SUDAH lama, Aminah, 20, gadis berlesung pipit yang tinggal di Kelurahan Batutulis, Bogor, memadu kasih dengan Dani Djaelani, 23. Pemuda tubuh kecil ini bahkan sudah sering menginap di rumah Aminah. "Karena malu pada tetangga, akhirnya perkawinan dilangsungkan," kata Nyonya Adang, ibu si gadis. Pesta pernikahan berlangsung sebagaimana mestinya, setelah akad nikah di hadapan penghulu dan para saksi, 17 Desember lalu. Tak kurang dari 50 orang tamu hadir di rumah orangtua Aminah. Entah siapa yang usil, sehari setelah pernikahan itu, ada tuduhan Dani sebenarnya wanita. Berita ini berkembang terus, dari mulut ke mulut. Akhirnya, pamong desa Batutulis, disaksikan Tripida Kecamatan, memanggil kedua mempelai yang sedang berbulan madu. Di sebuah kamar, Dani disuruh membuka celananya. Ia menolak. Dani dan Aminah berulang-ulang menyakinkan bahwa si suami adalah laki-laki. Baru setelah orangtua Aminah meminta, Dani langsung mengaku, "saya memang perempuan." Kasus ini membuat sibuk pejabat setempat, menceraikan pasangan sejenis yang surat nikahnya dibuat pejabat-pejabat resmi. Dan itu sudah dilakukan awal bulan ini dengan membatalkan surat nikahnya. Menurut Soedibjo, ketua RT tempat mempelai berdomisili, kasus ini pelajaran berharga agar lebih teliti mengontrol warganya jika hendak menikah. Apa perlu dengan membuka celana?.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini