Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

MOMEN

19 Januari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bank Indonesia
Lepas Anak Usaha

BANK Indonesia akan menyerahkan anak usahanya, PT Asuransi Kredit Indonesia dan PT Bahana Permodalan Usaha Indonesia, kepada pemerintah. Anak perusahaan yang satu lagi, Bank Indover, urung didivestasi karena dalam proses pailit di pengadilan Belanda. ”Sedang dalam proses,” kata Gubernur Bank Indonesia Boediono di Jakarta, Jumat pekan lalu. Targetnya tahun ini rampung. Saat ini Bank Indonesia telah memberikan surat pelepasan kepada pemerintah.

Keputusan itu diambil menyusul batas akhir bagi bank sentral memiliki anak perusahaan. Undang-Undang tentang Bank Indonesia yang disahkan 15 Januari 2004 menyatakan Bank Indonesia harus menjual anak-anak usahanya dalam lima tahun. ”Terhitung sejak 16 Januari, kepemilikan saham Bank Indonesia pada anak-anak perusahaannya tidak sah lagi secara hukum,” kata anggota Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat, Dradjad Hari Wibowo. Kepemilikan Bank Indonesia di PT Askrindo dan Bahana Permodalan Usaha Indonesia masing-masing 55 dan 82,2 persen.

Kebijakan
Dana Stimulus Dipangkas

PAKET stimulus ekonomi sebesar Rp 50,5 triliun dipangkas hampir setengahnya menjadi Rp 27,5 triliun. Menteri Koordinator Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kebijakan itu diambil setelah pemerintah menghitung ulang kebutuhan dana tambalan anggaran pendapatan dan belanja negara.

Dalam anggaran 2009, pemerintah menyiapkan Rp 12,5 triliun. Semula, sisa anggaran tahun lalu—yang diperkirakan sampai Rp 38 triliun—akan dimasukkan ke paket stimulus. Setelah dihitung ulang, ternyata uang yang tersisa hanya Rp 15 triliun. Karena minimnya dana, kata Sri Mulyani, pemerintah berfokus pada sektor industri dan menjaga daya beli masyarakat. ”Seperti untuk subsidi minyak goreng,” kata Sri, Rabu pekan lalu.

Internasional
Pecahan 100 Triliun

BANK sentral Zimbabwe mengeluarkan uang pecahan berdenominasi triliun, yakni pecahan 10, 20, dan 50 triliun dolar Zimbabwe. Terakhir, diluncurkan pecahan 100 triliun dolar Zimbabwe. Ini setara dengan US$ 300 atau sekitar Rp 3,3 juta. Penyebabnya hiperinflasi yang mencapai 230 juta persen. Akibatnya, nilai tukar mata uang mereka rontok.

Untuk menghindari kerugian, pebisnis—mulai tukang sayur hingga provider seluler—menggunakan mata uang asing sebagai patokan harga. Tapi hal itu harus seizin bank sentral. Saat ini telah ada seribu toko yang menggunakan harga dalam mata uang asing. Yang tak mengantongi izin akan ditangkap.

Perbankan
Bunga Penjaminan Turun

LEMBAGA Penjaminan Simpanan menurunkan suku bunga simpanan dalam rupiah dan dolar Amerika sebesar 50 basis point, Kamis pekan lalu. Mulai 15 Januari hingga 14 Mei 2009, bunga rupiah bank umum menjadi 9,5 persen, dan 3 persen untuk dolar Amerika.

Kepala Eksekutif Lembaga Penjaminan Simpanan Firdaus Djaelani mengatakan tekanan inflasi yang menurun, yang diikuti penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 8,75 persen, merupakan pertimbangan penurunan tersebut. ”Likuiditas perbankan secara umum juga membaik,” kata Firdaus.

Sementara itu, bunga untuk bank perkreditan rakyat tidak ada perubahan, tetap di level 13 persen. Firdaus mengatakan tidak adanya perubahan itu untuk meningkatkan daya saing bank perkreditan rakyat terhadap bank umum.

Korporasi
Citigroup dan Morgan Stanley Bersekutu

RAKSASA broker keuangan internasional terbentuk Selasa pekan lalu. Morgan Stanley menggelontorkan US$ 2,7 miliar ke Smith Barney, broker retail milik Citigroup. Dengan uang sebanyak itu, Morgan menguasai 51 persen saham dan selebihnya dipegang Citigroup. Menggunakan nama Morgan Stanley Smith Barney, perusahaan joint venture itu akan mengelola aset hingga US$ 1,7 triliun

Perusahaan yang dijalankan oleh 20 ribu karyawan ini memiliki 6,8 juta klien di seluruh dunia. Dengan aksi korporasi tersebut, target kedua perusahaan ini adalah menghemat biaya operasi hingga US$ 1,1 miliar. Chief Executive Officer Citigroup Vikram Pandit sebelumnya sempat mengatakan rencananya menjual aset guna memperkuat likuiditas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus