Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ahmad Mushaddeq: Kapal Muhammad Sudah Hancur

5 November 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENAMPILANNYA tak seperti orang tua lainnya. Dia membungkus tubuh gempalnya dengan polo shirt kuning plus jaket korduroi hitam. Gayanya makin funky saja dengan celana jins bermerek BMW. Hanya uban di balik peci hitamnya yang tak bisa menutupi senja usianya.

Begitulah penampilan Ahmad Mushaddeq, 63 tahun, saat datang ke kantor majalah Tempo tiga pekan silam. Tapi ketegarannya tidak terlihat lagi ketika ia menyerahkan diri ke markas Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya, Rabu pekan lalu.

Laki-laki asli Betawi ini lahir dengan nama Abdul Salam. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Olahraga Jakarta, dia menjadi guru di sebuah sekolah dasar di Menteng, Jakarta Pusat. Menurut Muthmainah, sang istri, Abdul merupakan cucu Ahmad Toha, pendiri ilmu silat. ”Sampai hari ini banyak muridnya yang mencari beliau supaya mengajar, tapi bukan itu maunya,” katanya.

Dia lalu masuk Dinas Olahraga DKI dan menjadi pelatih fisik tim bulu tangkis nasional pada 1979 hingga 1990. Anak didiknya antara lain Icuk Sugiarto. Mantan pemain Christian Hadinata mengenangnya sebagai orang yang mudah bergaul dan religius. Untuk menambah penghasilan, ia berbisnis jual-beli tanah, sehingga dapat menyekolahkan anak-anaknya ke Bandung sampai ke Swiss di Eropa sana.

Berikut petikan wawancara dengan Mushaddeq:

Apa yang membuat Anda yakin telah dipilih Allah sebagai rasul?

Saya bertahanut selama 40 hari 40 malam di vila saya di gunung Bunder, Bogor. Saya bermimpi, pas pukul 12 malam, didatangi seseorang dan dibawa ke pantai. Di sana ada kapal besar terdampar. Ribuan orang sedang mencari jalan keluar tapi tidak ketemu. Saya terjaga. Saya bicara kepada Allah, kalau mimpi ini memang dari Engkau, berilah aku mimpi yang sama. Esoknya, saya mimpi persis sama. Saya minta lagi, dan besoknya mimpi lagi.

Bukankah itu cuma mimpi, bagaimana Anda yakin itu wahyu?

Mimpi tentang kapal itu tamsil, yaitu ada kapal yang akan tenggelam dengan banyak penumpang. Siapa mereka, yaitu kaum agamis yang masih bersyahadat pada Muhammad. Sebenarnya kapal Muhammad ini sudah hancur 700 tahun lalu setelah pasukan dari Mongol mengalahkan Bagdad pada 1280. Nah, untuk menegakkan kekhalifahan Islam kembali, perlu ditunjuk rasul. Tiga hari sebelum malam terakhir, saya bermimpi dilantik oleh Allah: umumkan kepada dunia bahwa kamu adalah rasul. Saat itu tanggal 23 Juli 2006.

Menurut sejumlah hadis, tak ada lagi nabi dan rasul setelah Muhammad.

Pegangan kami Al-Quran. Kami tak akan bergeser seujung rambut pun dari Al-Quran. (Mushaddeq mengutip Quran surat 28:59) Tidaklah Allah menghancurkan suatu negeri, kecuali di ibu kota itu dibangkitkan seorang nabi. Ini menunjukkan masih ada nabi. Untuk apa keberadaan nabi itu? Untuk mengingatkan sebelum Allah menjatuhkan hukuman. Saya adalah rasul dari Betawi.

Al-Qiyadah tak percaya hadis?

Hadis yang ada sekarang disusun 350 tahun setelah Nabi wafat. Dari 500 ribu, terkumpul 500 hadis. Itu pun kata Bukhari harus diperiksa. Buat apa menghabiskan waktu untuk yang tidak pasti, padahal di Quran semua sudah ada.

Kenapa tidak salat lima waktu?

Kami hanya menjalankan kewajiban se-perti dalam surat Al-Muzzammil (salat malam dan baca Quran). Kita masih hidup dalam periode Makkiyah, kami belum bisa mewajibkan salat kepada warga. Makanya hari ini perintahnya berdasarkan akidah. Salat lima waktu belum, zakat dan puasa tidak ada. Tapi nanti pada saatnya akan ada. Menunggu hijrah. Kapan hijrahnya? Belum ada wahyu dari Allah.

Siapa saja pengikut Anda?

Banyak. Jemaah kami biasanya mahasiswa, pelajar, atau orang muda. Karena kami mengajarkan Islam berdasarkan pendekatan akal pikiran yang logis, dijelaskan apa itu Islam, perjalanan sejarah Islam, apa itu Al-Quran.

Yudono, Irfan Budiman, Ig. Widi Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus