Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hotel Alexis menjadi simbol pusat hiburan kelas atas bagi para pemuja kenikmatan selama belasan tahun belakangan. Hotel ini masyhur karena memiliki fasilitas one stop entertainment, seperti karaoke, griya spa, dan diskotek. Bukan hanya fasilitasnya yang bintang lima, nama Alexis berkibar sebagai penyedia pekerja seks kelas atas- bahkan diimpor dari Asia dan Eropa. Arman Tirta, yang disebut mewarisi kerajaan bisnis Alex Tirta Juwana Darmadji, pendiri Grup Alexis, tak mau berkomentar panjang. Ia mengaku sudah melepas manajemen Grup Alexis. Ayah Arman, Alex Tirta, tak tegas membantah ada praktik prostitusi di sana. Berikut ini petikan wawancara Alex, yang dihubungi via telepon, Selasa pekan lalu. Wawancara ini dilengkapi Lina Novita dari Legal and Corporate Affairs Grup Alexis, yang ditemui Tempo di salah satu hotel di Jakarta Selatan, Kamis pekan lalu.
Apa saja tempat hiburan malam yang berada di bawah naungan Grup Alexis?
Sudah tidak saya urus. Saya tidak aktif lagi, lebih ke arah sosial saja.
Maksudnya, Anda masih memiliki Grup Alexis tapi tak mengurusnya lagi?
Enggak, (Alexis) sudah saya lepaskan. Sudah cukup. Saya sudah tidak ikut-ikutan lagi.
Kenapa Hotel Alexis menyediakan jasa pekerja seks?
Kalau masih muda, tahu sendirilah. Namanya juga hiburan. Seorang laki-laki pasti tahu. Enggak tahu kalau sekarang. Tiga tahun lalu sudah saya tinggalkan.
Siapa penanggung jawab Alexis saat ini?
Diserahkan ke manajemen. Saya tidak tahu siapa. Praktis, selama dua-tiga tahun belakangan ini, saya tidak mengikuti lagi. Saya ini kan udah umur segini. Saya nyari paspor ke surga saja.
Berapa rata-rata setoran pajak Hotel Alexis per tahun?
Saya tidak mengikuti. Saya lebih aktif di Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia. (Lina Novita menambahkan penjelasan Alex Tirta.)
Bagaimana kondisi Alexis pasca-penutupan hotel dan griya spa?
Sepi pengunjung, dong. Kan, tidak beroperasi. Jumlahnya turun drastis. Yang ada cuma 4Play. Itu pun hanya bar.
Apakah pemberhentian izin hotel dan spa Alexis karena menyediakan jasa pekerja seks dan narkotik?
Kami membantah. Tidak ada temuan yang menimbulkan teguran administratif ataupun laporan pidana. Kalau tidak ada temuan, jangan kemudian tuduhan dijadikan dasar untuk tidak memperpanjang izin Alexis.
Seperti apa kondisi Hotel Alexis setelah izinnya tidak diperpanjang?
Kami masih menunggu solusinya. Kalau dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sepertinya belum ada jalan keluar. Kami nikmati saja dulu.
Alexis sendiri benar sudah berganti kepemilikan?
Saya tak paham soal status kepemilikan.
Pajak Hotel Alexis mencapai Rp 3 miliar per bulan. Dari mana saja itu?
Karaoke, restoran, hotel, live music, dan panti pijat.
Apakah Alexis memang dikhususkan bagi penikmat dari kelas menengah atas?
Customer kami yang memberi kesan itu. Kayaknya Alexis sudah dikenal secara internasional juga. Pelanggan kami dari mana saja. Enggak mungkin kami tolak walau dari kelas bawah. Selama bisa bayar, bisa masuk, oke.
Apakah Alexis menerapkan standar yang tinggi bagi para pekerjanya?
Untuk LC (lady companion atau pemandu lagu), ada pemeriksaan dokter. Penyakit menular, seperti tuberkulosis, tentu kami periksa karena LC kan bernyanyi dan berkomunikasi dengan tamu-tamu. Harus kami pastikan aman.
Mereka direkrut lewat manajemen Alexis atau agen?
Rata-rata mereka datang sendiri, melamar pekerjaan ke kami.
Apakah para LC juga melayani jasa seks?
Kami menyediakan LC sesuai dengan fungsi memandu tamu yang ingin berkaraoke.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo