Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Presiden Jusuf Kalla beberapa kali berselisih pendapat dengan Presiden Joko Widodo. Ia juga berbeda pandangan secara terbuka dengan antara lain Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli, yang baru masuk Kabinet Kerja pada Agustus lalu. Walhasil, pemerintah Jokowi-Kalla beberapa kali harus menghadapi kebisingan politik dan masalah koordinasi.
Belakangan, Kalla terlihat menurunkan "tensi" politiknya. Kepada tim Tempo yang mewawancarainya di Kantor Wakil Presiden, Selasa pekan lalu, Kalla, yang merupakan wakil presiden era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada 2004-2009, mengatakan perbedaan-perbedaan itu sudah selesai.
Hasil survei tentang evaluasi menteri menyebutkan hanya empat menteri yang dinilai berhasil. Apakah evaluasi Anda dan Presiden Jokowi juga begitu?
Evaluasi masyarakat dan penglihatan kami berbeda. Masyarakat menilainya hanya dari popularitas. Tapi, bagi kami, yang penting dia bisa bikin apa dalam rangka meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa ini.
Dalam Kabinet Kerja, siapa yang sudah dan belum bekerja dengan baik?
Saya kira itu masalah internal, tak bisa dipublikasikan.
Apakah menurut Anda komposisi kabinet yang sekarang ini sudah yang terbaik?
Ya sangat relatif. Saya tak ingin menilai secara terbuka.
Banyak yang mengatakan Luhut Pandjaitan adalah menteri yang paling kuat pengaruhnya terhadap Presiden.
Itu tergantung masalahnya. Kalau hukum dan keamanan, pasti keahlian dia. Tapi ekonomi tentu bukan bidang beliau.
Benarkah ketika menjadi Kepala Staf Kepresidenan, Luhut paling didengar Presiden?
Tidak. Banyak faktor yang memberikan informasi. Itu pun tak semua diterima. Jadi tidak memberikan keputusan, hanya informasi.
Menurut Anda, tepatkah menggeser Luhut menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan?
Tepat. Dia cukup aktif di situ karena bidangnya. Beliau tentara bintang empat yang memahami unsur-unsur itu.
Di bidang ekonomi, ada menteri yang paling kuat?
Semua dihasilkan di rapat. Tak ada satu orang yang bisa menentukan mutlak dari sistem ini. Pak Jokowi selalu minta pandangan orang lain walaupun keputusan di tangan beliau.
Menteri Rini Soemarno, dalam sejumlah pengambilan keputusan bidang ekonomi, tampak paling banyak memiliki kekuatan mempengaruhi Presiden. Bagaimana menurut Anda?
Ya, dia kuat di BUMN (badan usaha milik negara) karena ada 150 perusahaan BUMN. Jadi kelihatannya sangat powerful.
Dalam setahun pemerintahan Jokowi-Kalla, menurut Anda, apa pencapaian yang sudah dikerjakan?
Setahun ini kan evaluasinya di berbagai sektor. Kalau bicara ekonomi, misalnya, semua paham bahwa memang terjadi perlambatan karena adanya pelemahan di banyak negara. Target pertumbuhan ekonomi kita tahun ini 5,7 persen, tapi yang saat ini kita capai 4,7 persen. Kalau bidang politik, kita jauh lebih stabil karena cairnya hubungan kepartaian. Hukum juga begitu. Angka korupsi turun. Indikasinya, jumlah koruptor yang ditahan cukup banyak, termasuk pejabat. Delapan orang menteri dipenjarakan, juga 19 gubernur, empat ketua partai, dua Gubernur Bank Indonesia, serta 46 orang anggota DPR.
Pada beberapa proyek besar, sejumlah menteri justru menunjukkan kabinet tidak solid, misalnya kereta cepat dan pembangkit listrik 35 ribu megawatt. Mengapa itu terjadi?
Mengenai pembangkit 35 ribu megawatt, saya kira kami tetap solid. Urusan Rizal Ramli itu sudah selesai, mungkin karena dia kurang paham saja. Soal kereta cepat, memang sempat ada beberapa pandangan. Tapi, setelah diputuskan, ya sudah selesai, jalan.
Anda pernah menjadi wakil presiden di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sekarang menjadi wakil presiden untuk Presiden Jokowi. Apa perbedaan yang Anda rasakan dalam setahun pertama pemerintahan pada dua presiden yang berbeda itu?
Kondisinya agak berkebalikan. Pada zaman Presiden SBY, pertumbuhan ekonomi yang semula 4,5 persen naik menjadi 6 persen lebih. Sekarang sebaliknya, dari 6 persen kemudian turun. Jadi kami berusaha menaikkannya. Yang lain sama, misalnya dulu ada bencana tsunami, sekarang kabut asap.
Dalam hal koordinasi dan kekompakan kabinet, bagaimana perbandingan antara era Presiden Jokowi saat ini dan era Presiden Yudhoyono?
Koordinasi sangat tergantung orang. Menteri di Kabinet Kerja ini kan sifatnya macam-macam, sehingga menimbulkan efek macam-macam.
Era sekarang lebih susah untuk berkoordinasi dan kompak dibandingkan dengan pemerintahan presiden sebelumnya?
Saya tak ingin membandingkan dua jabatan itu.
Bagaimana Anda berkomunikasi dengan Presiden Jokowi selain melalui mekanisme rapat?
Kapan saja bisa ketemu. Jumat juga pasti makan bersama seusai salat Jumat. Biasanya, kami melakukan evaluasi tentang kinerja seminggu dan apa yang akan dilakukan minggu depannya.
Adakah kebijakan yang diputuskan Presiden Jokowi yang tidak melibatkan Anda?
Saya tak bisa mengatakan begitu. Presiden juga punya hak prerogatif untuk memutuskan masalah-masalah tertinggi. Kalau masalah yang efeknya besar, ya, kami duduk sama-sama.
Pada awal pemerintahan, Anda dan Presiden Jokowi beberapa kali berselisih pendapat. Tapi, setelah setahun pemerintahan ini berjalan, Anda merasa lebih harmonis dengan Jokowi?
Saya tak mau berlebihanlah. Ini betul, tiap Jumat pasti duduk bersama untuk makan.
Komunikasi antara pemerintah dan parlemen tidak mulus. Mengapa ini terjadi?
Sekarang hubungan pemerintah dengan DPR sangat bagus. Tidak ada lagi pertentangan. Pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara berjalan mulus.
Mengapa partai pendukung pemerintah justru jadi partai oposisi di parlemen?
Mungkin iya. Tapi kadang orang tak sadar bahwa semua pemimpin partai itu pengusaha. Semua pengusaha pasti ingin stabilitas berjalan baik agar usaha mereka bisa jalan. Mereka tak mungkin konfrontatif.
Setelah setahun pemerintahan Anda berjalan, apa yang Anda rasa kurang sehingga perlu jadi prioritas kerja pemerintah?
Ekonomi, karena pelemahan ekonomi dunia menyebabkan terjadinya penurunan industri. Akibatnya, nilai ekspor kita turun. Kami juga akan mengurangi impor dengan meningkatkan produksi industri. Kemudian akan ada kebijakan yang mendukung penggunaan konten lokal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo