Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

5 Pertanyaan Pabrik Terapung

Pabrik pupuk urea di atas dua kapal yang dibeli pertamina dari belanda dibatalkan. pendesain kapal dan kontraktor industri pupuk swiss belum berpengalaman. dialihkan ke pabrik pupuk di bontang.

6 November 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA menteri bersama-sama menghadap Presiden di Bina Graha minggu lalu: Radius Prawiro, Sumarlin dan M. Jusuf. Di antara kertas-kertas yang dibawa Menteri Perindustrian Jusuf, ada yang berkepala "Tanker Pertamina". Ada perkembangan baru? Kepada pers yang mencegatnya di tangga Bina Graha Radius maupun Sumarlin belum bersedia memberi penjelasan. "Tunggu sampai keluar pengumuman resmi pemerintah", ujar kedua menteri yang diserahi tugas renegosiasi dengan pemilik 2 lusin tanker samudera yang disewa-beli oleh Pertamina itu. Lantas apa yang dibicarakan dengan Presiden? Ternyata ada berita pembatalan sama sekali proyek pabrik pupuk terapung yang direncanakan Pertamina di Bontang Utara, Kal-Tim. Dengan demikian, kata Radius sebagai ketua team yang diserahi tugas melakukan perundingan kembali tentang proyek-proyek Pertamina di Kalimantan Timur, "pemerintah berhasil menyelamatkan uang negara sebanyak $AS 216 juta". Namun tidak berarti Kalimantan Timur tidak kebagian pabrik pupuk sama sekali. Sebab pabrik itu - yang dialihkan'pelllbinaannya dari Pertamina ke Departemen Perindustrian -- kini akan "didaratkan". Kapasitasnya sama dengan rencana semula, yakni 560 ribu ton urea dengan bahan baku gas alam setempat. Besi Tua Proyek yang tertunda karena kesulitan keuangan Pertamina baru berwujud dua kapal bekas angkutan pertambangan, yang menurut Radius hasil nongkrong di Belgia. Kapal pertama, yang tadinya direncanakan untuk dibikin jadi pabrik urea terapung, sudah rusak. Karena itu akan dijual sebagai besi tua. Sedang satunya lagi, yang mestinya berfungsi sebagai pabrik ammoniak (bahan antara dalam proses pengolahan gas alam menjadi urea) masih dapat diperbaiki. Karena itu akan diubah menjadi kapal biasa, lalu dijual. Team Radius juga telah memeriksa kembali kontrak antara Pertamina dengan kontraktor utama proyek itu, maskapai Swiss IPI (International Petrochemical Industries). Sedang beberapa kontrak dengan subkontraktor IPI dibatalkan. Apa yang dibeberkan Radius itu sebenarnya bukan barang baru. Seusai sidang IGGI yang lalu di Amsterdam, Menteri Ekuin Widjojo Nitisastro dan Wakil Presiden Bank Dunia, Bernie Bell sudah mengungkapkannya pula pada pers di hotel Amstel. Kata Widjojo waktu itu, "untuk mendaratkan pabrik pupuk itu perlu tambahan biaya $AS 200 juta (TEMPO, 3 Juli). Gagasan untuk mendaratkan saja pabrik itu, datangnya dari ketua panitia penyehatan Proyek Pabrik Pupuk Terapung, Dirjen Industri Kimia Ir Agus Sudjono. Panitia itu adalah 1 dari 9 panitia penyehatan proyek-proyek Pertamina yang dibentuk dengan Keputusan Presiden awal April 1975. Termasuk panitia penyehatan Krakatau Steel yang diketuai Menteri J.B. Sumarlin. Dalam laporannya pada Team Teknis Penertiban Pertamina yang dipimpin oleh trio Letjen Hasnan Habib, Ismail Saleh SH dan Piet Haryono, team yang diketuai Agus Sudjono mengusulkan pembatalan proyek itu. Kalau Oleng Kalau pun proyek itu dapat dikerjakan oleh insinyur-insinyur Eropa di Belgia (yang kabarnya belum pernah mengerjakan disain seperti ini sebelumnya), team beranggapan akan berbahaya sekali melayarkan kedua pabrik terapung itu ke Bontang. Sebab kalau kapal itu oleh sedikit saja, proses produksi sudah akan terganggu. Juga letaknya toh tidak terlalu jauh dari darat (dekat sumur lepas pantai Union Oil). Karena itu mengapa tidak dibangun di darat saja. Walaupun biaya agak mahal karena tanah rawa di pantai Bontang itu harus ditimbun dulu sampai padat, kepastian kerjanya lebih bisa diharapkan. Trio Team Teknis Hasnan Habib menerima usul Agus Sudjono itu, dan membawanya ke sidang Kabinet. Selanjutnya sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi memutuskan untuk melepaskan proyek itu dari Pertamina untuk dialihkan ke Departemen Perindustrian. Juga diputuskan untuk didaratkan saja. Untuk itu Menteri Perdagangan Radius Prawiro ditugasi merundingkan kembali proyek itu dengan kontraktor-kontraktornya di Eropa Barat. Dalam hal ini Radius dibantu oleh Sumarlin, yang sesudah debutnya menciutkan 'gajah' Krakatau Steel lewat sepucuk Keppres ditunjuk untuk mengetuai sebuah team yang menangani semua masalah yang berhubungan dengan kontraktor-kontraktor Pertamina (non migas) maupun anak-anak perusahaan Pertamina (TEM PO, 17 Januari ). Meski tidak mengandung hal-hal baru, keterangan pers Radius Prawiro toh mengundang beberapa pertanyaan. Antara lain: * Berapa harga kedua kapal bekas yang dijual oleh Stamicarbon BV pada Pertamina, untuk dirubah menjadi pabrik pupuk terapung itu dulu? Stamicarbon BV ini yang teken kontrak dengan Pertamina bulan Maret 1974 adalah anak perusahaan Dutch State Mines dari Heerlen, Negeri Belanda. * Dapatkah hasil penjualan kedua kapal bekas itu menutupi ongkos pembatalan proyek pabrik pupuk terapung itu? * Perusahaan Swiss bernama I.P.I. itu kabarnya belum begitu dikenal dalam industri pupuk urea. Kalau benar demikian, mengapa perusahaan itulah yang diserahi kepercayaan membangun pabrik pupuk terapung: suatu eksperimen pertama di dunia yang bukan main mahalnya? Kalau keempat reaktor pupuk Pusri rampung akhir tahun depan, kapasitas produksi Pusri akan mencapai 1 1/2 juta ton urea setahun. Ditambah dengan produksi pabrik pupuk Kujang (Cikampek) sebesar 1/2 juta ton urea setahun, swa-sembada pupuk sudah akan tercapai tahun depan. Belum lagi ditambah dengan pabrik pupuk ASEAN yang diharapkan akan dibangun dengan modal ADB di Arun (Aceh) dan Sabah (Malaysia Timur) Kalau begitu, apa masih perlu tambahan satu pabrik pupuk lagi? * Apakah pinjaman $AS 150 juta dari American Express Bank (AS) untuk proyek itu juga dibatalkan? Atau justru dialihkan ke pembangunan pabrik pupuk penggantinya di daratan Kalimantan Timur itu?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus