Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mata dan Telinga Tim Surakarta

Jokowi dikelilingi orang-orang yang membantunya sejak menjadi Wali Kota Solo. Berada di luar dan dalam ring Istana, mereka menjadi operator blusukan serta mata dan telinga di lapangan.

26 Oktober 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RACHMAT Gobel menumpahkan kekesalannya ketika bertemu dengan Billy Haryanto di kantor Sekretariat Nasional Jokowi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, awal Juni lalu. Sebagai Menteri Perdagangan, Rachmat merasa dilangkahi pengurus Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia itu. Ia menuding Billy kerap mengadu ke Presiden Joko Widodo ihwal kenaikan harga beras di pasar.

Ketua Seknas Jokowi, Muhammad Yamin, yang memfasilitasi pertemuan itu, mencoba menengahi. Tapi emosi Rachmat telanjur tersulut. Ia bahkan menuding Billy sebagai bagian dari permainan kenaikan harga beras. Di depan Rachmat, Billy membantah tuduhan itu. "Saya ini ustad, tak melakukan seperti itu," ujarnya.

Yamin membenarkan adanya pertemuan di kantor relawan utama Jokowi itu. Menurut Yamin, ketika itu, ada sedikit kesalahpahaman. "Langsung clear saat itu juga," kata Yamin, Selasa pekan lalu.

Rachmat Gobel mengaku lupa soal peristiwa itu. Sejak Agustus lalu, Rachmat sudah tak menjadi Menteri Perdagangan karena perombakan kabinet. Adapun Billy membenarkan adanya pertemuan itu, tapi membantah kabar bahwa ia dimarahi Rachmat soal kenaikan harga beras. "Kami hanya meninjau kantor Seknas Jokowi yang baru," ujarnya.

Sepekan sebelum pertemuan di kantor Seknas, Rachmat dipanggil Jokowi, yang meminta laporan terbaru tentang kenaikan harga beras di pasar. Jokowi saat itu mengatakan mendengar informasi dari timnya di lapangan bahwa harga beras di pasar kembali melonjak.

Sewaktu memimpin rapat kabinet di Istana Bogor, 15 Maret lalu, Jokowi menumpahkan kekesalannya karena tak menerima laporan tentang kenaikan harga beras. Kala itu, di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, harga beras mencapai Rp 10.300 per kilogram. Dalam rapat tersebut, Jokowi juga mengaku mendapatkan informasi mengenai kenaikan itu dari timnya di lapangan.

Rachmat ketika itu meyakini salah satu anggota "tim lapangan" yang dimaksud Jokowi adalah Billy, yang juga pedagang beras kakap di Cipinang. Seseorang yang dekat dengan Jokowi mengatakan, selain pedagang beras asal Solo, Billy termasuk orang dekat Jokowi sejak ia menjadi Wali Kota Surakarta. Billy termasuk "mata dan telinga" Jokowi, terutama menyangkut urusan beras dan bahan kebutuhan pokok.

Dalam kegiatan kampanye, Billy terlibat langsung meski memilih tak tampil di depan. Dalam dokumen sumbangan dana kampanye Jokowi-Jusuf Kalla yang dilansir Komisi Pemilihan Umum, Billy juga tercatat sebagai salah satu donatur. "Setelah Jokowi menjadi presiden, ia memilih tak masuk ring, di luar saja," kata orang dekat Jokowi itu.

Kedekatan Jokowi dengan Billy, misalnya, terlihat ketika Jokowi memesan 50 ton beras untuk pengungsi korban banjir di Jakarta, pertengahan Januari 2013. Ketika itu, Jokowi masih menjabat Gubernur DKI Jakarta. Beras itu khusus didatangkan dari gudang beras Billy di Solo. Pada 28 September lalu, Billy juga memimpin rombongan pemilik penggilingan padi serta pedagang dan pengusaha beras untuk makan siang dan bersilaturahmi dengan Jokowi di Istana Negara.

Billy membantah kabar bahwa ia kerap memberikan informasi harga beras kepada Jokowi. Ia hanya mengaku sebagai pengusaha biasa dan tidak punya kedekatan khusus dengan Jokowi. Billy pun mengatakan tak ikut berpolitik bersama Jokowi. Ia hanya mengaku mengenal dan masih berkomunikasi dengan orang Solo yang kini berada di ring dalam Istana. Orang-orang itu menjadi anggota tim sukses Jokowi sejak maju dalam pemilihan Wali Kota Surakarta. "Tapi saya profesional, tidak berpolitik," ujarnya.

TIM khusus ini dipilih Presiden Jokowi untuk mempersiapkan segala hal di lokasi blusukan yang akan dikunjunginya. Anggotanya pun terbilang spesial. Terdiri atas lima-enam orang, tim ini diisi orang-orang yang bekerja bersama Jokowi sejak ia masih Wali Kota Surakarta, 2005-2012. Sebagian adalah anggota staf pribadi Jokowi, mantan ajudan, dan pengawal pribadi. Mereka inilah orang-orang Solo di ring dalam istana.

Dua di antara anggota tim khusus itu adalah Anggit Nugroho dan Eko Sulistyo. Anggit kini sekretaris pribadi Presiden Jokowi. Sedangkan Eko sekarang menjabat Deputi IV Staf Kepresidenan, yang membidangi komunikasi politik dan diseminasi informasi.

Anggit berpengalaman menyiapkan blusukan Jokowi karena pekerjaan itu juga ia jalani ketika Jokowi menjadi Gubernur Jakarta. Anggit menyebut timnya saat itu sebagai tim alap-alap, yang kerap menjadi mata dan telinga Jokowi.

Anggota Tim Komunikasi Presiden Jokowi, Ari Dwipayana, mengatakan Presiden punya alasan khusus menunjuk mereka sebagai operator blusukan. Mereka dianggap sudah sangat mengenal selera dan langgam kerja Jokowi di lapangan. "Presiden nyaman dengan mereka," ujar Ari.

Tiga hari sebelum kedatangan Jokowi, tim itu biasanya sudah tiba untuk memetakan daerah sasaran. Mereka mengecek lokasi kunjungan dan menyiapkan alternatif tempat blusukan. Dari laporan dokumen hingga foto lokasi tujuan dikirim langsung ke Istana. Informasi lapangan itu kemudian didiskusikan di grup WhatsApp "The Blues", yang anggotanya terdiri atas tim blusukan. Jokowi juga ikut dalam grup percakapan ini.

Hasil peninjauan tim selanjutnya dibawa ke rapat yang dihadiri Presiden, Menteri Sekretaris Negara, dan Menteri Sekretaris Kabinet. Jika Jokowi sudah memilih lokasi yang akan dikunjungi, tim itu berkoordinasi dengan pemerintah setempat, petugas protokoler, dan Pasukan Pengamanan Presiden.

Anggit, misalnya, mempersiapkan kunjungan Jokowi ke Riau untuk meninjau situasi kabut asap pada 9 Oktober lalu. Seorang anggota tim itu mengatakan, dibantu sejumlah anggota tim survei, Anggit meninjau bekas lahan terbakar di Desa Rimbo Panjang, Kilometer 17, Kabupaten Kampar, Riau. Titik ini menjadi lokasi pilihan yang akan dikunjungi Jokowi. Pemerintah setempat juga diminta menyiapkan embung dan kanal bersekat di lokasi lahan itu sebagai model percontohan dalam mengantisipasi kebakaran susulan. "Embung dan kanal dibuat tergesa-gesa," ujarnya.

Anggit jugalah yang menyiapkan acara pembagian traktor oleh Jokowi kepada para petani di Desa Pujokerto, Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah, pada awal Januari lalu. Anggit sempat senewen ketika mengurusi soal ini. Satu hari sebelum kedatangan Jokowi, baru satu traktor yang tersedia di lokasi. Padahal Istana sudah meminta panitia setempat menyiapkan 570 traktor untuk dibagikan Jokowi kepada petani.

Dengan segala upaya—membeli, merakit, bahkan mendatangkannya dari Jakarta—panitia lokal diminta menyiapkan traktor semampu mereka. Beberapa jam sebelum Jokowi tiba di lokasi, panitia akhirnya berhasil menyiapkan 40 traktor tangan. Traktor itulah yang kemudian dibagikan Jokowi kepada petani. Beberapa traktor sempat dicoba Jokowi. "Kami lega ternyata mesin traktor bantuan Presiden itu berfungsi semua," kata Anggit.

Sedangkan Eko, sejak menjadi Deputi Staf Kepresidenan, tak banyak terlibat lagi dalam persiapan blusukan Jokowi ke daerah. Terakhir, ia menyiapkan blusukan Jokowi ke Karo, Sumatera Utara, untuk bertemu dengan pengungsi erupsi Gunung Sinabung. Lokasi kunjungannya adalah zona merah Sinabung di Desa Kinayan, Karo. "Saat itu tugas saya mensurvei lokasi," ujar Eko.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus