Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Anatomi Sebuah ''Skenario"

26 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HANYA empat hari setelah peristiwa, polisi berhasil mengungkap sebuah perkara kriminal yang menggemparkan: pembacokan terhadap Wakil Ketua MPR Matori Abdul Djalil. Pengungkapan itu berawal dari tertangkapnya Achmad Tazul Arifin.

Dalam sebuah kesempatan yang jarang, polisi mempersilakan tersangka Arifin melakukan konferensi pers, 10 Maret lalu. Dan yang tidak kurang mencengangkan, dengan bahasa lancar, tanpa penyesalan, serta percaya diri, Arifin mengakui semua yang dituduhkan kepadanya di depan wartawan. Tak hanya itu. Sebagai ''bonus", dia juga mengakui kejahatannya yang lain: menjadi teroris sebuah kelompok Islam radikal.

Arifin dan Pengakuannya

  • Bersama Sarmo (yang tewas oleh keroyokan massa) dan dua guru mengajinya, yakni Zulfikar alias Muhammad Ichwan dan Assadullah alias Ahmad Riyadi, dia ikut merapatkan teknis penyerangan terhadap Matori. Targetnya: membunuh.

  • Kelompok pengajian yang dipimpin Zulfikar adalah sebuah gerakan ekstrem yang ingin mendirikan negara Islam. Motif pembunuhan terhadap Matori: tokoh ini dikenal sebagai pemimpin Partai Kebangkitan Bangsa, yang tak mau menerapkan asas Islam; dia seorang ''PKI yang menyelundup ke kalangan Islam".

  • Kelompok Zulfikar ini memiliki nama lain: Angkatan Mujahidin Islam Nusantara (AMIN)—nama yang populer pada 1999 karena tuduhan polisi bahwa mereka terlibat dalam perampokan BCA dan peledakan Masjid Istiqlal. Arifin mengaku jadi anggota AMIN dan terlibat aksi teror tadi.

    Sepekan dalam ''Kasus Matori"

    Kronologi ini disusun dari pengakuan Arifin, keterangan polisi, pemberitaan media massa, dan pelacakan TEMPO. Polisi, yang sampai 8 Maret masih kebingungan, kemudian tiba-tiba menemukan adanya ''gerakan radikal" serta begitu bersemangat ''menemukan" bukti-bukti yang mendukungnya.

    6 Maret:

  • Sehari setelah pembacokan, Kapolres Jakarta Selatan Kolonel Nono Suprijono—kepolisian terdekat dari tempat kejadian—mengumumkan pembentukan enam tim untuk mengusut kasus itu di tengah perhatian besar media massa. Meski telah memeriksa enam saksi, Nono mengatakan belum bisa mengetahui motif penganiayaan tersebut.
  • Dari analisis terhadap sebuah penyeranta (pager) milik tersangka penyerang Matori, polisi mengumumkan sejumlah nama: Tarno, Sarmo, Sabar, Zulfikar, dan Budi.

    7 Maret:

  • Tekanan terhadap polisi untuk segera mengungkap kasus ini meningkat. Presiden Abdurrahman Wahid memerintahkan polisi segera ''mengusut dan mencari" tersangkanya.
  • Kapolres Jakarta Selatan Kolonel Drs. Nono Suprijono menegaskan bahwa kasus pembacokan Wakil Ketua MPR Matori Abdul Djalil bermotif kriminal murni. ''Motif politik kemungkinannya sangat kecil," katanya.
  • Di depan layar SCTV, Kapolri Letjen Rusdihardjo mengatakan ''sudah ada titik terang" pada kasus itu setelah polisi menggeledah sebuah rumah kosong tak jauh dari rumah Matori, yang diduga menjadi tempat tinggal pelaku pembacokan. Kapolri sendiri enggan menjelaskan lebih rinci ''titik terang" itu.

    8 Maret:

  • Arifin alias Sabar ditangkap di rumahnya, di Tangerang, sekitar pukul 21.00 (keterangan ini diungkapkan Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Mayjen Polisi Nurfaizi dalam konferensi pers dua hari kemudian—10 Maret).
  • Polisi menggeledah rumah Arifin setelah mengungsikan istri dan anak Arifin ke sebuah hotel. Polisi mengaku menemukan senjata rakitan.

    10 Maret:

  • Kapolda Metro Jaya Mayjen Pol. Nurfaizi, yang didampingi Kolonel Pol. Alex Bambang Riatmodjo, mengumumkan berita besar itu kepada para wartawan. Kapolri Letjen Rusdihardjo mengatakan tersangka itu ''dari kalangan sipil" dan ''terlibat dalam peledakan Istiqlal dan perampokan BCA, 15 April 1999."
  • Konferensi pers dilengkapi dengan pengakuan Sabar yang menggemparkan.
  • Polisi mengatakan masih mengejar otak pembacokan yang bernama Zulfikar. Tapi penyidik polisi ternyata menderu ke Bogor, ke rumah Ahmad Riyadi alias Assadullah. Polisi tak menemukan sesuatu yang berarti.

    13 Maret:

  • Untuk kedua kalinya polisi menggerebek rumah Ahmad Riyadi di Bogor. Kali ini, mereka menemukan granat, detonator, dan peta operasi militer.
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus