Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PULUHAN mobil, bus, dan truk pengangkut barang, besar dan kecil, hilir-mudik di depan Hotel 88, Kota Parepare. Hotel yang beroperasi sekitar dua tahun terakhir ini terletak di tepi jalan Bau Massepe, salah satu jalur utama yang terhubung dengan jalan poros Palopo-Makassar di pesisir barat Sulawesi Selatan. "Kalau dari arah Makassar, inilah hotel pertama yang terlihat," kata Muhammad Akbar, Asisten Manajer Hotel 88, Rabu dua pekan lalu.
Ke arah utara, jalan Bau Massepe terhubung dengan rute poros Pinrang, yang menjadi jalur lintas kabupaten. Jalan ini juga terkoneksi dengan rute ke Pelabuhan Parepare, yang rutin disinggahi kapal barang, feri, dan kapal pesiar. Lebih dari 800 kapal bersandar di pelabuhan ini setiap tahun. Inilah pintu utama arus manusia dan barang melalui jalur laut setelah melewati Teluk Parepare dan Selat Makassar.
Akbar mengatakan Kota Parepare kian ramai dikunjungi tamu dari luar kota. Banyak yang melakukan urusan kerja, tak sedikit pula yang berwisata. Mereka tinggal sementara dan menyewa penginapan. Itu sebabnya, Hotel 88 dibangun. Tamu dari luar kota menjadi peluang besar bagi bisnis hotel di sana. "Tamu biasanya menginap satu-dua malam," ujarnya. "Menjelang akhir pekan lebih ramai."
Saat ini ada 30 hotel dengan 753 kamar di Kota Parepare. Pada 2011, sekitar 68 ribu pengunjung menginap di kota itu. Pada 2015, jumlahnya meningkat menjadi 120 ribu orang. Pemerintah Kota Parepare lantas membenahi sektor pariwisata dengan membangun sejumlah taman dan monumen untuk menarik lebih banyak wisatawan.
Lapangan Andi Makkasau menjadi salah satu lokasi pelesiran paling digemari di Kota Parepare. Di salah satu sudut lapangan, terpancang ikon kota berupa Monumen Cinta Sejati Habibie-Ainun. Diresmikan pada 2015, monumen tersebut merupakan penghargaan terhadap Bacharuddin Jusuf Habibie, presiden ketiga Republik Indonesia, yang lahir di kota itu.
Ramainya pengunjung alun-alun menjadi ceruk bisnis bagi yang jeli melihat peluang. Sari Bulan salah satunya. Perempuan 47 tahun asal Kabupaten Pinrang ini tertarik menggeluti bisnis mobil kayuh setelah melihat penyewaan serupa di alun-alun Yogyakarta. Menghabiskan modal sekitar Rp 90 juta, empat bulan lalu Sari memboyong empat mobil kayuh dari Yogyakarta. "Awalnya saya buka usaha ini di Pinrang, lalu pindah ke sini karena tempatnya lebih ramai," ujar Sari, yang merupakan pionir bisnis penyewaan mobil kayuh di Parepare.
Jeli melihat peluang bisnis itu pula yang dituntut dari Pemerintah Kota Parepare. Terlebih kota ini tak memiliki banyak sumber daya alam yang bisa dijual. Kontur daerahnya berbukit. Luas lahan sawah hanya delapan persen dari luas wilayah kota, yakni sekitar 834 hektare. Kota yang berada di Teluk Parepare ini memiliki garis pantai sepanjang 13 kilometer dan sebagian berupa karang. Minimnya wilayah laut membuat produk perikanan terbatas.
Wali Kota Parepare Taufan Pawe mengatakan yang bisa dijual dan dikembangkan dari kotanya adalah sektor jasa dan niaga. Apalagi kota pelabuhan seluas 99,3 kilometer persegi ini dikenal sebagai tempat transit. Mereka yang menggunakan jalur darat di kawasan barat Sulawesi Selatan dari Makassar menuju utara pasti melewati kota ini.
Pelabuhan di kota berpenduduk 138 ribu jiwa ini juga menjadi pintu masuk arus manusia dan barang dari kawasan tengah Sulawesi Selatan ke Kalimantan, Jawa, Bali, hingga Malaysia dan Filipina. "Kami ingin Parepare tak sekadar menjadi kota transit, tapi juga sebagai kota tujuan," tutur Taufan saat ditemui di kantornya dua pekan lalu.
Hanya, membangun kota yang pernah mengalami masa sulit karena masalah tata kelola pemerintahan daerah bukan perkara mudah. Selama 11 tahun, laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Parepare mendapat penilaian disclaimer dari Badan Pemeriksa Keuangan. Laporan keuangan juga dinilai tidak tepat waktu. "Ini persoalan yang saya warisi dulu," kata Taufan, yang dilantik pada Oktober 2013.
Setelah membenahi masalah tata kelola pemerintahan, Taufan menggenjot sektor pariwisata untuk dijadikan salah satu pegangan. Dalam waktu empat tahun, lompatan besar dialami. Total pendapatan daerah naik dari Rp 589 miliar pada 2011 menjadi Rp 836 miliar pada 2015. Adapun pendapatan asli daerah Parepare menembus Rp 138 miliar pada tahun lalu atau naik lebih dari dua kali lipat dalam empat tahun.
Banyak tempat wisata mulai dipoles agar pengunjung bertahan tinggal lebih lama. Wisatawan, misalnya, bisa menikmati senja di pesisir Tonrangeng Riverside, berbelanja malam hari di pasar senggol, atau sekadar menyeruput kopi hangat di kedai-kedai kopi yang tersebar di tepi pantai. "Wisata kuliner juga digenjot untuk menjadi andalan Parepare," ujar Palemui, pemilik Pales Teduh, kafe yang dibangun di atas pepohonan di tepi sungai di daerah Bacukiki Barat.
Para pelancong juga bisa berjalan-jalan di sejumlah taman, termasuk ke Kebun Raya Jompie, yang sudah ada sejak 1920. Di dalam kebun dengan luas sekitar 13 hektare itu, kini tengah dibangun menara pandang mengarah ke teluk.
Tingkat hunian hotel di sana kini mencapai 70 persen. Sebagian besar tamu berasal dari Makassar, Barru, Pinrang, dan Enrekang. Para wisatawan yang menuju Kabupaten Tana Toraja--sekitar empat jam berkendara ke arah utara Parepare--juga singgah di kota ini. "Saat kembali dari Tana Toraja, mereka pasti mampir lagi ke sini," kata Hasan Basri, Asisten Manajer Hotel Bukit Kenari, hotel tertua di sana yang didirikan pada 1989.
Kota ini menjadi pusat keramaian di kawasan tengah Sulawesi Selatan. Orang-orang dari kabupaten sekitar, seperti Pinrang, Sidenreng Rappang (Sidrap), dan Barru, kerap bermain ke Parepare.
Menurut Muhammad Akbar, tantangan terbesar bisnis wisata di kota ini adalah menahan pengunjung agar mau tinggal lebih lama. Sebagian besar pengunjung hanya singgah sejenak atau cuma melakukan urusan pekerjaan. "Tamu yang tinggal lama biasanya berkeliling kota dan menikmati wisata kuliner," ujar Akbar.
Tahun lalu, Pemerintah Kota Parepare membuat kebijakan yang mengatur kawasan strategis pariwisata daerah. Kawasan ini meliputi wilayah pesisir, hutan kota, dan obyek wisata buatan, seperti monumen dan taman. Wisata urban menjadi potensi terbesar lantaran kota ini menjadi tempat persinggahan pengunjung. Pergelaran seni tradisional, misalnya Festival Salo Karajae, rutin dipentaskan.
Wisata budaya, seperti perjalanan pelesir ke Tana Toraja, juga menjadi andalan Parepare. Setiap tahun ada lima-enam kapal pesiar mampir ke Pelabuhan Parepare dengan membawa 300-500 penumpang. "Lewat jalur sini lebih singkat ketimbang mereka singgah di Makassar," kata Syukur Razak, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Parepare. Pelancong dapat mengunjungi empat-lima lokasi wisata di Tana Toraja, lalu kembali ke Parepare untuk beristirahat.
Sayangnya, Parepare masih kekurangan sarana dan prasarana pendukung. Kota ini tak punya convention hall atau aula pertemuan dengan kapasitas besar. Penginapan dengan lebih dari 900 kamar juga tak ada. Target menggaet 500 ribu pengunjung per tahun pun bakal sulit dicapai. "Ini tantangan yang harus segera dibenahi," kata Taufan.
Untuk memenuhi target tersebut, Pemerintah Kota Parepare membuka peluang bagi para penanam modal. Perizinan pendaftaran usaha pariwisata dipermudah lewat pelayanan terpadu satu pintu.
Taufan menjamin investor tak akan kesulitan mengurus administrasi perizinan. Aparat pemerintah yang kedapatan mengutip pungutan liar akan dijatuhi sanksi berat. "Pelayanan yang baik dan efektif tidak perlu biaya macam-macam," dia menegaskan.
Bukan Sekadar Kota Transit
Kota yang menjadi pusat rute transportasi darat dan laut di pesisir barat Sulawesi Selatan ini minim sumber daya alam yang bisa dijual. Sektor jasa dan niaga menjadi pilihan. Pasar pariwisata pun dikembangkan dan izin investasi diperlonggar. Kota Parepare terus membenahi sektor wisata untuk menggaet lebih banyak pengunjung agar tak lagi sekadar menjadi kota transit.
Parepare dalam Angka
Luas Wilayah: 99,3 kilometer persegi
Jumlah Penduduk
Tahun | Jumlah |
2015 | 138.699 |
2014 | 136.903 |
2013 | 135.200 |
2012 | 132.048 |
2011 | 130.582 |
Angkatan Kerja
Tahun | Persentase |
2015 | 60,25 |
2014 | 60,62 |
2013 | 57,71 |
2012 | 60,37 |
2011 | 62,03 |
Tingkat Pengangguran
Tahun | Persentase |
2015 | 8,48 |
2014 | 7,06 |
2013 | 4,85 |
2012 | 4,21 |
2011 | 7,97 |
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Tahun | Persentase |
2015 | 6,28 |
2014 | 6,33 |
2013 | 7,95 |
2012 | 8,8 |
2011 | 8,42 |
Pendapatan per Kapita
Tahun | Rupiah (juta) |
2015 | 32,3 |
2014 | 20,5 |
2013 | 17,9 |
2012 | 15,8 |
2011 | 12,4 |
Angka Kemiskinan
Tahun | Persentase | Jumlah |
2015 | 6,08 | 8.410 |
2014 | 5,88 | 8.070 |
2013 | 6,38 | 8.600 |
2012 | 5,58 | 7.400 |
2011 | 5,91 | 7.700 |
Indeks Pembangunan Manusia
Tahun | Indeks |
2015 | 76,31 |
2014 | 75,66 |
2013 | 75,1 |
2012 | 74,67 |
2011 | 74,2 |
Anggaran Daerah
Tahun | Pendapatan | Belanja |
(miliar rupiah) | (miliar rupiah) | |
2015 | 836,5 | 783,3 |
2014 | 695,1 | 711,9 |
2013 | 648,9 | 614,3 |
2012 | 602 | 571,7 |
2011 | 589,6 | 632,6 |
Jumlah Industri (Nonmigas)
Tahun | Jumlah Perusahaan | Investasi | Nilai Produksi | |
(miliar rupiah) | (miliar rupiah) | |||
2015 | 1.361 | 48,9 | 154,5 | |
2014 | 1.338 | 47 | 139,9 | |
2013 | 1.344 | 37,7 | 94,7 | |
2012 | 1.312 | 36,9 | 92,3 | |
2011 | 1.304 | 35,4 | 91,5 |
Perikanan
Tahun | Produksi (ton) | Nilai (miliar rupiah) |
2015 | 4.346,7 | 71,9 |
2014 | 4.307,9 | 63,9 |
2013 | 3.380 | 34 |
2012 | 3.373,3 | 31,4 |
2011 | 3.363,1 | 32,5 |
Pasar
Jenis | Jumlah |
Tradisional | 5 |
Swalayan (Minimarket) | 30 |
Total Realisasi Investasi (miliar rupiah)
Sumber | 2014 | 2015 | 2016 | 2017 |
PMA* | - | - | 82,2 | 6,7 |
PMDN | - | - | - | - |
*) Industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi
Akomodasi (2015)
Tipe | Unit | Kamar | Ranjang |
Hotel | 30 | 753 | 1.532 |
Penginapan | 7 | 127 | 89 |
Tamu (data penginapan)
Tahun | Lokal | Mancanegara |
2015 | 119.804 | 514 |
2014 | 115.180 | 1.104 |
2013 | 126.624 | 779 |
2012 | 81.737 | 1.579 |
2011 | 67.668 | 852 |
Pelayaran
Tahun | Samudra | Nusantara |
(kapal) | (kapal) | |
2015 | 21 | 1.068 |
2014 | 15 | 959 |
2013 | 17 | 848 |
2012 | 19 | 852 |
2011 | 20 | 777 |
Sumber: Bappeda Parepare, BKPM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo