, karena sistem pemerintahan dan hukumnya berbeda. Kantor redaksi Jyllands kembali diancam bom.
1 Februari 2006 Koran Prancis France Soir memuat lagi 12 kartun yang pernah dimuat Jyllands. Die Welt dan Berliner Zeitung di Jerman juga memuat ulang kartun tersebut. Muslim Prancis yang sedang sensitif langsung bereaksi, begitu juga umat Islam di belahan dunia lainnya.
2 Februari 2006 Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan, minta umat Islam menahan diri dari tindakan anarkis garagara kartun tersebut.
3 Februari 2006
- Seperti zat kimia, ada aksi, ada reaksi. Protes umat Islam dibalas pemuatan kembali kartun itu di koran Spanyol El Pais, koran Prancis Le Monde dan Liberation, De Standaard dari Belgia, Novinar dari Bulgaria. Tabloid The Sun, Inggris, memuat kartun itu, walau dengan kotak merah yang menutup gambar Nabi Muhammad.
- Di Jakarta, meledak demonstrasi di depan Kedutaan Besar Denmark di kawasan Kuningan. Di Surabaya, terjadi demo di depan Konsulat Denmark.
5 Februari 2006
- Bangunan dan tempat tinggal misi diplomatik Denmark di Beirut dibakar dalam sebuah demonstrasi, juga Kedutaan Austria dan Slovak.
- Reaksi serupa juga terjadi di Damaskus, Suriah, Kedutaan Denmark dan Norwegia diserang massa pengunjuk rasa.
6 Februari 2006 Dalam pertemuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) ke57, pemerintah yang tergabung dalam organisasi itu mengecam pemuatan kartun dan meminta semua pihak menjaga diri. Namun, OKI juga mengutuk pembakaran kedutaan besar negara Eropa di beberapa tempat negara anggota OKI.
8 Februari 2006
- Tiga orang Afganistan tewas dalam protes kartun dan juga serangan ke pangkalan militer AS di Qalat, Afganistan.
- Demo di Dhaka, Bangladesh, membakar bendera Denmark, Italia, dan negara Eropa lainnya, serta menyerukan boikot produk negara tersebut.
9 Februari 2005
- Uni Eropa memperingatkan warga negaranegara Uni Eropa berhatihati pergi ke 19 negara di Timur Tengah. Denmark membuat travel warning agar warganya tidak ke Indonesia.
- Di Libanon, demo damai diikuti ratusan ribu orang. Acara demo itu mengiringi peringatan kematian Imam Hussain AS (Asyura). Aksi serupa juga terjadi di Jakarta, Afganistan, Pakistan, Iran, dan Suriah.
- Perasaan antiBarat menyeruak ke berbagai belahan dunia mengiringi protes pemuatan kartun Nabi Muhammad di berbagai media massa.
Ahmad Taufik, dari berbagai sumber
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo