Tak ada kata sepakat seperti apa sosok penemu benua Amerika ini. Juga soal perilakunya. Adakah ia seorang pelaut yang garang dan mudah menghukum, ataukah seorang yang lembut? TAK ada yang lebih baik dalam menggambarkan citra Columbus yang tiap kali berubah daripada rangkaian potretnya yang muncul tiap dasawarsa. Dari berbagai potret itu, hanya sedikit yang mirip dengan deskripsi dari mereka yang mengenal Columbus secara pribadi. Seharusnya kebingungan soal penampilan fisik Columbus tak perlu terjadi. Hernando, anak lelaki Columbus, memberikan deskripsi jelas tentang sosok sang ayah dalam biografinya. "Sang admiral," tulis Hernando, "adalah pria bertubuh tegap di atas ukuran rata-rata, dengan wajah panjang dan tulang pipi tinggi. Tubuhnya tak bisa dikatakan gendut, juga tak ramping. Hidungnya bengkok bak paruh burung rajawali, matanya biru cerah, kulitnya terang cenderung merah. Waktu muda rambutnya pirang, tapi ketika menginjak usia tiga puluh tahun, semua berubah putih". Sampai sini, tak ada alasan untuk melenceng dalam menggambarkan sosok Columbus. Apalagi sumber lain memberikan deskripsi yang senada. Misalnya, dari Bartolome de las Casas, orang Spanyol yang penulis Historia de las Indias: "Tubuhnya tinggi, di atas rata-rata. Wajahnya panjang, dengan hidung bengkok. Jenggot dan rambutnya merah waktu muda, tapi terlalu cepat beruban." Juga Gonzalo Fernandez de Oveido, yang menulis Historia general y natural de las Indias: "Tubuh dan penampilannya bagus, dengan tinggi di atas rata-rata dan lengan yang kuat. Matanya cerah dan proporsi penampilan yang lain keren: dengan rambutnya yang sangat merah dan muka seperti terbakar dan berbintik-bintik". Hernando juga menggambarkan karakter ayahnya. "Dalam hal makan dan minum, ia sangat bersahaja," tulisnya. "Ia gampang akrab dengan orang asing sekalipun dan sangat ramah kepada para anggota keluarga. Ia juga bersikap keras dalam masalah agama. Dalam soal puasa dan berdoa, ia bisa disangka anggota orde keagamaan tertentu .... Tangannya sangat indah, sepertinya ia mencari makan hanya dengan kepintaran otaknya." Dalam biografi itu Hernando menambahkan, "Sang admiral merupakan orang dengan segudang pengalaman, dan tidak membuang waktunya dengan kerja dengan tangan, hal yang tidak sesuai dengan nama besar dan keabadian perilaku yang telah dijalaninya." Dari analisa anaknya itu tak tampak kesan bahwa Columbus adalah seorang pelaut yang keras. Namun, tentunya, ia pun tak mungkin terlalu lembut dan terlalu sederhana bila harus mengontrol sekelompok pelaut kasar yang mengira bahwa mereka menempuh perjalanan ke ujung dunia. Washington Irving, sastrawan Amerika abad ke-18 yang mempelajari sastra Spanyol, menyimpulkan sosok Columbus "bertubuh tinggi, tegap berotot, dengan sikap yang bisa menimbulkan hormat dan kepatuhan." Tidak ada potret atau gambar Columbus yang dibuat semasa ia hidup. Tidak ada pula lukisan dibuat oleh mereka yang mengenalnya secara pribadi. Ini bertolak belakang dengan asumsi sejumlah pakar sejarah bahwa lukisan potret merupakan mode di Spanyol pada abad ke-15 tak ada satu pun lukisan potret Columbus. Ini bisa menunjukkan bahwa semasa hidupnya Columbus tidak dianggap sebagai tokoh penting. Atau keluarga Columbus menggunakan uangnya untuk keperluan lain daripada untuk membayar pelukis. Tak kurang dari tujuh puluh satu potret Columbus, kebanyakan dari abad ke-18 dan ke-19, dipamerkan dalam ekshibisi Columbus di Chicago, AS, pada 1893. Ia digambarkan mulai sebagai pahlawan sampai tokoh mistik berhidung seperti dewa sampai berhidung bengkok dengan wajah meyakinkan sampai yang bloon dari yang bermuka kurus sampai yang berpipi tembem dari yang berewokan sampai berwajah klimis berkumis atau yang hanya berjenggot bermuka masam atau yang berwajah ceria berpakaian jubah atau setelan biasa. Salah satu lukisan potret Columbus yang baru menunjukkan sang tokoh berwajah gelap. Gambar yang dibuat oleh Leonardo Lasansky itu selesai pada 1984 dan diberi judul Cristoforo Colombo. Lasansky, seorang profesor seni rupa di Universitas St. Paul, Minnesota, AS, setelah mempelajari berbagai buku tentang Columbus, memutuskan untuk menghilangkan apa yang disebutnya sebagai "profil psikologis pelaut". Katanya, "Yang paling menakjubkan saya adalah apa yang tidak kita ketahui tentang orang itu. Saya ingin lebih menekankan pada unsur mitologi dan misteri daripada menekankan pada deskripsi fisik Columbus." Lebih menarik adalah misteri di balik wajah Columbus. Asal-usulnya dan negara kelahirannya kerap diperdebatkan, khususnya pada abad ke-18 dan ke-19. Baik Columbus maupun Hernando, sang anak, secara sengaja atau sebaliknya, tak pernah menyebut-nyebut soal itu. Tak heran jika banyak muncul kisah tak berdasar bukti, tentang moyang Columbus. Hernando hanya menulis, "Seseorang biasanya lebih dihargai bila mereka dilahirkan di kota-kota besar atau punya darah bangsawan." Dalam menanggapi buku Agustino Giustiniani, seorang uskup Genoa, yang melukiskan orangtua Columbus yang sederhana dan hidup di Genoa, Hernando meluruskan "pendapat salah" ini. Tanpa menyertakan bukti-bukti dan dokumentasi, Hernando membenarkan bahwa keluarga Columbus, "merupakan keluarga terhormat yang menjadi miskin akibat faksi-faksi dalam dinasti di Lombardy." Lombardy, kawasan utara Italia, dikuasai Prancis dari abad ke-8 sampai ke-16, baru kemudian diperintah oleh Spanyol. Hernando berpendapat bahwa latar belakang keluarga tak relevan dalam kasus Columbus. Hernando percaya, "Sang admiral terpilih untuk tugas-tugas akbarnya oleh Raja kami, yang menginginkan dia (Columbus) mengikuti jejak yang lain sambil mengharumkan namanya (sang raja) di seberang lautan, bukan di kota-kota atau istana-istana, dengan begitu meniru Raja kami, yang percaya bahwa ia (Columbus) keturunan bangsawan Yerusalem, tapi bangga pada ketidakjelasan asal orangtuanya." Jika anak Columbus saja bisa seenaknya menceritakan asal-usul Columbus, bayangkan saja kisah-kisah rekaan dari tukang-tukang dongeng, dan para sejarawan masa-masa sesudahnya. Karena banyaknya keluarga bermarga Colombo di Italia, Colon di Spanyol, Colom di Portugal, dan Coullon di Prancis, orang lalu merajut asal-usul Columbus sesuai dengan selera masing-masing. Mereka semua mengaku punya hubungan dengan Columbus. Padahal, sejumlah klaim, bahkan, tak punya dasar sama sekali. Salah satu hipotesa yang bertahan menyatakan bahwa Columbus berasal dari Spanyol yang kemudian menjadi penganut agama Yahudi. Keyahudian Columbus itu ada hubungannya dengan kepindahan keluarganya ke Genoa. Para pendukung teori ini juga menunjukkan ciri-ciri hidung bengkok Columbus, kesetiaannya kepada kitab Perjanjian Lama, serta kegandrungannya pada uang dan emas. Ciri-ciri itu sampai kini pun oleh umumnya orang dikatakan sebagai ciri orang Yahudi meski ada yang mendebatnya bahwa dari fisik itu bisa juga milik orang Genoa. Bila kegemaran pada uang dan emas hendak ditekankan, orang Skotlandia berada di depan orang Yahudi. Memang soal Yahudi ini menarik banyak orang. Salvador de Madariaga dalam buku biografinya, Christopher Columbus, terbitan 1939, pun mencoba membuktikan keyahudian Columbus. Menurut Madariaga, keluarga Columbus orang Yahudi Catalan, yang mengubah nama marganya dari "Colon" jadi "Columbus", disesuaikan dengan bahasa Italia "Colombo". Di Genoa, keluarga Columbus menganut agama Nasrani. Karena latar belakang Yahudi itulah, menurut Madariaga, Columbus tutup mulut perihal keluarganya. Seperti diketahui, waktu itu Raja Ferdinand dan Ratu Isabella bersikap keras terhadap Yahudi di Spanyol. Orang Yahudi yang tak mau pindah agama ke Kristen langsung diusir. Jadi, bila benar ada darah Yahudi dalam diri Columbus, mestinya ia kemudian memeluk agama Kristen, dan jadi pengikut Kristus yang baik. Buktinya, ia diterima bergaul di kalangan yang berkuasa baik di Portugal maupun di Spanyol, dua negara tempat para conversos (penganut Nasrani baru) punya posisi berpengaruh di sektor keuangan, di kalangan gereja, dan di pengadilan. Untuk tetap menjaga semuanya itu, ia tutup mulut perihal moyangnya yang Yahudi. Mungkin. Pada akhir abad ke-15, ada 300.000 conversos di antara penduduk Spanyol. Mereka aktif berkecimpung di sektor perdagangan, dan kelompok elitenya banyak yang kawin dengan keluarga aristokrat Spanyol, yang berpengaruh besar dalam bidang kesenian dan pemerintahan. Luis de Santange, bendahara Raja Ferdinand, yang berperan dalam menentukan bantuan untuk Columbus, adalah anggota keluarga Yahudi yang pindah agama (Kristen). Conversos lainnya, yang juga memegang posisi penting, adalah Bartolome de las Casas, salah seorang yang menulis penemuan Dunia Baru oleh Columbus itu. Setelah menelaah buku-buku ini dan tulisan-tulisan lain, seorang ahli filologi Spanyol, Ramon Menendez Pidal, yakin bahwa Columbus tak pernah berbahasa Ibrani Spanyol atau Spanyol-Italia. Ia menggunakan bahasa Spanyol dengan ejaan Portugis. Sejumlah pakar lebih lanjut berargumentasi bahwa absennya bahasa Italia dari tulisan-tulisan Columbus menunjukkan asal Columbus memang dari Genoa. Seorang pemuda yang besar di Genoa waktu itu, dalam situasi seperti itu, hanya akan tahu dialek Genoa dan bukan bahasa Italia yang baku yang merupakan bahasa sastra dan pengetahuan. Morison percaya bahwa Columbus buta aksara saat meninggalkan rumah. Usaha banyak orang membuktikan keyahudian Columbus sebenarnya hanya dengan satu tujuan, yakni untuk memecahkan beberapa misteri sekitar kehidupannya di masa kecil dan muda. Alasannya ialah, seperti sudah disinggung, bila benar Columbus Yahudi, meski keluarganya sudah memeluk Nasrani, itu menjelaskan mengapa ia tetap merahasiakan asal-usulnya. Apalagi ia punya hubungan baik dengan para conversos (mualaf Nasrani). Dua hal itu, keyahudiannya dan hubungannya dengan para mualaf Nasrani, di Spanyol waktu itu bisa sangat tidak menguntungkannya. Waktu itu, kekayaan para conversos menimbulkan kecemburuan sosial. Mereka dicurigai menganut Kristen secara tidak sungguh-sungguh. Mereka dituding mempraktekkan agama Yahudi secara diam-diam. Ribuan conversos dihukum mati karena tuduhan tersebut, dan ribuan lainnya lari ke luar negeri. Namun, selain pembuktian secara deduktif itu, tak ada bukti soal hipotesa Yahudi ini. Juga tak ada bukti bahwa tujuan pelayaran Columbus sebenarnya untuk mencari tanah air baru bagi orang Yahudi. Dalam hal tempat kelahiran, hanya sedikit keraguan muncul di kalangan sejarawan bahwa ia dilahirkan di Genoa, Italia. Salah satu iklan perayaan besar 500 tahun Columbus di Genoa berbunyi demikian: "Italia mengucapkan selamat pulang (pada Columbus) dengan suatu pameran bertaraf internasional." Di Genoa, ibu kota Italia Riviera, Columbus lahir, kemungkinan besar pada 1451. Di sana ia tumbuh di pinggir laut, dan dalam usia muda, seperti ditulis Columbus, bergaul erat dengan para pelaut. Pada awalnya, ia mungkin berlayar jarak dekat dan sesekali bekerja di toko ayahnya di Savona. Pengalaman pertama berlayar jarak jauhnya empat tahun kemudian, yakni pelayaran ke Chios, wilayah koloni Genoa. Ia melakukan pelayaran kedua ke Chios, pada tahun berikutnya. Pada tahun yang sama, seperti disebut Hernando, ia berlayar ke Prancis. Hal yang lebih penting daripada tempat kelahiran Columbus adalah soal waktu. Tahun 1451 adalah dua tahun sebelum jatuhnya Constantinopel ke tangan Otoman Turki. Republik Genoa sangat terpukul ketika itu karena kehilangan ibu kota timur Kerajaan Kristen. Bukan hanya karena itu mengancam jalur perdagangan ke timur republik ini, tapi juga karena 400 prajurit Genoa terlibat dalam perang dramatis tersebut. Kepulangan sisa-sisa para prajurit menimbulkan trauma perang, dan perasaan dendam. Columbus muda tumbuh dewasa dalam suasana ketika orang-orang bicara tentang keburukan Islam, dan kehancuran kebesaran Kristen. Para pastor dan Paus mengimbau para martir untuk merebut kembali Konstantinopel dan Yerusalem. Semua ini bisa merangsang mimpi tentang pengembaraan akbar pada seorang muda dengan pengalaman berlayarnya. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini