Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bahasa tak jelas

Kini orang menyenangi kalimat tidak jelas alias diplomasi. caranya dengan mengulang ucapan atasan atau dengan berusaha menghindari timbulnya diskusialias dengan nada datar. dasarnya, takut bersikap. (fk)

6 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG rekan menceritakan sebuah karikatur dari Sydney Morning Herald. Di situ dilukiskan perdana menteri Australia, Fraser sedang mengingatkan menteri luar negerinya, Peacock. Katanya: " Pelajaran sudah cukup jelas. Jangan menyatakan politik yang terlalu jelas". Sudah tentu ini berkenaan dengan ucapan Fraser tentang Timor Timur, yang ditafsirkan berbeda-beda di Jakarta ataupun di Canberra -- karena ucapan itu memang sebenarnya tidak jelas. Salahkah Fraser? Mungkin tidak. Kalau diperhatikan benar, di dunia ini banyak orang jadi enak karena ucapan-ucapannya yang tidak jelas. Konon adalah seorang pejabat lokal yang ditanyai pendapatnya tentang gagasan mengerahkan mahasiswa untuk memberi penerangan yang baik tentang keluarga berencana. Sang pejabat, dengan senyum seperti orang sabar, menjawab: "Yah, ada buruknya dan ada baiknya lepas dari setuju atau tidak setuju". Itu contoh jawaban yang enak: si pejabat tidak usah berpikir keras, karena soal berpikir keras memang bukan kebiasaan dan tugasnya. Dan sementara itu juga tak perlu takut akan terikat pada sikap apapun. Barangkali karena jadi enak telah jadi semangat umum, rupanya selama ini diam-diam telah berkembang suatu tehnik untuk mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak jelas. Bagaimana tehnik ini, baik kita pelajari sedikit polanya. Pola itu ternyata punya dua ciri, paling sedikit. Ciri pertama: kalimat- tidak- jelas yang paling lazim selalu disertai dengan sedikit variasi baik dalam nada ataupun gaya. Juga selalu disertai kata atau anjuran yang sudah banyak sekali dipakai orang lain, terutama oleh atasan, meskipun sudah "basi", untuk meminjam istilah Menteri Syarief Thayeb. Misalnya: "berpartisipasi untuk mensukseskan pembangunan", atau "asal tidak bertentangan dengan kepentingan nasional". Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kata-kata itu, anda tak usah tahu persis -- baik kalau anda sendiri yang mengatakannya atau kalau anda hanya mendengarkan . Ciri kedua: kalimat-tidak-jelas biasanya mengurangi sebanyak mungkin "pancingan" ke arah timbulnya diskusi. Tak pernah tajam, tak perlu merangsang pemikiran. Misalnya, kalimat: "Dalam pembangunan harus selalu dijaga perimbangan antara pusat dengan daerah", tak akan merangsang diskusi dibanding dengan kalimat: "Pusat mengambil lebih banyak uang yang dikumpulnya daerah!". Dan bila dengan contoh ini anda lantas teringat Gubernur Ali Sadikin, mamang: kalimat Ali Sadikin unumnya tidak termasuk golongan "kalimat-tidak-jelas". Ia sering memancing timbulnya diskusi. Setuju atau tak setuju, orang banyak jadi berpikir. Walhasil, dasar dari kalimat-tidak-jelas ialaha, biasanya, ketakutan bersikap. Mungkin juga ketakutan berpikir, ketakutan bertanya, ketakutan melangkah, ketakutan ....

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus