KENTONGAN bertalu-talu di Desa Saba, Kecamatan Blahbatu, Bali, pertengahan Maret lalu. Dari rumah Nyoman Reda, beterbangan piring, panci, bantal, dan segala perlengkapan rumah tangga. Barang itu tampak sengaja dilemparkan ke jalan oleh pemilik rumah. Penduduk mengira ada kebakaran, sehingga kentongan segera dibunyikan. Ternyata: keluarga di rumah itu, ada 13 orang, dari orangtua sampai anak-anak, semua kesurupan. Mereka menari-nari, seperti tari Rangda dalam lakon Calonarang Karena itu, setiap benda di dekatnya dilemparkan. Penduduk yang sudah mengerumuni rumah itu tak bisa berbuat banyak. "Siapa yang mendekat akan saya bunuh dengan keris ini," kata Nyoman Kebit, gadis 18 tahun, yang tampaknya "pemimpin" kesurupan. Tak lama kemudian, Nyoman Kebit, yang hitam manis ini, menanggalkan seluruh pakaiannya, dan membuat gerakan seakan sengaja memamerkan tubuhnya yang bugil. Penduduk pun segera memanggil polisi. Polisl yang bersenjata pentung, dibantu pemuda setempat, akhirnya berhasil menangkap ke-13 orang yang kesurupan itu. Mereka dibawa ke ruang tahanan Polres Gianyar. Di kantor polisi ini, masyarakat juga berkerumun. Akhirnya, Kapolres Gianyar, Letnan Kolonel Yusuf Nairan, memerintahkan agar mereka dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Bangli. Menurut penduduk Desa Saba, malam hari sebelum "pesta kesurupan" itu, Nyoman Kebit mendatangi pura tanpa ditemani pemangku (pendeta di pura itu). Gadis yang hanya bersekolah sampai kelas III SD ini membawa stoples air. Entah apa yang diperbuatnya di pura tengah malam itu. Tapi esok harinya seluruh keluarganya diperciki air tadi. Keluarganya menurut saja - apalagi sebelumnya Nyoman Kebit ini sering berperi laku aneh-aneh, yang kalau kemauannya tidak dituruti bisa berbuat macam-macam. Dan, sejak diperciki air, terjadilah kesurupan ramai-ramai itu. Mereka belum diizinkan meninggalkan rumah sakit jiwa karena harus dirawat hingga sembuh benar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini