Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Laksamana Yudo Margono menenangkan anak buahnya yang kecewa soal Panglima TNI.
Dudung Abdurachman dan Eko Margiyono calon kuat Kepala Staf Angkatan Darat.
Megawati Soekarnoputri disebut-sebut menyukai Dudung Abdurachman.
PESAN WhatsApp dikirimkan oleh Laksamana Yudo Margono sekitar dua jam setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani mengumumkan Jenderal Andika Perkasa sebagai calon Panglima Tentara Nasional Indonesia. Berisi tiga kalimat, Kepala Staf TNI Angkatan Laut itu meminta anak buahnya menghormati keputusan Presiden Joko Widodo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kita sebagai prajurit Jalasena harus tetap loyal dan menghormati keputusan tersebut,” tulis Yudo di grup WhatsApp perwira tinggi Markas Besar Angkatan Laut. Jalasena adalah tanda kehormatan dari pemerintah buat mereka yang berjasa untuk Angkatan Laut. Menyatakan keputusan itu sebagai yang terbaik, Yudo meminta jajarannya tetap memajukan angkatannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Julius Widjojono membenarkan ihwal pesan yang dikirim Yudo itu. “Beliau menyebut keputusan presiden itu terbaik untuk bangsa dan meminta semua jajaran tetap bekerja,” ujarnya melalui telepon, Jumat, 5 November lalu.
Menurut seorang perwira dan mantan petinggi Angkatan Laut, pesan tersebut menjadi obat penenang. Sejak isu pergantian Panglima TNI berembus awal tahun ini, matra laut berharap Yudo menggantikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Apalagi hanya ada dua calon kuat panglima, yakni Yudo dan Andika.
Sedangkan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo disebut tak menjadi calon kuat karena satu matra dengan Hadi Tjahjanto. Petinggi Angkatan Laut juga percaya diri karena selama Jokowi menjadi presiden belum ada panglima dari korps baju putih. Apalagi Jokowi menginginkan Indonesia menjadi poros maritim dunia dan memiliki program tol laut.
Selama menjadi presiden, Jokowi tiga kali memilih calon Panglima TNI, yaitu Jenderal Gatot Nurmantyo dari Angkatan Darat dan Marsekal Hadi Tjahjanto dari Angkatan Udara. Setelah itu, Presiden menyerahkan lagi posisi panglima kepada Angkatan Darat dengan mengajukan Andika Perkasa. Undang-Undang TNI menyatakan posisi panglima dapat dijabat secara bergantian oleh perwira tinggi dari tiap angkatan yang menjadi kepala staf.
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana (Purnawirawan) Ade Supandi, mengaku menerima banyak pesan bernada kecewa dari koleganya. Salah satu isi pesan itu menyebutkan tidak ada satu pun panglima yang bisa menyelesaikan permasalahan di Papua ataupun di Laut Natuna. “Angkatan Laut terbiasa berenang, kecewa tapi enggak kelihatan,” ujar Ade.
Istana agaknya menyadari kekecewaan di TNI Angkatan Laut. Menurut seorang perwira tinggi yang dekat dengan Yudo, Panglima TNI Hadi Tjahjanto menemui lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1988 itu sehari setelah pengumuman Andika sebagai calon panglima. Dalam pertemuan itu, Hadi menyampaikan tawaran agar Yudo berkenan menjadi Wakil Panglima TNI.
Dua orang yang mengetahui proses pemilihan calon panglima membenarkan kabar tersebut. Ade Supandi pun mengaku mendengar adanya tawaran dari Istana. Namun dia menyarankan Yudo tak mengambil posisi itu karena tak strategis. Ia menilai jabatan itu kalah pamor dari Kepala Staf Umum TNI. Posisi wakil panglima, kata Ade, “Cukup dipegang perwira bintang tiga.”
Dimintai tanggapan pada Jumat, 5 November lalu, Hadi mengatakan bahwa komunikasi antara panglima dan para kepala staf bukan kegiatan istimewa. Ihwal tawaran kursi Wakil Panglima TNI, ia menyatakan jabatan itu sepaket dengan posisi Panglima TNI. “Artinya yang bisa menawarkan adalah pejabat di atas struktur tersebut,” tutur Hadi melalui WhatsApp.
Jika skenario Istana berjalan, akan ada pergantian Kepala Staf Angkatan Laut. Ada dua nama kuat yang disebut-sebut menjadi pengganti Yudo yakni Panglima Komando Gabungan Wilayah 1 Laksamana Madya Muhammad Ali dan Rektor Universitas Pertahanan Amarulla Octavian. Ali lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1989 dan Octavian seangkatan dengan Yudo.
Yudo tak mengangkat panggilan telepon atau membalas pesan yang dilayangkan Tempo. Saat pengumuman nama panglima, dia menghabiskan hari di kantor dengan bermain tenis. Yudo berpasangan dengan salah satu atlet tenis nasional melawan anak buahnya. Selesai salat magrib, ia makan bakso bersama di lapangan tenis yang baru diresmikan itu.
•••
SINYAL bakal segera terisinya posisi Kepala Staf TNI Angkatan Darat dilontarkan oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno. “Saat pergantian panglima tentu saja harus segera ada pengisian KSAD yang baru,” ujar Pratikno setelah menyerahkan surat presiden ihwal pencalonan Panglima TNI, Rabu, 3 November lalu.
Saat ini ada 15 jenderal berpangkat letnan jenderal di Angkatan Darat. Mereta di antaranya Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Bakti Agus Fadjari, Inspektur Jenderal Angkatan Darat Benny Susianto, Panglima Komando Cadangan Strategis Dudung Abdurachman, dan Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat Teguh Arief Indatmoko.
Selain itu, Kepala Staf Umum TNI Eko Margiyono, Wakil Menteri Pertahanan Muhammad Herindra, dan Kepala Badan Intelijen Strategis Joni Supriyanto. Analisis Utama dari Laboratorium Indonesia 2045, Andi Widjajanto, menuturkan, ada dua nama kuat untuk menggantikan Andika, yaitu Dudung Abdurachman dan Eko Margiyono.
Menurut Andi, posisi kepala staf setelah era Reformasi lebih banyak diisi tentara yang pernah atau sedang bertugas sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. “Pada masa Presiden Jokowi, semua KSAD juga pernah menjabat Pangkostrad,” kata mantan Sekretaris Kabinet ini. Ia merujuk pada Gatot Nurmantyo, Mulyono, dan Andika Perkasa, yang pernah memimpin Kostrad.
Andi pun menilai Presiden Joko Widodo mempertimbangkan faktor kedekatan dan masa pensiun. Dudung lulusan Akademi Militer angkatan 1988 dan akan pensiun pada November 2023. Sedangkan Eko setingkat di bawah Dudung dan baru pensiun pada April 2025.
Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman, di kawasan Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta, 1 November 2021. Dok Kostrad
Ihwal kedekatan dengan Presiden, Andi menilai Dudung dan Eko mempunyai hubungan yang sama. Keduanya pernah menjabat Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta. Posisi itu otomatis masuk ring satu protokol presiden, misalnya ikut mengantar ataupun menjemput presiden ketika bepergian. “Ada kesempatan bertemu dan berinteraksi,” ujar Andi.
Anggota Komisi Pertahanan dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Syaifullah Tamliha, mengatakan pemilihan Kepala Staf TNI Angkatan Darat akan menghitung faktor Pemilihan Umum 2024. Jika Jokowi memilih Eko, kata Syaifullah, berarti pemerintah ingin mencari kepala staf yang bisa mengamankan pemilu sampai perhelatan itu berakhir.
Sedangkan jika Dudung yang terpilih artinya pemerintah berpikir tahapan pemilu sudah bisa berjalan baik. Syaifullah menilai pergantian kepala staf pada 2023 juga dianggap tak mempengaruhi persoalan keamanan. “Intinya, calon kuat ya dua orang itu,” ucapnya, Kamis, 4 November lalu.
Dudung Abdurachman disebut-sebut disukai oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Salah satunya karena dia berani berhadapan dengan Front Pembela Islam pada November 2020. Saat itu, Dudung memerintahkan anak buahnya mencopot spanduk FPI.
Megawati juga disebut menyukai Dudung karena ia membangun patung mantan presiden Sukarno di Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah, pada Februari 2020. Ketika itu, Megawati, Ketua DPR Puan Maharani, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan hadir dalam peresmian patung tersebut.
Ketua Fraksi PDIP Utut Adianto, yang juga datang, bercerita bahwa Megawati gembira karena setelah 75 tahun baru ada patung Sukarno dan diperkenalkan sebagai proklamator. “Ibu sangat senang,” ujarnya. Selain itu, mertua Dudung, Mayor Jenderal (Purnawirawan) Cholid Ghozali, pernah menjabat Ketua Dewan Penasihat Baitul Muslimin Indonesia, organisasi sayap PDIP.
PUTRI BUDIARTI, RAYMUNDUS RIKANG
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo