Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bangkit dan jatuhnya maha-yuppie

Donald trump, pengusaha real estate dan kasino yang kaya raya jatuh kredibilitasnya. tak mampu membayar bunga utang dan deviden. kekayaannya anjlok menjadi us$ 500 juta. penyebabnya, problem manajemen.

30 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengusaha muda real estate yang kemudian terjun ke dunia kasino itu, yang namanya moncer sejak tiga tahun lalu, yang hampir cerai dengan istrinya gara-gara kencan dengan beberapa cewek, tiba-tiba diketahui tak mampu membayar utang. Kredibilitasnya jatuh, dan pekan ini akan ditentukan adakah dia memang bangkrut, atau memang masih bisa ditolong dengan dana tambahan untuk menyelamatkan sejumlah usahanya. Sementara itu, sejumlah kreditor sudah siap-siap mengambil alih usahanya. TAK ada pengusaha besar yang dipuja dan kemudian diragukan kepiawaiannya dalam waktu singkat, sebagaimana Donald Trump. Tiga tahun lalu, pengusaha real estate dan kasino Amerika ini, dalam usianya yang baru 41 tahun, dinilai sebagai seorang maha-yuppie -- pengusaha muda cemerlang dan penuh harapan. Waktu itu ia menerbitkan bukunya yang jadi best seller dan digandrungi banyak pengusaha muda di penjuru dunia: Trump: The Art of the Deal. Yakni setelah di tahun sebelumnya ia banyak dipuji orang karena menyelesaikan sebuah proyek di Manhattan dengan biaya yang lebih rendah dari perkiraan dan waktu lebih singkat. Puncak kejayaannya terjadi tahun lalu, ketika berbagai media bisnis di Amerika mengabarkan bahwa kekayaan Trump mencapai US$ 1,7 milyar atau Rp 3,1 trilyun. Tapi ajaib, Jumat dua pekan lalu, ia dikabarkan gagal membayar bunga utang pada sebuah bank dan dividen pemegang saham kasino dan hotelnya di Atlantic City sebesar US$ 73 juta. Segera, ia jadi pembicaraan kalangan bisnis dan pokok berita di media seluruh dunia. Ia masih diberi tenggang waktu 10 hari. Bila saja pekan ini Trump tetap tak bisa melunasi kewajiban itu, sudah bisa dipastikan ia harus melego sejumlah kekayaan miliknya. Artinya, para kreditor siap mengambil alih satu per satu kekayaannya -- diduga, dimulai dari salah satu dari tiga kasinonya di Atlantic City. Juga, izin usaha judinya terancam dicabut. Senin pekan lalu gencar disebutkan bahwa Trump berusaha keras agar dilakukan penjadwalan kembali utang-utangnya, yang diperkirakan mencapai US$ 2 milyar -- majalah Newsweek menulis US$ 3,2 milyar. Setelah Sabtu sebelumnya, persis di ulang tahunnya ke-44, di depan karyawannya ia mengatakan, "Beberapa tahun ini aku berhasil membuat kejutan, dan kejutan terbesar akan segera terjadi." "Kejutan" pertama dimaksud tentulah kisah suksesnya. "Kejutan" kedua, tak jelas: apakah kelanjutan kisah sukses, atau "bubarnya sebuah pesta". Yanq pasti hari-hari belakangan ini makin banyak pihak yang kian tak mempercayai kredibilitas Trump. Rabu pekan lalu, perusahaan penjamin Belanda, NCM, membatalkan kontrak dengan sejumlah perusahaan yang sedang membuat kapal pesiar Trump Princess II. Kapal pesiar "terbesar dan termewah di dunia" seharga 200 juta dolar itu sedang dibuat di galangan kapal di Makkum, di utara Belanda. "Kami menarik diri, karena kami menerima info tak menguntungkan tentang kondisi keuangan Trump," ujar juru bicara NCM. Tak heran jika kini banyak pengamat yang membahas kemungkinan bangkrutnya Trump. "Kemungkinan bangkrut sangat tinggi. Saya duga kemungkinannya 60 sampai 70%," kata Bill Veronda, pengamat bursa saham risiko tinggi (high risk bond market) dari Financial Programmes Inc., di Denver, Negara Bagian Colorado. Majalah Forbes April lalu menyebut kekayaan Trump, dari sekitar US$ 1,7 milyar, kini anjiok menjadi US$ 500 juta saja. Utang yang kian menggelembung dan jatuhnya harga real estate disebut sebagai penyebabnya. Belakangan, sebelum Trump gagal membayar bunga utang, memang sudah ada yang terasa aneh. Banyak bankir keluar-masuk kantornya. Kini diketahui, ternyata mereka mencoba menjadwal kembali pembayaran utang Trump. Trump pun berusaha keras menjual sejumlah kekayaannya. Trump Shuttl, perusahaan penerbangan yang dibeli pada 1988 seharga US$ 350juta, dan kapal pesiar mewah Trump Princess, yang dibeli pada 1987 dari Sultan Brunei, sudah ditawar-tawarkan untuk dilego. Tapi Dewi Fortuna rupanya sedang menjauhi pengusaha yang ambisius ini. Trump Shuttle susah laku. Pasalnya, perusahaan penerbangan ternama AS, Pan Am, pun akan dijual, dan tampaknya bakal lebih laku ketimbang perusahaan penerbangan Trump. Rupanya, walau belum bangkrut, nama Trump sudah telanjur "jatuh". Nama Trump yang pernah menjadi jaminan mutu untuk meningkatkan harga -- misalnya, gedung yang dibeli murah, setelah ditempeli nama Trump di puncaknya, nilainya naik berkali lipat, kini yang terjadi adalah sebaliknya: nama Trump malah memerosotkan harga. Dan merosotnya harga itu bukan terutama karena kualitas usaha yang mau dijualnya. Itu lebih karena orang ingin mengail di air keruh: untuk mendapatkan harga semurah-murahnya dari yang lagi butuh uang kontan. Bisa dikata, ini senjata makan tuan. Dalam bukunya, Trump: The Art of the Deal, ia menulis, "Jangan perlihatkan rasa khawatir pada musuhmu. Ia akan jadi haus darah dan kau adalah mangsanya." Faktor lainnya yang memerosotkan nilai harta Trump adalah pecahnya perkawinan Trump-Ivana, yang ramai diberitakan Februari silam (lihat Ivana Seharum Mawar). Kata seorang calo real estate AS, para investor Jepang, yang tadinya hendak membeli apartemen Trump, mengurungkan niat mereka setelah "rame-rame Trump-Ivana". Para penanam modal Jepang, konon, tak suka atas publisitas semacam itu. Bila diteliti benar, gonjang-ganjingnya keuangan Trump dimulai tiga tahun lalu. Yakni setelah Trump rebutan untuk memiliki perusahaan Resort International dengan konglemerat Merv Griffin. Akhirnya perusahaan itu dibagi dua. Trump mendapat "Taj Mahal" yang belum rampung. Untuk merampungkan Taj Mahal, Trump harus meminjam US$ 1 milyar. Sialnya, bisnis kasino, yang mekar awal 1980-an, pada akhir dekade itu mulai melempem. Pada saat yang sama, Trump ditimpa problem manajemen. Salah satu penyebabnya, tewasnya tiga eksekutif kasino Trump dalam kecelakaan helikopter, oktober tahun silam. Termasuk Stephen Hyde, pimpinan yang mengurus jalannya bisnis perjudian Trump. Tanpa Hyde, Trump harus lebih banyak turun tangan dalam operasi rumah judinya. Itu tentu saja tak jadi soal bila Trump memang mengatur segalanya dengan beres. Masalahnya turun tangannya Trump identik dengan keborosan. "Ia menangani anggaran dengan egonya, buka berdasarkan realitas," ujar Jack o'Donnell, pimpinan Plaza Hotel dan Kasino, yang berhenti April silam. Trump juga dikritik karena mencampuradukkan masalah pribadi dengan bisnis. Menurut O'Donnell, walau ditentang para ma- najer, Trump memaksa membuka "restoran kerang" seharga US$ 1 juta di Trump Plaza. Belakangan terungkap alasan Trump: Marla Marples ketahuan kelewat sering memesan sea food. Marla Marples, seperti diketahui, merupakan "wanita lain" yang memecahkan perkawinan Trump-Ivana. Selain itu setelah pembukaan Taj Mahal berulang kali ditunda, Trump mulai berlaku kasar pada karyawannya. (Belakangan Trump mengakui telah mem-PHK 120 karyawan Taj Mahal. Ia membantah berita bahwa 2.500 dari 6.500 karyawan rumah judi terbesarnya itu sudah dipecatnya). Yang lebih parah Trump dianggap melanggar kode etik perjudian. Ia tidak hanya mengawasi berputarnya kasinonya, tapi juga mencatat siapa penjudi yang menang besar. Konon, di suatu Februari seorang Jepang sempat berbintang terang dan mengeruk Kasino Trum Plaza lebih dari US$ 6 juta. Suatu hari si Jepang balik lagi. Ketika si Jepang menang, Trump langsung mendekati orang itu, dan mondar-mandir di belakangnya. Padahal, "Ketika langganan mengalahkan Anda, Anda tak boleh mengeluh, tak boleh menunjukkan kekesalan," kata O'Donnell. Dan celakanya Trump tak berhenti di situ. Ketika si Jepang akhirnya kalah lebih dari US$ 10 juta -- lebih besar dari jumlah kemenangannya tempo hari -- segera saja Trump menghentikan permainan, dengan alasan agar si Jepang tak kalah lebih besar lagi. Mestinya Trump justru memberikan kesempatan dia buat memenangkan perjudian, kecuali si penjudi memang bangkrut. Tentu saja berita ini langsung tersebar, dan menjatuhkan nama Trump. Kemudian diketahui si Jepang pindah tempat ke Kasino Caesar, saingan Trump. Tak cuma itu. Dengan maksud yang sungguh tak diketahui, Trump mendaftar semua tamu kasinonya di Trump Plaza. Lalu ia mencoba memindahkan tamu-tamunya ini ke Taj Mahal. Selain ini tak etis, dari segi bisnis sungguh konyol, komentar O'Don- nell, bekas manajer Trump Plaza. O'Donnell bukannya sakit hati, langganannya digaet bos. Ia melihatnya dari segi bisnis semata. Langganan yang tak senang kesenangannya diganggu akhirnya tak memilih Trump Plaza serta Taj Mahal, tapi pindah ke tempat yang bukan milik Trump. Melepas burung di sangkar perak dan mengharapkan masuk sangkar emas, akhirnya si burung masuk sangkar tetangga. Kata orang di Amerika segalanya mungkin terjadi. Seorang milyuner yang tiba-tiba terbanting ke bawah bukan cerita baru. Termasuk bangkit kembalinya yang terlempar ke bawah. Kata sebuah kritik yang paling lunak terhadap Trump yang lagi ditirnpa tangga: kejatuhannya bukan semata salah dia. Usaha kasino dan real estate di Amerika kini memang suduh menurun. Farida Sendjaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus