Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presentasi Choel Mallarangeng membawa optimisme di ruang serbaguna Stamford, perumahan Raffles Hills, Cibubur, Jakarta Timur, Ahad dua pekan lalu. Senyum mengembang dari para pemimpin Partai Demokrat, termasuk Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono. Choel, pemimpin lembaga konsultan politik FoxIndonesia, baru saja memaparkan analisis hasil sigi politik yang menempatkan partai itu di urutan teratas.
Pertemuan siang itu dihadiri pula para pemimpin tim pemenangan Yudhoyono. Ada petinggi Sekoci, tim yang mayoritas diisi alumni Akademi Militer 1970. Lalu tim Echo, teman-teman Yudhoyono di Akademi Militer 1973, yang dipimpin mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal (Purnawirawan) Djoko Suyanto. Ada pula pemimpin tim lain yang diberi nama sejenis: Delta, India, serta Romeo. Mereka duduk di barisan depan. Adapun para petinggi Demokrat se-Jawa dan Bali mengisi kursi bagian belakang.
Yudhoyono bersemangat memberikan pidato. Ia menjelaskan berbagai program pemerintah yang dinilainya telah "pro-rakyat" dan ikut meningkatkan citra Demokrat. Selama hampir dua jam, pria 59 tahun ini antara lain menyebut Program Bantuan Langsung Tunai, Kredit Usaha Rakyat, dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. "Besok saya juga akan mengumumkan penurunan harga minyak," katanya, seperti dikutip seorang peserta. "Tapi ini masih rahasia."
"Rahasia" itu tak disimpan lama. Sehari setelah pertemuan Raffles Hills, sebagai presiden, Yudhoyono membukanya ke publik. Ia mengumumkan penurunan harga bensin di Istana Kepresidenan. Harga premium turun dari Rp 5.000 ke Rp 4.500 dan solar dari Rp 4.800 menjadi Rp 4.500. Presiden juga mengumumkan rencana pengurangan denda pada beban puncak untuk industri besar serta penurunan tarif angkutan umum dan harga sejumlah komoditas pangan.
Pengumuman dilakukan Yudhoyono setelah sidang kabinet terbatas yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ada juga Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Widodo A.S., Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, Menteri Koordinator Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi. Ini merupakan penurunan ketiga harga bahan bakar, setelah 1 dan 15 Desember tahun lalu.
Harga baru premium dan solar berlaku mulai Kamis pekan lalu. Esok harinya, "serangan udara" Partai Demokrat muncul di koran, televisi, dan radio. "Dalam sejarah, baru kali ini pemerintah tiga kali menurunkan harga BBM," begitu iklan di radio. Di koran, partai itu memasang kalimat: "Partai Demokrat terus mendukung kebijakan Pemerintah Presiden SBY yang menurunkan harga BBM hingga tiga kali"-dengan beberapa kata dicetak tebal.
Yahya Sacawirya, Ketua Departemen Pemenangan Pemilu Partai Demokrat, mengatakan partainya akan mengeksploitasi momentum bagus ini buat mendongkrak citra. Namun, ia mengatakan, dasar pengambilan keputusan menurunkan harga minyak oleh pemerintah itu tetap pertimbangan ekonomi. "Memang ada dampak politisnya bagi Partai Demokrat," ujarnya, "tapi kami tidak serta-merta mengambil keuntungan."
Menurut Yahya, penurunan harga bahan bakar oleh pemerintah merupakan "amunisi" baru partainya buat menghadapi pemilihan umum legislatif. Ia mengibaratkan pemilu sebagai operasi yang dilakukan melalui "serangan udara", yaitu iklan di media massa, serta "serangan darat", yakni kampanye langsung oleh para calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat. "Keberhasilan program pemerintah merupakan peluru untuk serangan-serangan itu," ujar Asisten Komunikasi Sosial ketika Yudhoyono menjadi Kepala Staf Teritorial Tentara Nasional Indonesia ini.
Ahmad Mubarok, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, mengatakan iklan memanfaatkan turunnya harga bensin ini dibahas di Cikeas, kediaman Yudhoyono, pekan lalu. Menurut dia, konsep kampanye memang selalu dikompromikan dengan sang Ketua Dewan Pembina.
Tiga tahun terakhir, pemerintah tertatih dihajar harga minyak dunia yang menggila. Pada 2005, pemerintah dua kali menaikkan harga bensin, yakni Maret dan Desember. Puncaknya terjadi pada tahun lalu, ketika harga minyak dunia menembus US$ 100 per barel dan bahkan sampai US$ 147 per barel. Pada Mei 2008, pemerintah kembali menaikkan harga bahan bakar bersubsidi, yang menimbulkan demonstrasi besar-besaran di sejumlah kota.
Menjelang tutup tahun, situasi berbalik. Krisis finansial global yang mengakibatkan perekonomian melambat di berbagai negara besar, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa, membuat harga minyak dunia mulai longsor. Pasar sepertinya bermurah hati memberikan "amunisi" bagi para pendukung Yudhoyono. Bulan lalu, pemerintah dua kali menurunkan harga premium dan solar. Lalu, pekan lalu, Presiden mengumumkan penurunan ketiga.
Juru bicara kepresidenan Andi A. Mallarangeng menyatakan penurunan harga bensin itu diputuskan setelah Presiden menerima laporan dari Menteri Keuangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, juga Menteri Badan Usaha Milik Negara. Semua sepakat menurunkan harga, tapi ada beberapa pilihan angka penurunannya. Presiden kemudian memutuskan premium turun Rp 500 dan solar Rp 300.
Menurut Andi, penurunan harga dilakukan agar beban rakyat berkurang. "Kalau pemerintah berbuat baik dan rakyat mendukungnya, itu namanya demokrasi," tuturnya. "Kalau ada yang bilang kenapa dilakukan sebelum pemilu, itu karena harga minyak turunnya sebelum pemilu."
Chatib Basri, anggota staf ahli Menteri Koordinator Perekonomian, menjelaskan, penurunan harga bahan bakar memang harus dilakukan. Penyebabnya, harga minyak dunia dan kurs rupiah cenderung stabil. "Kalau harga tidak diturunkan, pemerintah kelihatan lucu," katanya. Ia membenarkan, penurunan tidak serta-merta bisa dilakukan ketika harga di pasar internasional merosot. Soalnya, angka yang dipakai sebagai bahan perhitungan adalah harga minyak rata-rata setahun.
Menurut Chatib, penentuan harga bahan bakar sebenarnya merupakan hitungan matematika biasa. Ia menepis ada unsur politis yang dijadikan bahan pertimbangan. Chatib juga tidak menutup kemungkinan harga bisa diturunkan lagi jika rata-rata harga minyak dunia terus turun dan kurs rupiah stabil tahun ini. "Mungkin premium bisa di bawah Rp 4.500 per liter," ujarnya.
Meski keputusannya dibuat dengan hitungan ekonomi, panggung politik segera terbuka begitu harga bensin turun. Yudhoyono mengunjungi Stasiun Kota Jakarta, stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di Jalan Pemuda, dan Terminal Bus Pulogadung, Jakarta Timur. Di Stasiun Kota, ia memerintahkan direksi PT Kereta Api menurunkan tarif kereta listrik Jakarta, Bogor, Bekasi. Awalnya, tarif angkutan ini tidak berubah karena biaya listrik tetap, tapi kemudian diturunkan pada Jumat pekan lalu.
Dalam kunjungan yang baru disampaikan kepada pengelola stasiun dan terminal pada malam sehari sebelumnya, Presiden naik-turun kereta dan bus, berdialog dengan para penumpang, bertanya sana-sini. Di dalam bus tujuan Madura, seorang penumpang kepada Yudhoyono menyatakan senang dengan turunnya harga bahan bakar.
Panggung politik yang mewarnai turunnya harga bensin ini dikritik lawan politik Yudhoyono. Dradjad H. Wibowo, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Amanat Nasional, menganggap Presiden tak konsisten. "Ketika harga naik, yang mengumumkan menteri dan yang aktif tampil menjelaskan Wakil Presiden Jusuf Kalla," ujarnya. "Jadi, kalau ini urusan level menteri, kenapa sekarang harus Presiden yang mengumumkan?"
Penampilan populis Yudhoyono yang dilakukan setelah penurunan harga bensin dinilai Dradjad terkesan mencari kredit politik. Padahal, menurut dia, penurunan harga ini lebih kecil daripada kenaikannya. Dari sisi ekonomi, ia menambahkan, signifikansi penurunan harga itu rendah.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Pramono Anung juga curiga pemerintah mencicil penurunan harga bensin buat kepentingan politik Yudhoyono. Melihat perkembangan harga minyak dunia, ia menganggap harga premium dalam negeri mestinya di bawah Rp 4.000 per liter. "Saya yakin, menjelang pemilihan umum legislatif maupun pemilihan presiden, harga bensin turun lagi," ujarnya.
Jika penurunan harga bensin mampu menarik turun harga bahan makanan, isu yang selama ini diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan bakal gembos. Di pelbagai pariwaranya, partai ini menonjolkan kegagalan pemerintah menyediakan sembilan bahan kebutuhan pokok dengan harga murah. Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, yang sekali menaikkan harga bensin ketika menjadi presiden, pun berjanji menyediakan bahan pokok murah pada 100 hari kepemimpinannya jika terpilih.
Namun Pramono menganggap penurunan harga bensin tak akan serta-merta meluruhkan harga kebutuhan pokok. Karena itu, ia menyatakan isu "sembako murah" tetap relevan diusung dan terbukti menaikkan citra partainya. Ia menantang pemilih, "silakan masyarakat membandingkan: enak mana hidup di zaman SBY atau Megawati."
Perang klaim masih akan terus berlangsung. Kali ini, amunisi baru dikantongi para pendukung Yudhoyono. Optimisme jelas terbayang pada Ahad itu di Stamford, Raffles Hills.
Budi Setyarso, Cornila Desyana, Sahala Lumbanraja, Ismi Wahid, Hari Wasono
Komposisi Konsumsi Bahan Bakar 2008
Premium | 19,47 juta kiloliter |
Minyak tanah | 7,95 juta kiloliter |
Solar | 11,89 juta kiloliter |
Total | 39,3 juta kiloliter |
Subsidi | Rp 130,7 triliun |
Pasang Surut Karena Minyak
(Tingkat kepuasan masyarakat terhadap SBY)
80%
Oktober 2004
Presiden Yudhoyono mulai memimpin Kabinet Indonesia Bersatu. Tingkat kepuasan publik masih sangat tinggi.
65 %
1 Maret 2005
Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie mengumumkan kenaikan harga minyak antara 23 persen dan 66 persen.
56%
Desember 2005
Kepuasan kembali anjlok setelah Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak rata-rata hampir 100 persen pada 1 Oktober.
45%
Mei 2008
Kenaikan kembali harga bahan bakar minyak yang diumumkan Menteri Purnomo Yusgiantoro membuat tingkat kepuasan anjlok, melewati batas psikologis 50 persen.
?
6 November 2008
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan penurunan harga premium dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.500 per liter.
?
14 Desember 2008
Presiden Yudhoyono mengumumkan penurunan harga bensin dari Rp 5.500 menjadi Rp 5.000 per liter dan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 4.800 per liter.
?
12 Januari 2009
Presiden Yudhoyono kembali mengumumkan penurunan harga premium dan solar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo