Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pakistan Bom untuk Musharraf
Serangan bom bunuh diri menewaskan enam orang dan melukai sebelas orang di dekat markas Angkatan Darat Pakistan yang juga merupakan kantor Presiden Pervez Musharraf di Rawalpindi, Selasa pekan lalu. Saat itu Musharraf berada di kantornya. ”Presiden Musharraf selamat di dalam markas besarnya ketika ledakan terjadi,” kata juru bicara presiden, Rashid Qureshi. Bom tersebut diledakkan seorang pejalan kaki yang mendekati pos pemeriksaan kantor Musharraf itu. Serangan bom meningkat terutama menjelang kepulangan bekas perdana menteri Benazir Bhutto, yang juga disambut serangan bom bunuh diri di Karachi pada 18 Oktober lalu dengan korban tewas sekitar 130 orang.
Burma Biksu Berdemo Lagi
Sekitar 100 pendeta Buddha kembali menggelar demonstrasi di Burma, Rabu pekan lalu. Barisan biksu itu berdoa sembari berjalan melewati kawasan Pakokku, tempat demonstrasi besar pendeta Buddha yang dibubarkan secara paksa oleh militer dengan menewaskan 10 orang. Pakokku adalah pusat pendidikan agama Buddha yang berada sekitar 630 kilometer dari Rangoon. Sejak insiden itu, militer menangkapi ribuan biksu. Menurut saksi mata, pada pawai itu para biksu tak mengeluarkan pernyataan politik. Menurut seorang biksu, protes yang lebih besar sedang direncanakan.
Demonstrasi ini terjadi menjelang kedatangan kembali utusan khusus PBB, Ibrahim Gambari, ke Burma, yang direncanakan Sabtu pekan lalu. Menurut Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, kunjungan Gambari kali ini harus membawa hasil yang mendasar. ”Saya akan menginstruksikan apa yang harus dia (Gambari) lakukan,” ujar Ban. Gambari ditugasi menekan junta militer agar lebih demokratis, membebaskan demonstran, dan membuka negeri itu sesegera mungkin. Kunjungan pertama Gambari 29 September lalu dianggap gagal melunakkan junta militer.
Jepang Cabut dari Afganistan
Pemerintah Perdana Menteri Yasuo Fukuda menarik pulang dua kapalnya di Samudra Hindia yang bertugas memasok bahan bakar bagi kapal perang Amerika Serikat dan sekutunya di Afganistan, Kamis pekan lalu. Kabinet Fukuda gagal memperbarui misi kapal itu karena ditentang partai oposisi yang menguasai majelis tinggi.
Menurut Fukuda, Jepang perlu melanjutkan dukungan kepada operasi militer Amerika dan sekutunya di Afganistan sebagai solidaritas terhadap upaya Amerika membasmi terorisme. Partai Liberal Demokratik Jepang (LDP), yang memerintah, berupaya membujuk kubu oposisi yang dipimpin Ichiro Ozawa agar mengubah sikap. Tapi kubu oposisi menentang Jepang terlibat dalam ”perang Amerika” di Afganistan. Sikap oposisi ini diduga akan mempengaruhi hubungan Jepang-Amerika.
Amerika Serikat Retorika Anti-Iran
Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Mohamed El Baradai kembali menegaskan tak ada informasi bahwa Iran sedang menjalankan program senjata nuklir. ”Kalaulah Iran sedang membuat senjata nuklir, mereka setidaknya masih butuh beberapa tahun untuk bisa menghasilkannya,” ujar Baradai di Washington, 28 Oktober lalu. Penegasan Baradai ini sehubungan dengan meningkatnya retorika anti-Iran oleh Presiden Amerika George W. Bush dan Wakil Presiden Dick Cheney. Situasi yang sama terjadi ketika Amerika akan menginvasi Irak.
Turki Siap Serbu Irak Utara
Kabinet Turki memberlakukan sanksi ekonomi terhadap kelompok yang mendukung gerilyawan Partai Pekerja Kurdi (PKK), Rabu pekan lalu. Meski belum jelas sasaran sanksi ekonomi itu, diduga sasarannya pemerintah otonomi Kurdi yang dipimpin Masoud Barzani di Irak utara. Barzani membuat berang pemerintah Ankara karena menolak permintaan Turki melibas sekitar 3.000 gerilyawan PKK yang diduga berlindung di Irak utara.
Turki meminta Irak menyerahkan pemimpin PKK yang berlindung di Irak, tapi ditolak. ”Mereka tidak di bawah kontrol kami. Mereka di pegunungan dan bersenjata,” kata Menteri Luar Negeri Irak Hoshiyar Zebari. Turki kini siap menerobos perbatasan Irak dengan 100 ribu personel pasukan yang didukung pesawat tempur, helikopter, dan tank.
RFX (AP, AFP, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo