Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Anak Buah di Bawah Tanah

Loyalitas Tim Mawar berlanjut hingga kini. Dilibatkan dalam operasi intelijen pemenangan di luar struktur Partai Gerindra.

30 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESIBUKAN Chairawan Kadarsyah Nusyirwan meningkat sebulan belakangan. Aktif dalam kampanye untuk memenangkan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, anggota Dewan Pembina Partai Gerindra ini kerap berpindah kota. "Turun keliling-keliling," katanya saat dihubungi lewat telepon, Selasa sore dua pekan lalu.

Ia mengaku sedang berada di sekitar Sukabumi, Jawa Barat, tapi menolak menceritakan secara detail tugasnya berkaitan dengan upaya memenangkan Prabowo-Hatta. "Setelah pemilu, baru kita bisa bicara banyak," ujarnya.

Chairawan dulu Komandan Grup 4 Sandi Yudha Komando Pasukan Khusus, ketika pasukan elite Angkatan Darat itu dipimpin Prabowo. Setelah kasus penculikan aktivis prodemokrasi pada 1998 oleh Tim Mawar terbongkar, lulusan Akademi Militer pada 1980 itu dicopot dari jabatannya. Dia dianggap ikut bertanggung jawab karena anggota Tim Mawar berasal dari Grup 4 Kopassus. Selain Chairawan, yang kala itu berpangkat kolonel, Mayor Jenderal Muchdi Purwoprandjono-yang menggantikan Prabowo sebagai komandan jenderal-dibebastugaskan dari jabatannya.

Tapi karier Chairawan justru melesat setelah itu. Ia banyak berkiprah di dunia intelijen. Sempat menjadi Kepala Pos BIN Wilayah Aceh, terakhir dia menjabat staf ahli Panglima Tentara Nasional Indonesia dan pensiun dengan pangkat mayor jenderal.

Berbeda dengan Chairawan dan Muchdi yang diberhentikan dari jabatan, kesebelas anggota Tim Mawar dipenjara. Satu orang dipecat, yakni Mayor Bambang Kristiono, eks Komandan Batalion 42 Grup Sandi Yudha yang juga komandan Tim Mawar. Sebenarnya yang dihukum pecat lima orang, tapi empat yang lain tak jadi diberhentikan setelah mengajukan permohonan banding atas vonis Mahkamah Militer Tinggi II Jakarta tersebut.

Dalam sidang di Mahkamah Militer yang digelar pada 1999, Bambang terang-terangan membela atasan dan anak buahnya. "Saya yang bertanggung jawab terhadap semua tuduhan penculikan aktivis," katanya.

Bambang bukan tentara sembarangan. Saat dia masih aktif di TNI, banyak rekannya memperkirakan lulusan Akademi Militer 1985 itu akan memiliki karier yang moncer. Teman seangkatannya yang sama-sama berkarier di Kopassus, Mayor Jenderal Doni Monardo, kini menjabat Komandan Pasukan Pengawal Kepresidenan.

"Setelah dipecat, hidup Bambang bergantung kepada Prabowo," ucap Made Supriatma, peneliti masalah politik yang menelusuri sepak terjang eks anggota Tim Mawar dan misteri di balik penculikan aktivis pada 1998.

Menempel ke Prabowo, Bambang mulai akrab dengan "Geng Bidakara"-istilah ini merujuk pada Menara Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, tempat kumpul sejawat dan teman-teman pengusaha Prabowo. Belakangan, dia diangkat menjadi Direktur Utama PT Tribuana Antar Nusa, perusahaan transportasi milik Prabowo.

Tempo berusaha menghubungi Bambang melalui telepon, tapi nomornya tak pernah aktif. Menurut Made, peran Bambang pada pemilihan presiden kali ini sama sekali tak terlihat. Berbeda dengan pemilihan pada 2009, manakala Prabowo maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri. "Tugasnya saat itu sebagai penyelenggara kampanye Prabowo di daerah-daerah," kata Made.

Bukan cuma Bambang yang masih lekat dengan Prabowo. Menurut Made, anggota Tim Mawar lain pun begitu. "Mereka semua kini masih berhubungan dengan Prabowo dan Chairawan," ujarnya. Ini dibenarkan oleh anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Glenny Kairupan. "Kini hampir semua bekas anak buahnya membantu Prabowo," kata Glenny.

Glenny merasa wajar saja Prabowo hingga kini masih dikelilingi mantan anak buahnya. Bukan hanya eks Tim Mawar, Prabowo juga menampung bekas anak buahnya selama di Timor Timur, yang desersi ataupun yang sudah pensiun. Meski sangat keras dan disiplin, menurut Glenny, sejak dulu Prabowo memang dekat dengan anak buah. Prabowo, misalnya, tak pernah mau memotong uang beras bawahannya.

Mantan anggota Tim Mawar lain yang juga disebut-sebut membantu tim Prabowo-Hatta adalah Fauka Noor Farid. Pada 2011, dia masih aktif di tentara sebagai kepala kelompok khusus Badang Intelijen Strategis (Bais) TNI berpangkat letnan kolonel. Ini diketahui dari catatan Mahkamah Agung manakala Fauka menjadi saksi dalam kasus kepemilikan pistol jenis FN merek Schuemann Ultimatch oleh Harmonis Siaga. Warga Bandar Lampung itu mengaku membeli senjata dan izinnya dari Bais seharga Rp 250 juta. Dalam catatan putusan MA itu, Fauka membantah klaim Harmonis.

Menurut Glenny, Fauka kini sudah keluar dari TNI. "Prabowo menampung Fauka," ujarnya. Sebuah pesan pendek berantai yang juga diterima Tempo mengatakan Fauka kini menggalang dukungan untuk Prabowo-Hatta di Banten dari "bawah tanah".

Prabowo menolak berbicara dengan Tempo sehingga tidak bisa dimintai konfirmasi mengenai hal ini. Kabar baiknya, Fauka bisa dihubungi. Dia membenarkan kini ada di barisan Prabowo. Dia mengatakan sengaja mundur dari TNI pada 2013 agar bisa membantu mantan bosnya itu. "Sebagai atasan, beliau sudah mengorbankan pangkat dan jabatannya untuk anak buah. Ya, saya juga berkorbanlah," katanya.

Fauka membenarkan saat ini bergerilya menggarap dukungan untuk Prabowo-Hatta di Banten, tapi menegaskan tidak menghalalkan segala cara. Tugasnya di bidang intelijen antara lain menetralisasi isu-isu negatif tentang Prabowo yang berkembang di masyarakat. "Kalau lawan pakai intelijen, kami kontraintelijenlah, tapi dengan cara yang benar," ujar Fauka.

Tapi calon anggota legislatif terpilih Gerindra dari daerah pemilihan Banten 2, Desmond Junaidi Mahesa, tidak tahu soal keterlibatan Fauka di Banten. "Saya tak pernah berhubungan dengan mereka (eks Tim Mawar) di lapangan," katanya. Dia bercerita terakhir bertemu dengan Fauka empat tahun lalu.

Seperti Pius Lustrilanang, Desmond adalah mantan aktivis yang diculik Tim Mawar. Dia dan Pius kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Gerindra dan akan tetap di Senayan hingga lima tahun mendatang. Desmond menegaskan, mereka berdua tak lagi mempermasalahkan masa lalu Prabowo.

Saat ini Desmond menjadi Ketua Bidang Kaderisasi Partai Gerindra. Dia bercerita Prabowo sudah mengajaknya berbicara empat mata soal penculikan aktivis. Dalam pertemuan berdua itu, Prabowo mengatakan peristiwa tersebut sangat kompleks dan menegaskan bukan Tim Mawar yang menculik 13 aktivis yang hingga kini masih hilang. "Kami tak punya masalah lagi dengan Tim Mawar," ucap Desmond.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus