Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Akhirnya Toh Pindah Juga

Kantor TEMPO pindah ke puncak proyek senen. Pada ultah kw 6, seluruh karyawan, direktur dan komisaris juga Ali Sadikin, berdoa dan makan bersama di kantor baru.

19 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YAH, akhirnya toh pindah juga. Setelah agak termangu-mangu untuk meninggalkan kantor lama, 8 Maret, lepas tengah hari, mendadak seluruh awak redaksi berkemas-kemas. Sebab kalau toh perasaan termangu mau diturut-turutkan, kami nanti 'kan bisa dituduh sentimentil, bukan? Padahal memang ya, barangkali. Soalnya gedung tua itu memang "bersejarah". Ibaratnya sejak TEMPO mulai pakai celana pendek, kami jatuh-bangun dan mati-hidup di situ. Lengkap dengan perasaan dag-dig-dug menghadapi yang terjadi di sekeliling kami, atau terhadap kami. Lengkap juga dengan banjir yang masuk menggenangi bagian tata-usaha di bawah, bila hujan deras menjotos Jakarta. Juga persahabatan dengan tukang es, tukang ketoprak, tukang tahu, tukang buah, yang boleh dikatakan satu lichting dengan kami dalam usaha. (Di sore hari, seseorang dengan topi hitam dan muka yang blo'on biasanya akan membuka pintu redaksi di tingkat dua: "Bubur ayam . . . "). Jangan dilupakan juga, karier satu per satu orang TEMPO, di dalam mau pun di luar kerja dinas, juga ditentukan di situ. Dan juga: pacar, untuk sebagian. Karena itu, begitu Pemimpin Redaksi bilang: "Bagaimana kalau pindah sekarang?", orang-orang bagai tersedar dan mulai sibuk. Berbagai dokumen yang sejak beberapa hari sebelumnya sudah mulai dipilih-pilih, mendapat seleksi terakhir. Dan dengan segera sampah-sampah bertimbunan di lantai. Di balik map demi map di dalam laci atau lemari tiba-tiba saja banyak yang menemukan "barang-barang antik" surat yang tercecer, potret pacar yang dulu dicari-cari, kartu nama dari seseorang yang jauh di luar negeri, atau daftar alamat lama. Ada juga yang menemukan Surat Yasin dan mainan anak-anak. Semuanya berteriak kegirangan dan menyanyi. Dan kami pun pindah. Tempat kami sekarang ini memang paling top. Itulah pucuk Proyek Senen, dari mana kami melayani anda mulai kini (dan nomor ini adalah nomor pertama yang seluruhnya kami persiapkan di sini). Bagaimana bisa sampai di kantor kita? Mencemplungkan diri begitu saja ke dalam gelora Proyek Senen yang penuh manusia, lantas naik eskalator dua kali memang bisa. Hanya saja peribahasa "malu bertanya sesat di Senen" tak usahlah dipakai, sebab bila anda bertanya, orang malah bingung. Yang agak menyenangkan, bagi yang bermotor, barangkali memang melewati jalan mobil yang naik-berputar itu. Ada tiga jalan yang seperti ini, bisa dipilih yang di Blok 11, yang paling dekat simpang enam Senen. Dalam istilah seorang dari kami, perjalanan ini mirip atraksi 'tong setan' atau 'bola maut'. Hampir "segenap aspek" TEMPO jua dipindahkan lewat jalan putar itu meskipun sampai berita ini diturunkan ternyata belum semuanya terangkut. Bagian dokumentasi dan sekretariat belum bisa bekerja dengan sempurna. Dan lebih penting: telepon belum dipasang. Tapi majalah Medika sudah mengungsi pula, lengkap dengan dokter-dokternya. Mereka mendapat ruang tersendiri di samping ruang redaksi kita. Ruang itu kini diiuluki: "Puskesmas TEMPO". Dan begitu anda turun satu tingkat dari tempat parkir di atas - di mana terdapat juga Taman Ria sebagai ancer-ancer - anda akan masuk sebuah kantor yang di hari-hari pertama dingin sekali karena AC. Begitu dingin sehingga awak TEMPO perlu memakai jas, jaket, switer, rompi - pokoknya memanfaatkan "simpanan lama", tak peduli bentuk atau warnanya. Bagai belanda-belanda kecil mereka mondar-mandir di antara meja-meja pada hari pertama - masing-masing merasa sedikit asing dan "aneh pada diri sendiri", belum begitu jelas apa yang mau dibikin. Gambar-gambar kemudian dipasang. Juga Mushalla Ahmad Wahib, dihiasi kaligrafi dan juga sajak. Salah satu pigura murah (harga: 150) bertuliskan Sugeng Rawuh Poro Tamu (Selamat Datang Para Tamu) - bergambar Petruk Gareng seperti yang biasa dipasang di warung nasi di Jawa, ada yang tertempel di salah satu sudut "newsroom". Juga potert-potret besar dari penduduk Jakarta: yang lagi duduk di kasur di udara terbuka sehabis rumahnya terbakar. Atau dua orang pekerja DPU yang lagi merogoh pipa dalam kubangan air got dipinggir jalan raya. Atau seorang gelandangan tua yang lagi menggundul kepalanya sendiri sambil memegang sepotong kaca. Tapi yang perlu: Kantor ini sudah didoai. Pada peringatan ulang tahun ke-6 (kami adakan dua hari setelah 6 Maret, dan beberapa jam sebelum pindah), kami sudah menggelar tikar dan duduk bersama-sama. Seluruh karyawan, seluruh direktur dan komisaris (ir. Ciputra dan drs. Budiman Kusika), juga penjabat Gubernur Ali Sadikin, berkumpul disitu. Pertemuan itu sederhana saja. Hanya dan makan siang. Tapi Pejabat Gubernur juga bicara dan baiklah ini diteriakan sebagai penutup laporan dapur. Ali Sadikin yang terkejut karena disebut sebagai pengawas (yang dimaksud sebagai pengawas Jaya Raya, yayasan yang bersama PT Pikatan mendirikan PT Grafiti, penerbit TEMPO), berkata : "Jadi saya ini bukan pengawas TEMPO 'kan? Sebab saudara-saudara ini 'kan banyak menyerang pemerintah DKI. Kadang-kadang saya baca TEMPO maunya saya sobek ini majalah. Ini penting, sebab mungkin ada yang mengira TEMPO itu punya Ali Sadikin atau DKI. Tapi, ya, saya memiliki TEMPO dalam arti TEMPO tiap minggu menjadi santapan rohaniah untuk saya". Setelah itu Ali Sadikin bercakap dan bergurau dengan para hadirin. Bagi karyawan dan wartawan TEMPO, pidato Bang Ali itu merupakan kado yang menyenangkan: saling kritik ternyata juga bisa merupakan tanda kepercayaan - dengan cara intim dan diam, tanpa niat menyakitkan hati, tapi juga tanpa penjilatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus