Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA unit ekskavator terlihat sibuk mengeruk gundukan pupuk urea dari kapal angkut PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, Selasa sore pekan lalu. Di ujung dermaga Pelabuhan Tanjung Buton, Kabupaten Siak, Riau, itu, dua buruh angkut nyemplung di lambung kapal, turut menyeroki tumpukan pupuk berwarna putih yang tidak terangkut oleh alat berat.
Di pinggir dermaga, empat truk bertonase 10 ton telah antre menunggu muatan. Satu per satu lengan ekskavator mengayunkan moncongnya ke arah bak truk, menumpahkan pupuk ke dalamnya. "Pupuk ini akan dibawa ke gudang penyimpanan di Pekanbaru," kata Rozali, pengawas dari PT Tiga Manunggal Jaya, perusahaan penyalur pupuk di Riau.
PT Pupuk Sriwidjaja memilih Tanjung Buton sebagai pintu masuk bongkar-muat pupuk menuju Riau. Selain menjadi pintu masuk pupuk, pelabuhan yang terletak di tepi perairan internasional Selat Malaka itu menjadi jalur distribusi mobil dan sepeda motor dari Jakarta. Lewat Tanjung Buton pula bermacam produk agro dari Siak diekspor ke Malaysia, Singapura, hingga Korea Selatan.
Pemerintah Kabupaten Siak tengah mengembangkan Tanjung Buton sebagai pusat ekonomi baru di pesisir timur Sumatera. Terletak 175 kilometer di tenggara Dumai, Tanjung Buton menyuguhkan potensi pelabuhan dan kawasan industri. "Kami berharap Kawasan Industri Tanjung Buton (KITB) jadi pintu gerbang masuknya investor ke Siak," ucap Heriyanto, Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Siak.
Dari 5.100 hektare lahan untuk kawasan industri di Kampung Mengkapan, Kecamatan Sungai Apit, itu, "Sebanyak 600 hektare telah bersertifikat hak pengelolaan lahan," ujar Heriyanto. Di lahan itulah perusahaan-perusahaan investor dapat memulai usaha mereka. "Industri yang dikembangkan di Siak itu berbasis agro, berbeda dengan Dumai sebagai kawasan industri hilir sawit," kata Bupati Siak Syamsuar. "Jadi nanti semua bisa masuk."
Badan Pusat Statistik Siak mencatat industri pengolahan berperan vital bagi kabupaten berpenduduk lebih dari 400 ribu jiwa itu. Dalam lima tahun terakhir, industri pengolahan dengan sektor pertambangan serta minyak dan gas menyumbang lebih dari 70 persen dari total pendapatan Siak. Meski begitu, Siak membuka diri terhadap investasi nonsawit dan nonmigas. "Bisa pengolahan karet, sagu, refinery, galangan kapal, atau lainnya," tutur Heriyanto.
Perusahaan pertama yang melirik investasi di Tanjung Buton adalah PT Bosowa Corporindo. Bosowa sepakat menggelontorkan Rp 400 miliar untuk berinvestasi di kawasan industri ataupun pelabuhan. "Kami akan membangun industri packing dan batching plant semen sampai industri hilirnya, yaitu precast," kata Salman Dianda Anwar, Penanggung Jawab Proyek PT Bosowa Corporindo Wilayah Sumatera.
Menurut Salman, Bosowa membidik industri semen karena tingginya potensi permintaan proyek infrastruktur pemerintah di masa mendatang. "Jalan tol, kereta api, pelabuhan, jembatan, saluran drainase, dan jalan beton karena tanah gambut di Riau," ucapnya. Bosowa juga menggandeng perusahaan daerah Siak, PT Samudera Siak dan PT KITB, untuk mengelola operasional pelabuhan dan kawasan industri Tanjung Buton.
KABAR gembira itu datang pada pertengahan Juni lalu. Saat itu Bupati Siak Syamsuar memperoleh informasi dari Jakarta bahwa Kawasan Industri Tanjung Buton (KITB) telah ditetapkan menjadi kawasan ekonomi khusus. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tersebut, "KITB masuk proyek strategis nasional," kata Syamsuar.
Bagi Syamsuar, masuknya KITB ke daftar 248 kawasan ekonomi khusus itu berarti ada dukungan dana dari Jakarta. "Jalan menuju KITB kan sudah masuk jalan nasional, jadi kami berharap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat membantu untuk perbaikan jalan," ujarnya. Menurut Syamsuar, kualitas jalan menuju KITB akan menentukan minat investor untuk datang. "Kalau jalan bagus, pasti orang sangat kepingin berinvestasi di situ."
Mutu jalan menuju KITB terbilang jauh dari mulus. Tempo menyambangi KITB melalui Jalan Raya Lintas Timur Sumatera, Selasa pekan lalu. Dari ibu kota kabupaten, Siak Sri Indrapura, yang berjarak sekitar 33 kilometer, perjalanan ke Tanjung Buton harus ditempuh selama lebih dari satu jam. Kondisi jalan rusak berat dan berlubang sepanjang puluhan kilometer, meski masih bisa dilalui kendaraan roda empat ataupun truk bertonase besar.
Pemerintah Siak menyadari tidak bakal mampu memoles infrastruktur jalan ke KITB itu menggunakan dana daerah. Itu sebabnya, Siak mengandalkan bantuan anggaran nasional. "Dana daerah tidak akan mampu, butuh bantuan APBN," kata Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Siak Yan Prana Jaya. Kondisi berbeda dijumpai pada jalan raya mulus sejauh 100 kilometer yang menghubungkan Siak Sri Indrapura dan Kota Pekanbaru.
Kepala Cabang Bosowa di Riau, Abdul Muis Mustafa, mengatakan kualitas jalan menuju KITB perlu dipermak. "Akses jalan cukup mengalami kerusakan," ujarnya. Di luar persoalan jalan, Abdul menilai Siak potensial sebagai daerah investasi yang bakal berkembang. "Siak punya pelabuhan existing terdekat dari (pelabuhan) Dumai yang sudah overkapasitas."
Menurut Heriyanto, letak pelabuhan Tanjung Buton sangat strategis. Dari Singapura, Tanjung Buton berjarak sekitar 180 kilometer. Dibentengi Pulau Pedang, Tebingtinggi, Rangsang, dan Bengkalis, gelombang yang mengempas dermaga terbilang tidak kuat. "Kapal berbobot 45-50 ribu ton bisa sandar karena alurnya dalam," ucapnya. Lebar dermaga 200 meter bakal ditambah. "Nanti bisa dua kapal sekali sandar," kata Syamsuar.
Pengembangan kawasan Tanjung Buton bakal melengkapi prestasi Siak dalam hal perizinan. Sejak 2013, Syamsuar menerbitkan peraturan bupati tentang pelimpahan kewenangan kepada Badan Penanaman Modal dan camat. Sebanyak 39 jenis perizinan dan non-perizinan diselesaikan di level dua instansi itu. Bosowa merasakan dampak pemangkasan birokrasi perizinan tersebut. "Di Siak jauh lebih simpel," ujar Abdul Muis.
Kemudahan perizinan tak hanya diicip perusahaan besar. Rudi, 35 tahun, pengurus hotel dan rumah makan di Siak Sri Indrapura, tidak mengalami kesulitan mengurus izin usaha di Kantor Penanaman Modal. "Mudah," katanya setengah berjalan tergopoh-gopoh setelah memperpanjang izin Grand Royal Hotel. "Dua hari selesai jika tak ada halangan."
Dengan menenteng map penuh berkas persyaratan, Rudi juga mengurus izin usaha baru untuk rumah makan bernama Kota Istana. "Nanti ada SMS memberitahukan izin Anda sudah selesai."
Komisi Pemberantasan Korupsi menjadikan Siak daerah percontohan pelayanan terpadu satu pintu berbasis elektronik di Sumatera. "Orang bisa mengurus izin lewat sistem online atau datang ke kantor," ujar Heriyanto.
Tempo mencoba mengecek sistem perizinan di Siak lewat Jaga--aplikasi pemantau transparansi pelayanan publik yang dibikin oleh KPK. Hasilnya, seluruh proses perizinan usaha di Siak bisa dipantau via telepon pintar.
Potensi Baru di Timur Riau
TERLETAK di pesisir timur Provinsi Riau, kawasan Tanjung Buton menjadi andalan baru sumber pendapatan Kabupaten Siak. Di daerah yang menghadap Selat Malaka itu, kegiatan perdagangan dan investasi terus bergeliat. Sebagai alternatif baru selain Dumai, Tanjung Buton menyuguhkan pelabuhan dan kawasan industri strategis sebagai daya tarik utama bagi para investor.
Kabupaten Siak
Berdiri: 12 Oktober 1999
Luas wilayah: 8.556,09 kilometer persegi
14 kecamatan
131 kampung
Populasi: 408.034 jiwa (per 2015)
Angkatan kerja: 178.326 jiwa
Penganggur: 17.870 jiwa
APBD (Rp Triliun)
2011: 1,8
2012: 2,2
2013: 2,2
2014: 2,6
2015: 1,8
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Dengan Migas
2011: -0,52
2012: 2,07
2013: -2,56
2014: -0,71
2015: -0,25
Nonmigas
2011: 2,62
2012: 3,03
2013: 4,57
2014: 4,70
2015: 2,53
Jumlah Tenaga Kerja
Pencari Kerja Terdaftar
2015: 1.593
2016: 3.338
2017: belum ada data
Tenaga Kerja Asing
2015: 361
2016: 271
2017: 247
Jumlah Investor Berskala Nasional
2011: 7
2012: 10
2013: 38
2014: 32
2015: 18
2016: 25
Per Mei 2017: 15
Realisasi Investasi
Penanaman Modal Dalam Negeri (Rp Miliar)
2012: 1.195
2013: 681
2014: 2.395
2015: 527
2016: 739
Penanaman Modal Asing (Juta US$)
2012: 754
2013: 647
2014: 501
2015: 6,9
2016: 289
Total Realisasi Investasi Subsektor Utama
Asing:
- Industri kertas, barang dari kertas, dan percetakan: Rp 8,5 Triliun (87,3%)
- Industri makanan: Rp 526,1 miliar (5,4%)
- Tanaman pangan dan perkebunan: Rp 382,7 miliar (3,9%)
Dalam Negeri:
- Industri kertas, barang dari kertas, dan percetakan: Rp 3.181,8 miliar (80,9%)
- Industri makanan: Rp 417,3 miliar (10,6%)
- Tanaman pangan dan perkebunan: Rp 307,2 miliar (7,8%)
Potensi Investasi Lainnya
Sektor Pertanian
Lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas 12.958 hektare.
Komoditas unggulan terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, dan umbi-umbian.
Potensi lahan sawah terbesar di Kecamatan Bunga Raya, Sungai Apit, Sabak Auh, dan Sungai Mandau.
Sektor Peternakan
Siak ingin menjadi daerah sentra pengembangan sapi potong di Riau.
Selain sapi, potensi ternak ayam buras, kerbau, kambing, dan itik digarap.
Kawasan peternakan pola sistem integrasi sapi dan sawit seluas 270 ribu hektare untuk 540 ribu ekor.
Kawasan peternakan pola sistem integrasi sapi dan padi mencapai 7.704 hektare untuk 3.500 ekor.
Sektor Perkebunan
Komoditas tanaman perkebunan antara lain kelapa sawit, karet, sagu, kelapa, dan kakao.
Pada 2015, luas lahan perkebunan sawit 288.362 hektare, karet 15.477 hektare, sagu 10.151 hektare, kelapa 1.628 hektare, dan kakao 58 hektare.
Produksi sawit mencapai 969.234 ton, karet 11.646 ton, sagu 44.418 ton, kelapa 1.131 ton, dan kakao 17 ton.
Sektor Pariwisata
Ekowisata di kawasan perkampungan Mempura.
Wisata sejarah dan budaya di ibu kota Siak Sri Indrapura antara lain obyek wisata Jembatan Siak, Istana Siak, dan Balai Kerapatan Tinggi.
Wisata alam di Danau Naga Sakti, Kolam Hijau, dan Danau Km 51 Koto Gasib.
Sumber: BKPM, DPMPTSP SIAK, BAPPEDA SIAK, BPS SIAK
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo