Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Balada Para Tekong

Kurir pengantar uang adalah pekerjaan yang tak bisa digusur oleh bank di Bawean. Tugasnya banyak, termasuk memastikan calon TKI mendapatkan pekerjaan di negeri orang.

12 November 2007 | 00.00 WIB

Balada Para Tekong
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Logat Malaysia Salikin, 48 tahun, begitu kental. Padahal ia orang Bawean asli. Ia satu dari setidaknya 250 kurir pengantar uang, biasa disebut tekong, di Bawean. Menjual jasa sebagai tekong telah membuat hidup Salikin berpijak di dua negara. Dalam sebulan, 15 hari ia berada di Bawean dan 15 hari di Malaysia.

Munculnya pekerjaan kurir itu lantaran sebelum tahun 2001 di Bawean tidak ada bank. Seluruh uang keringat tenaga kerja Indonesia yang masuk Bawean dari luar negeri mengucur melalui tangan kurir-kurir. Sejak 2001, Bank Jatim berdiri di ibu kota Bawean, Sangkapura. Namun ini tak serta-merta menggantikan fungsi tradisional para kurir mentransfer uang itu. ”Masih banyak TKI yang memilih pengawal untuk mengantar uangnya ke kampung,” kata Salikin.

Kurir, kata Salikin, akan mendapat upah 10 persen dari seluruh uang yang dibawanya masuk. Pekerjaan menjadi tekong ini tetap bertahan—karena mereka bukan sekadar membawakan uang. Mereka sesungguhnya merangkap pengawal. Mereka berkewajiban membiayai seluruh keperluan TKI sejak di Bawean hingga masuk Malaysia atau Singapura. Mereka harus memastikannya mendapat pekerjaan di negeri tetangga itu. Selama TKI belum bekerja, mereka harus membiayai dan menjaga hidupnya di luar negeri dan memberi ongkos hidup sehari-hari anak-istrinya yang ditinggalkan.

Kalaupun si TKI sudah bekerja tapi belum bisa mengirim uang ke Bawean, keperluan hidup keluarga TKI itu ditanggung kurir. Tentu ini semua dikalkulasikan sebagai utang. Satu-dua bulan setelah TKI bekerja dan mendapat upah, si kurir menagih cicilan utang tadi ke Malaysia atau Singapura. Ia pulang seraya membawakan uang TKI untuk keluarga di Bawean. Upah jasa pengawal 10 persen itu adalah hasil kesepakatan umumnya di Bawean. ”Biasanya mereka menelepon terlebih dulu kalau mau kirim uang,” kata Salikin.

Salikin mengungkapkan, ongkos untuk mengirim TKI dari Juanda, Surabaya, ke Kuala Lumpur Rp 5 juta. Jika bertolak dari Batam: Rp 4,5 juta. Rinciannya, Rp 2 juta plus 600 ringgit (sekitar Rp 1,6 juta) untuk uang jaminan selama di Malaysia; sisanya untuk tiket pesawat pulang-pergi dan perjalanan darat selama di Indonesia dan di Malaysia. Ongkos ke Singapura juga sama, tapi uang jaminannya seribu dolar Singapura atau sekitar Rp 6 juta.

Sebagian besar orang yang diantar kurir-kurir ini adalah tenaga kerja ilegal. Untuk masuk Singapura, demi meyakinkan pihak Imigrasi, menurut Salikin, baik kurir maupun TKI harus berpenampilan rapi. Rambut gondrong alamat ditolak. Pengawal lain, Rahim, warga Desa Sungai Teluk, Bawean, mengisahkan, banyak TKI masuk Malaysia dan Singapura menggunakan visa pelancong.

Para kurir memiliki banyak trik untuk menyiasati aparat Imigrasi Malaysia dan Singapura. Biasanya mereka meminta orang Bawean yang sudah memiliki kewarganegaraan Singapura atau Malaysia untuk menjemput. Rahim menggambarkan pekerjaan para kurir merangkap pengawal ini berlangsung rapi. Mereka telah menyiapkan siapa yang akan menjemput. Tukang ojek atau taksi pun tidak sembarangan.

Untuk upah jasa memasukkan TKI yang baru pertama kali ke Singapura atau Malaysia, ada kesepakatan umum: kurir mendapat Rp 1 juta. Untuk TKI yang berpengalaman, tarifnya seikhlasnya. Kisarannya paling tinggi Rp 1 juta juga. Untuk membawa kiriman berbentuk barang melalui Bandar Udara Juanda, Surabaya, kurir memungut biaya 20 ringgit Malaysia per kilogram. Jika melalui Batam, dikenai 10 ringgit per kilogram. Dalam sebulan, seorang kurir bisa membawa uang TKI masuk ke Bawean setidaknya Rp 20 juta. Jika sedang ramai, bisa hingga seratus juta, bahkan lebih.

Rata-rata kurir di Bawean pernah menjadi tenaga kerja di Malaysia. Salikin, misalnya, dari 1980 hingga 2001 bekerja di Malaysia. Selama masa itu, ia telah berulang kali pulang-balik ke Bawean. Karena itu, seluk-beluk Malaysia dan orang-orangnya cukup ia kenal. Kurir seperti Salikin umumnya ber-KTP ganda: Indonesia dan Malaysia.

Pada kartu identitas tanda penduduk Malaysia, alamatnya di Kampong Paya Jaros Dalam, 47000 Sungai Buloh, Selangor. Ia juga menambah nama belakangnya dengan nama bapaknya, Sadli, agar namanya mirip cara penamaan di Malaysia. Tak hanya itu, ia pun memegang lisensi mengemudi di Malaysia. Rezeki menjadi kurir ini membuat Salikin hidup berkecukupan di Bawean bersama istri dan lima anaknya. Sebuah gerai telepon seluler dia miliki. Dan sang istri mengelola kios bahan kebutuhan pokok di pasar Sangkapura.

Sunudyantoro, Rohman Taufiq

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus