Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Intermittent fasting atau puasa intermiten bisa digunakan untuk diet dan memiliki ragam manfaat bagi tubuh. Lalu, apa itu intermittent fasting?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari laman Healthline, Rabu, 23 Februari 2022, intermittent fasting adalah pola makan di mana seseorang menahan diri untuk tidak mengonsumsi kalori dalam jangka waktu yang lama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Biasanya ini berlangsung antara 12 dan 40 jam. Minuman bebas kalori, seperti air dan kopi diperbolehkan selama puasa. Tetapi, makanan atau minuman dengan kalori tidak diizinkan.
Misalnya, jika seseorang selesai makan malam pada Senin jam 7 malam dan tidak akan makan lagi sampai Selasa jam 7 malam, ia telah menyelesaikan puasa 24 jam. Sementara beberapa orang memilih melakukan intermittent fasting dari sarapan hingga sarapan atau makan siang hingga makan siang.
Meski begitu, intermittent fasting tidak melulu harus dilakukan 24 jam. Ia bisa dilakukan dengan periode yang lebih pendek, yaitu:
- Makan dengan batasan waktu yang melibatkan puasa 12 jam atau lebih setiap hari. Contohnya, metode 16/8 di mana seseorang melakukan puasa 16 jam setiap hari dengan jeda makan delapan jam. Pada jeda inilah orang-orang bisa memakan dua atau lebih makanan.
- Diet 5:2, ini melibatkan makan seperti yang biasa dikonsumsi selama lima hari dalam seminggu dan membatasi asupan kalori hingga 500-600 pada dua hari tersisa.
- Eat Stop Eat atau Makan Berhenti Makan, ini melibatkan puasa 24 jam sekali atau dua kali seminggu.
- Puasa bergantian, metode ini bertujuan supaya orang-orang berpuasa setiap hari.
- The Warrior Diet atau Diet Prajurit, adalah salah satu diet populer pertama yang memasukkan bentuk intermittent fasting. Ini melibatkan sejumlah kecil buah dan sayuran mentah di siang hari dan makan besar di malam hari.
Dilansir dari laman Medical News Today, beberapa penelitian dalam sebuah ulasan studi pada 2018 menunjukkan manfaat penurunan berat badan dari intermittent fasting. Sementara studi pada 2014 menemukan puasa untuk membatasi kalori merupakan cara meningkatkan IGF-1 yang berpotensi menurunkan risiko penyakit kronis pada seseorang dan memperpanjang umur mereka.
AMELIA RAHIMA SARI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.