Platform Digital Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual secara online tidak hanya menyasar perempuan dewasa, tapi juga remaja. Angkanya terus meningkat setiap tahun, tapi perlindungan terhadap korban masih minim. Pelaku menjual video pemerasan seksual ke platform pornografi di Internet dan menangguk duit hingga ratusan juta rupiah.

29 Mei 2021 | 00.00 WIB

Perbesar

Ratna, dalam wawancara dengan Tempo di kawasan Thamrin, Jakarta, 29 April 2021. (Foto: TEMPO/ Harfin Naqsyabandy)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

Jumlah kasus kekerasan seksual online tahun ini meningkat lebih dari empat kali lipat dibandingkan 2019. Temuan Komnas Perempuan dan Safenet menunjukkan tren ini makin mengkhawatirkan karena tak adanya keberpihakan penegak hukum pada korban.
Seorang pelaku mengaku mendapatkan duit hingga Rp 150 juta per bulan dari video pemerasan seksual. Bekerjasama dengan sejumlah pria, dia memperdaya perempuan muda lalu merekam diam-diam aktivitas intim mereka.
Seorang bekas model menceritakan pengalamannya hampir menjadi korban industri pornografi berkedok sesi pemotretan bikini di Singapura. Akibat insiden itu, dia mengalami depresi dan mencoba bunuh diri. Penanganan dampak psikologis korban kekerasan seksual

SELEMBAR sobekan kertas mendarat di lantai kamar Lisa Clarani—bukan nama asli—pada Senin dinihari, 3 Mei lalu. Seseorang melemparkan “surat kaleng” itu lewat lubang penyejuk udara di atas dinding kamar indekosnya di kawasan Jakarta Selatan. Lisa berbagi mesin penyejuk yang sama dengan kamar di sebelahnya melalui sebuah lubang udara.