Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bintang padang perburuan barat

Otobiografi william francis cody yang dikenal sebagai bufallo bill, pemburu dan pemandu luar biasa, yang belakangan menjadi superstar di dunia seni panggung amerika. (sel)

21 Januari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG dukun meramalkan sesuatu mengenai Mary Lacock, sebelum gadis ini menikah. Katanya, Mary akan mempunyai seoran anak yang kelak menyandang nama besar. Benar saja. William Francis Cody, lahir sebagai anak Mary yang ketiga, 2 Februari 1846, nantinya dikenal sehagai Buffalo Bill. Dan nama besar ini adalah nama seorang pemburu bison dan pemandu luar bias, yang belakangan menjadi superstar pertama di dunia seni panggung Amerika. Sebagai mahabintang, Buffalo Bill didukung penampilan badan yang yahud. Tubuh semampai, wajah tampan dengan mata yang dalam. Misainya lebat, juga janggutnya yang terjurai bagai kuas itu.' Rambutnya gondrong sebahu. Janggut, misai, dan rambut, yang memutih pada usia tua, turut menopang kegemarannya akan warna putih. Ia hampir selalu menunggang kuda putih, dan acap mengenakan topi putih. Warna putih menjadi semacam trade mark baginya. Sebagai seorang yang turut memerangi Indian, dan konon sempat mengupas kulit kepala pejuang Indian Cheyenne, si Tangan Kuning, ia tidak pernah menjawab atau memperbincangkan berapa orang Indian pernah dibunuhnya. "Buffalo Bill tampaknya seorang yang sopan dan baik hati, yang memperlakukan orang dengan hangat dan rasa hormat," ujar Vine Deloria dari Universitas Ariona, Tucson, AS. Deloria menyumbangkan sebuah karangan dalam brosur Buffalo Bill and the Wild West, terbitan Museum Broklyn, New York, dan Museum Seni Institut Carnegie, Pittsburgh, Pennsylvania, 1982. Brosur yang dicetak khusus untuk pameran tentang Buffalo Bill dan Wild West itu turut dipakai ketika menyusun tulisan ini. Julukan Buffalo Bill, milik William Francis Cody itu, diperolehnya dari para perwira pasukan Amerika yang sedang memerangi suku Indian di suatu padang prairi. Waktu itu Bill terpaksa bekerja pada sebuah perusahaan konstruksi jalan untuk menghidupi istri dan seorang anak yang masih bayi. Suatu hari, bersama kuda poni Indiannya yang diberinya nama Brigham, ia sedang menarik alat perata jalan. Tiba-tiba, ia melihat sekawanan buffalo (kerbau Amerika yang juga disebut bison) melenggang malas di suatu padang. Naluri pemburunya langsung bangkit. Melepaskan alat perata jalan, Bill langsung menyambar bedilnya dan melompat ke punggung Brigham sambil mencoba membenahi pelana dan tali kekang binatang itu. Di tengah padang, ia bertemu dengan beberapa perwira dari Fort Hays, yang juga sedang menguntiti kawanan bison itu. Dari atas kuda kavaleri yang tampan-tampan, mereka terheran-heran melihat tampang buruk kuda Bill dengan perlengkapan kekang yang lucu. Tapi Bill tak berkata apa-apa. Ia membiarkan mereka maju lebih dulu. Dan di belakang, kemudian, ia memacu kuda tuanya yang bahkan tanpa penutup mata itu. Brigham berhasil menyusul, dan membuntuti kawanan bison. Dan ketika hampir sejajar, Bill menembak. Dor! Kemudian Brigham memepet seekor lainnya, dan kembali dor! dor! Maka rubuhlah tujuh bison hanya dengan 12 tembakan. Para opsir yang datang merubung pada tercengang-cengang. Mereka kagum akan kegesitan poni tua itu dan sekaligus penunggangnya. Kembali ke perkemahan, mereka bercerita tentan kehebatan si pemburu. "Namanya William Cody," kata mereka. "Tapi sejak itu mereka memanggilnya 'Buffalo Bill'." Buffalo Bill berasal dari keluarga yang turut dalam boyongan besar ke daerah barat Amerika, angkatan pendiri Amerika Serikat. Isaac Cody, ayahnya, adalah kelahiran Kanada yang besar di Cheveland, Ohio, di pantai selatan Danau Erie. Daerah itu kini dikenal sebagai Middle West. Ketika salah seorang saudaranya berniat beranjak lebih ke barat, ke kawasan Missouri, Isaac ikut dalam perjalanan menghiliri Sungai Ohio itu. Mereka singgah beberapa hari di Kota Cincinnati, Ohio selatan, dan di sinilah ia bertemu dan jatuh cinta dengan Mary Lacock. Isaac menikah dengan gadis asal Pennsylvania itu pada 1840. Dan segera boyong ke kawasan lowa, di selatan Missouri, di tebing barat Sungai Mississippi. Dengan perahu mereka menghiliri Sungai Ohio ke Cairo, Illinois, tempat Sungai Ohio menumpahkan isinya ke perut Mississippi. Dengan perahu yang lain pasangan pengantin baru itu berhilir lagi ke Davenport, lowa. Di lowa, Isaac menjadi pedagang yang berhasil, hingga mampu membeli rumah sendiri. Dan lahirlah anaknya pertama, Samuel. Kemudian mereka pindah ke pedalaman, mendiami rumah kayu gelondongan. Di sini lahir Julia, lalu si William yang Buffalo itu, kemudian adik-adiknya: Eliza, Helen, dan Mary. Pada 1847, Isaac Cody bekerja Pada seorang tuan tanah kaya. Ia mengelola pematangan lahan perladangan dan merekrut para pekerja. Tugas ini menyibukkan seluruh keluarga, sehingga pendidikan anak-anak agak telantar. Konon, Bill sendiri dalam usia dua tahun sudah mulai belajar menjerat burung. Lalu mulai mencuri apel, dan melayari Mississippi. Ia hampir tidak pernah belajar mengeja huruf dan merasakan nikmatnya membaca. Tahun 1849 adalah tahun perburuan emas. Sekitar 80.000 orang berburu ke pegunungan California, tempat emas ditemukan, dengan membuat perjalanan panjang dan susah. Anak-anak Cody biasa mengawasi iring-iringan mereka itu. Dan akhirnya Isaac Cody sendiri dijangkiti demam emas. Tapi baru pada musim semi 1854 keluarga besar Isaac Cody pergi dari lowa. Semua alat rumah tangga dan pertanian mereka muatkan dalam kereta empat kuda, dan rombongan besar itu - tidak hanya keluarga Cody - bergerak lambat dari satu desa ke desa lain. Memerlukan waktu sebulan untuk sampai di kawasan barat, di sisi-menyisi Sungai Missouri. Di sini mereka menyeberang ke Fort Leavenworth, Kansas, di pantai barat. Fort Leavenworth adalah benteng yang didirikan nada 1827 sebagai titik tolak mara ke barat bagi kafilah kereta lembu dan kuda. Pada 1850-an itu perbentengan masih terdiri dari bangunan-bangunan kayu kecil dan bengkel-bengkel, sejumlah perkemahan, dan lapangan parade. Terdapat sebuah mesin uap, beberapa meriam yang ditarik keledai, dan sejumlah serdadu. Di sekitar permukiman kecil itu berparkir gerobak-gerobak beratap kanvas putih. Mereka menunggu perintah mengangkut suplai ke pos-pos militer lainnya yang memelihara jaringan keamanan garis depan. Fort Leavenworth juga menjadi singgahan para pedagang. Di sinilah Will Cody pertama kali melihat tampang Indian, datang berjual beli kulit binatang berbulu tebal, kuda, bedil, dan minuman keras. Keluarga Cody bermukim di Lembah Salt Creek, beberapa mil dari perbentengan. Sekarang permukiman itu menjadi bagian kota modern Leavenworth. Sambil menunggu Kansas resmi dinyatakan terbuka untuk kulit putih (sebelumnya kawasan barat diakui sebagai milik Indian), Isaac Cody menjadi kontraktor penanaman. rumput bagi makanan kuda dan keledai tentara. Kawasan Kansas dibuka dengan Keputusan Kongres pada 30 Mei 1854, dan beritanya sampai di Leavenworth pada 10 Juni. Cody mendaftarkan klaim atas tanah Salt Creek, dan menjadi penghuni pertama Kansas yang sah menurut hukum. Ia segera merambah pepohonan untuk pematangan lahan, dan membajak tanah. Didirikannya rumah dengan tujuh kamar. Di sini lahir si bungsu, Charles Cody, 1855 . Will sekarang berusia 9 tahun. Ia banyak bermain dengan anak-anak Indian dari tempat-tempat penampungan (reservasi) yang berdekatan, dan belajar bercakap bahasa mereka. Reservasi adalah tempat khusus yang disediakan untuk para Indian yang sudah "jinak" dan bisa digiring ke daerah yang terpisah dari kulit putih, seperti juga yang dijoba didirikan pemerintah putih Afrika Selatan sekarang ini untuk kulit hitam. Tetapi dua anak Indian Kickapoo ikut masuk sekolah yang ada di dekat reservasi mereka, bersama Bill dan 10 anak lain. Orang Indian pun acap datang ke pasar di Salt Creek. Dan pada Hari Kemerdekaan Amerika, 4 Juli, mereka diundang untuk menyuguhkan tari perang dan ikut lomba lari serta menunggang kuda. Isaac Cody membelikan Bill seekor poni dari orang Indian. Anak itu sudah belajar menunggang sejak usia 4 tahun. Kuda yang diberi nama Prince itu dipakainya untuk berpacu dengan anak-anak Indian. Ia juga memperoleh latihan khusus dari sepupunya, Horace Billings, yang membawa ke Salt Creek sekawanan kuda liar, mustang Billings yang bekerja sebagai penunggang kuda sirkus itu mengajari Bill cara menunggang sambil berdiri. Ia melatih Prince mendengarkan dan melaksanakan perintah tuannya, dan berbagai kepandaian lain. Kebetulan saat itu sebuah isu berkembang: apakah Kansas akan mengizinkan berlakunya perbudakan atau tidak, jika ia menjadi negara bagian Amerika Serikat. Waktu itu 30 negara bagian yang sudah terbentuk memang terbelah dalam dua kubu, pro dan kontra perbudakan. Dan Isaac Cody termasuk yang kontra. Celakanya, sebagian besar tetangganya masuk golongan yang setuju. Dan mereka pun mulai mengganggu keluarganya. Mencuri kudanya, membakar rumput makanan ternak, bahkan pernah menikam Isaac dalam suatu perdebatan politik. Pada kesempatan lain, ada orang datang meminta makanan. Tamu yang membawa pisau panjang itu mengatakan kepada Nyonya Isaac, ia bermaksud membunuh suaminya. Isaac saat itu terbaring sakit di lantaiatas. Malah pada musim panas 1858, segerobak pemberang muncul di pintu gerbang rumahnya. Hari itu kebetulan Isaac sedang di Grasshopper Falls, permukiman yang sengaja dibangun kaum antiperbudakan sebagai tempat mereka mengelompok. Beberapa tetangga yang bersahabat berhasil membujuk kaum perusuh pergi. Bill waktu itu sedang sakit. Dalam keadaan lemah, ia berusaha bangkit - lalu memacu poni-nya ke Grasshopper Falls untuk memberitahu ayahnya. Celakanya, di perjalanan ia dikenali para pemberang. Untung, ia diselamatkan beberapa petani. Letih dan ketakutan, Bill menerima tawaran menginap, dan baru esok paginya meneruskan perjalanan ke Grasshopper Falls dan bertemu dengan ayahnya. Isaac merasa tidak aman langsung kembali ke Leavenworth. Bersama William ia pergi ke markas kaum antiperbudakan di Kota Lawrence, di tepi Sungai Kansas. Lalu ke rumah saudaranya di Cheveland, Ohio. Ditemani saudaranya itu ia pergi ke Chicago, dan bertemu langsung dengan Abraham Lincoln. Sementara itu, istri Isaac, Mary, menjadikan rumahnya di Le Claire, lowa, sebagai penginapan bagi pendatang baru. Tapi sekembali Isaac ke sana, ia menyaksikan begitu banyak tamu dipaksakan ditampung, hingga terpaksa didirikan perkemahan di halaman rumahnya. Akibatnya, penyakit menular menjangkiti para tamu. Isaac Cody terpaksa turun tangan merawat yang sakit dan sekarat. Pada gilirannya, ia sendiri yang ketularan. Maret 1857 ia mati dalam usia 46 tahun. Ia mewariskan kepada jandanya enam anak yang masih kecil-kecil, sedikit tanah, dari sejumlah utang. Meninggalnya sang ayah memaksa William Francis Cody, dalam usia 7 tahun, mengambil tanggung jawab kepala keluarga karena Samuel, abangnya, sudah meninggal sebelum mereka hijrah ke barat. Dan ia harus benar-benar banting tulang. Mula-mula membantu para tetangga menggiring kawanan lembu ke Leavenworth. Setelah pekerjaan itu rampung, ibunya mengajaknya ke toko Russell, Majors, dan Waddel di Leavenworth. Ia diperkenalkan kepada Tuan Majors, dan melamar kerja. Ketika Mayors bertanya dapatkah ia menunggang kuda, Bill mengaku pernah berlomba pacu kuda dengan kongsi Tuan Majors, Tuan Russell. "Ya," Russell membenarkan. "Anak itu dapat menunggang sebaik orang dewasa, dan harus dibayar sepantar. " Bill akhirnya diterima bekerja sebagai pengantar surat dan pembawa pesan, terutama antara toko dan kantor pos yang berjarak tiga mil. Ia diberi seekor bagal, tempat menginap, dan gaji setaraf orang dewasa . Bill masuk kantor pagi-pagi sekali dan diserahi sejumlah pesan untuk disampaikan ke Fort. Tidak begitu lama, Russell melihatnya sedang berdiri di dekat kantor dengan beberapa lembar kertas di tangan. Ia langsung memarahinya. Bill menjelaskan, ia baru saja kembali dari Fort, sedangkan kertas-kertas itu adalah telegram dari luar untuk perusahaan. Russel kaget. "Kau bisa membikin bagal itu mati kehabisan napas!" katanya. Beberapa bulan, Bill segera merasa bosan dengan tugas yang lebih banyak menunggu itu. Kebetulan, Russell, Majors, dan Waddell Juga bergerak di bidang usaha pengangkutan. 11 Mereka memperoleh kontrak dari pemerintah .. menyelenggarakan pengangkutan bahan-bahan,, keperluan militer di bagian barat Sungai Missouri. Di kawasan itu, banyak ditempatkan pasukan yang mengawal reservasi Indian dan jaringan lalu lintas daerah frontier. Di sana ada jabatan kepala rombongan ternak yang disebut cattlemaster. Dan Bill ditugasi membantu John Willis, salah seorang di antaranya. Ia senang bekerja begitu, di alam terbuka, di antara binatang-binatang. Dan karena padang penggembalaan ternak tidak jauh dari rumah! ia kerap memiliki kesempatan pulang dan membanggakan pekerjaannya yang baru. Setelah pekerjaan ini rampung, Bill menetap di rumah sekitar dua bulan dan masuk sekolah. Tapi, tepat di saat pelajaran sekolah mulai terasa membosankan, lowongan pekerjaan terbuka kembali. Russell dan kompeninya mulai mengirimkan kembali suplai tahunannya kepada tentara di front - antara lain untuk Tentara Utah. Waktu itu, Tentara Utah, sekitar 2.500 prajurit, dikirim menyeberangi Pegunungan Rocky ke bagian timur wilayah Utah. Kelompok Kristen Mormon sedang membuat rusuh di sana. Sejak Mormon dibentuk pada 1830, ketika masih menetap di bagian Timur, mereka itu sudah bentrok dengan para tetangga. Bergerak makin ke barat, kelompok Mormon berusaha mencari tempat yang cukup aman agar dapat hidup tanpa terusik. Akhirnya, mereka berhasil melintasi Pegunungan Rocky, mencapai dataran tinggi Danau Great Salt, yang sekarang termasuk negara bagian Utah. Hidup memencil di sana, kaum Mormon menyangka tak sebatang hidung pun berani mengarungi Pegunungan Rocky. Sangkaan itu meleset. Mereka segera harus bertarung dengan para pionir non Mormon yang harus melintasi Utah dalam perjalanan menuju California di seberang pegunungan. Mereka tidak mau mematuhi utusan pemerintah yang hendak mengatur negeri secara seragam. Akhirnya, pemerintah federal mengirim beberapa resimen tentara untuk menindas kaum pembangkang itu. Nah, itulah Tentara Utah. Russell dan kawan-kawan kembali merekrut John Willis sebagai kepala rombongan ternak. Dan John meminta agar Bill diangkat sebagai kurir. Iring-iringan kereta mereka akan menuju Fort (Benteng) Kearney, 225 mil ke arah barat, di tebing Sungai Platte, Nebraska. Waktu yang diperlukan 40 hari. Bill menerima tawaran dengan girang. Tiap kelompok kereta dipimpin seorang wagonmaster. Di bawahnya terhimpun 25 kereta. Tiap kereta ditarik enam pasang lembu, yang dikusiri seorang bullwhacker. Di jumlah seluruhnya, sekitar 30 pekerja melayani tiap kelompok. Pada malam hari, kereta-kereta diparkir di sekeliling perkemahan yang membentuk lingkaran pengamanan terhadap serangan Indian, Mormon, dan serigala. Bill Cody memperoleh tugas jaga malam setiap tiga hari, sama seperti orang dewasa. Ia banyak belajar dari perjalanan ini. Pertama kali dihadang Indian dialaminya ketika ia ditugasi menjadi pengawal bersama yang lain-lain. Mereka harus menggiring kawanan lembu ke lembah Sungai South Platte untuk diserahkan kepada pos tentara setempat. Sejumlah Indian, yang terheran-heran memergoki rombongan yang bagai durian runtuh itu, berusaha mencerai-beraikan iring-iringan lembu dan membunuh tiga pengawal. Sisa pengawal yang tinggal berhasil memaksa mundur serangan Indian, dan kemudian surut ke relung sungai kering. Lalu bertahan di tebing. Mereka bergerak diam-diam, karena yakin Indian akan kembali menyerang dalam jumlah yang lebih besar. Peristiwa ini sempat dicatat Buffalo Bill dalam otobiografinya: "Aku, termuda dan terkecil di antara seluruh anggota rombongan, menjadi letih. Aku tertidur. Malam sudah pukul 10, dan sekeliling sangat hening. Kami semua tiarap rapat di tebing dalam keadaan diam. Tak sengaja aku menatap bulan di tepi langit, dan terperanjat melihat bonnet (hiasan kepala) perang Indian di seberang tebing. Tanpa memberitahu kepada lainnya, aku membidikkan bedilku dan menembak. Letusan itu menggelegar, tajam dan nyaring di malam hening - diikuti sebuah teriakan .... Saat berikutnya . . . tubuh Indian itu jatuh ke sungai. Kejadian itu tidak hanya menimbulkan keheranan, tapi juga ketakutan yang sangat. Aku sendiri seperti tak menyadari apa yang telah kulakukan. Aku menduga seluruh kekuatan Indian akan menyerbu. Sementara aku berdiri penuh kebingungan, orang-orang - yang mendengar tembakan dan teriakan, dan melihat jatuhnya seorang Indian ke sungai - datang menyongsong. "Siapa yang menembak tadi?' seru Frank McCarthy. "Aku,'jawabku agak bangga, ketika keberanianku muncul kembali." Peristiwa itu telah mengharumkan nama Bill sebagai pejuang paling muda melawan Indian di dataran itu. Setelah kembali ikut Simpson dan mengalami lagi gempuran orang Indian, pada awal 1859 ia kembali masuk sekolah selama 2,5 bulan- terlama dalam hidupnya. Anda, yang mulai memasuki usia baya, barangkali pernah mendengar atau menonton film Pony Express, dengan pemeran utama Charlton Heston. Di Jakarta, pada 1950-an film itu pernah diputar di bioskop Garden Hall, yang kemudian dirubuhkan untuk diganti dengan bangunan Taman Ismail Marzuki sekarang. Dalam film itu Heston memerankan Bill Cody. Bill menjadi seorang penunggang Pony Express pada 1860. Kendati berusia singkat, Pony Express- ini nama perusahaan - dinilai memainkan bagian dramatis dari pembukaan kawasan barat. Setiap pegawai pos AS hingga kini memakai lambang kuda Pony Express di lengan bajunya. Russell, Majors, dan Waddell juga yang mengelola Pony Express - dan mereka yakin sanggup memberikan pelayanan pos secara lebih cepat dan lebih efisien dibanding yang pernah dilakukan perusahaan lain. Ini antara lain karena mereka memakai rute yang lebih pendek ke barat. Ada tiga lintasan utama menuju pantai barat. Dan yang mereka pakai adalah Lintasan Overland. Pertama, mereka mengikuti Lintasan Oregon sampai dengan Fort Bridger. Dari situ mengambil arah barat ke California, mengitari Danau Great Salt, ke kawasan hulu Sungai Humboldt, kemudian turun ke Sacramento dan San Francisco. Lintasan ini paling sulit dan berbahaya, terutama di musim dingin. Tapi yang terpendek dan paling langsung ketimbang dua yang lain. Pony Express memang ingin membuktikan, mereka dapat menyampaikan barang pos lebih cepat dari yang tertera dalam kontrak. Ini terdiri dari satu rangkaian kuda berkecepatan tinggi, yang dipacu dengan kecepatan puncak. Kuda dan penunggangnya diganti pada saat dan tempat tertentu sehingga mampu mempertahankan kecepatan rata-rata. Pos-pos pergantian kuda dan penunggang didirikan, setiap 25 mil. Namun, ternyata kuda tidak sanggup berpacu pada kecepatan sama pada jarak itu, sehingga pospos baru didirikan di antara pos-pos lama. Penunggang Pony Express haruslah pemuda pemberani, lebih disukai yang tidak memiliki keluarga agar tidak ada yang bersedih jika ia tewas atau hilang. Timbangannya harus ringan, tidak lebih dari 120 pon. Usia rata-rata 19 tahun, kecuali Bill Cody yang baru 14 tahun. Seorang penunggang kerap kali harus melakukan tugas dua kali lebih banyak bila keadaan khusus muncul tiba-tiba. Ini dialami Bill, ketika penggantinya kedapatan mati terbunuh. Akibatnya, ia berpacu 322 mil tanpa henti. Indian suku Paiute menganggap Pony Express sebagai agresi terhadap padang perburuan mereka. Tak heran jika mereka berusaha mempersulit para penunggang, misalnya dengan mencuri kuda yang sedang menunggu giliran. Suatu ketika, Bill baru saja meninggalkan sebuah pos dengan seekor kuda segar. Ia mendengar suara pacuan di belakangnya dan ternyata sekitar 20 Indian sedang menguber dirinya. Tiarap rata di punggung kuda, Bill berpacu ke pos berikutnya, dengan anak panah beterbangan di sekitar. Ketika tiba di tempat tujuan, ia menemukan semua kuda sudah lenyap dan agen pos terbunuh. Terpaksa ia berpacu ke pos berikutnya lagi. Dan begitu tiba di sana, kudanya langsung tersungkur dan mati dipaksa lari sekitar 20 mil dengan mata panah terbenam di daging kaki. Delapan belas bulan melaksanakan misi itu, Pony Express kehilangan 75.000 dolar karena berbagai serangan Indian. Pernah operasi dihentikan sama sekali selama satu minggu untuk memperbaiki sejumlah pos. Sekitar 40 orang dikerahkan untuk mencari kuda-kuda pilihan yang dicuri Indian. Suatu saat mereka berada di jalan yang mengantar mereka ke perkemahan Indian, dan menemukan ratusan kuda di dekatnya. "Kami memutuskan memakai cara-cara Indian," tutur Wild Bill Hickok yang memimpin misi itu. Mereka menunggu malam. Dan, di bawah lindungan kegelapan, mereka merangkak diam-diam, kemudian masuk, dan langsung membuat keriuhan. Merasa diserang, Indian-indian kabur. Kini dengan tenang mereka menghalau ratusan kuda, termasuk yang bukan curian. Perang Saudara pun pecah pada 1861. Sebagai mana anak muda lainnya, Bill, ingin pula bergabung. Tapi ibunya tidak setuju - ingin agar tiang agung keluarga itu tetap di rumah. Hanya Mary Cody tidak bisa menahannya menjadi pemandu tentara - yang menghasilkan uang. Pemandu tentara memang orang sipil - yang dipilih karena mengenal wilayah dengan baik. Seorang pemandu juga harus bisa bicara bahasa Indian dan kenal pembawaan mereka. Baru setelah ibunya meninggal pada tahun depannya, Bill menjadi serdadu pada Tentara Serikat. Ia bertahan selama 19 bulan, dan itu terlama dalam sejarah pekerjaannya. Pada akhir kedinasannya, ia dipindahkan ke markas besar tentara di St. Louis, Missouri. Seorang rekannya di MB adalah keturunan Prancis, yang punya kerabat di perkampungan Prancis di St. Louis. Suatu hari, Mei 1865, mereka bertandang ke keluarga Frederici. Ketika keduanya masuk ke ruang duduk, mereka melihat gadis cantik keluarga Frederici, Louisa, sedang duduk setengah tertidur. Ini menggoda mereka menarik kursi yang sedang didudukinya - sekadar bercanda. Louisa, merasa dikasari, tidak menanggapinya sebagai candaan. Tanpa pikir panjang, la melayangkan tamparan - tertuju pada saudara sepupunya sendiri - tapi ternyata meleset ke pipi Bill, yang belum dikenalnya. Untungnya, Bill Cody tampan, dan ini sudah cukup membikin amarahnya surut. Lalu kunjungan Bill diulang. Dan pada kunjungan yang kesekian, Bill setengah bersungguh-sungguh mengajukan lamaran. Ketika kemudian ia ditarik ke Fort Leavenworth dan berhenti dari tentara, Bill hampir melupakan roman kecil-kecilan itu. Tapi tidak Louisa. Tiba di rumah, Bill menerima setumpuk surat dari gadis itu, yang mengingatkan akan lamarannya. Dan ia memegang janji. Pada musim semi 1866, ia kembali ke St. Louis, dan menikahi Louisa. Usia Bill baru 20 tahun. Kampanye pengganyangan terhadap Indian pada 1867 tidak sangat berhasil. Begitu selesai digebrak, Indian-indian itu kembali mengganggu para pekerja yang memasang rel kereta api. Pada 1868, Jenderal Philip Sheridan, pahlawan Perang Saudara, dikirim ke Fort Hays memimpin "pengendalian" orang Indian. Ia membawahkan sekitar 23.000 prajurit, setengah kavaleri setengah infanteri. Mereka tersebar di 26 benteng. Panjang daerahnya 1.000 mil, dari perbatasan Kanada ke Texas. Orang Indian bisa berada di mana-mana. Mereka mudah berpindah dan berkemah di sembarang tempat yang mereka,sukai. Sheridan tahu, ia tidak bisa berkelahi dengan Indian dengan cara ia memerangi Tentara Selatan, karena Indian memiliki cara bertempur berbeda. Mereka menyerang mendadak, dan menghilang cepat. Sebagian besar tentara reguler belajar bertempur di daerah timur, dalam Perang Saudara. Sukarelawan baru adalah bocah-bocah langka pengalaman yang mencari petualangan. Tidak ada yang paham benar medan dataran barat atau tabiat tempur Indian. Mereka sepenuhnya tergantung pada pemandu jenis Buffalo Bill. Bill, pada 1868, memandu di Fort Hays. Bulan September, ketika ia dipindahkan ke Fort Larned, di tepi Sungai Arkansas di Kansas, istrinya Louisa dan bayinya Arta dikirim pulang ke Leavenworth. Dalam suatu tugas, Bill berkuda dari Fort Larned mengutara ke Fort Hays untuk melapor kepada Jenderal Sheridan. Isi laporan: Indian Kiowa dan Indian Comanche sudah menggali kapak perang. Karena tidak ada pemandu lain yang berani pergi sendiri, Bill menyediakan diri. Ia harus berkuda 95 mil ke selatan kembali, untuk memperingatkan Fort Dodge. Ia hanya istirahat 12 jam, dan kembali berpacu ke 'Fort Hays membawa pesan balasan untuk Jenderal Sheridan. "Bakar seluruh negeri!" tulis Buffalo Bill dalam otobiografinya - ia berkuda 290 mil dalam 58 jam. Itu berarti sekitar 120 mil sehari, dalam keadaan setiap saat siap dikupas kulit kepalanya oleh Indian yang sedang berang. Sekali Bill memandu sekitar 60 anggota kavaleri ketika mereka dipergoki sekitar 200 Indian. Ia mengusulkan agar semua turun dan membentuk lingkaran barikade kuda. Mereka menembak melalui sela-sela kuda, dan seluruh pasukan bergerak bertahap, sambil bertempur, ke arah induk resimen yang tiga mil jauhnya. Perwira-perwira resimen segera menandai topi merah di antara rombongan yang makin mendekat. Ketika mereka dapat melihat lebih nyata, yang disangka peci merah adalah selampai berdarah yang diikatkan Bill ke kepalanya yang luka. Setelah kejadian itu, jenderalnya mengirim pesan kepada Departemen Peperangan: "Pemandu kita, William Cody, yang berada di detasemen sejak akhir September, menun jukkan keterampilannya yang besar dalam melacak jejak dan berani dalam pertempuran. Kemampuannya menembak sangat jitu. Ia pantas menerima penghargaan untuk ini dan pengabdiannya yang lain." Dengan rekomendasi ini, Bill menerima tanda kehormatan dan hadiah uang. Ia diangkat sebagai kepala pemandu seluruh bagian Pada saat itu, Wild West, atau Barat Liar, sudah tampak sangat eksotis bagi masyarakat "beradab" di bagian timur. Juga bagi wisatawan luar negeri. Pada 1869, bangsawan Irlandia, Earl dari Dunraven, ketika mengunjungi Jenderal Sheridan, terkagum-kagum melihat kepala rusa kering terpaku di dinding. Dunraven mengaku belum pernah melihat rusa sebelumnya, dan ingin memburunya. Bangsawan dan pemburu itu juga perwira tentara Inggris dan wartawan. Belakangan, ia menulis tentang para pemandunya, Buffalo Bill dan Jack Texas."Bill mengenakan celana corduroy yang dimasukkannya ke dalam sepatu but tinggi, dan kemeja wol biru. Ia mengenakan topi felt lebar atau sombrero, dan selembar selampai . ..putih...di lehernya untuk menjaganya dari bakaran sinar matahari...Bill memiliki mata hitam, tajam, dan menyelidik...dan potongan tubuh yang menawan, dan ia membiarkan rambutnya... gondrong sampai ke bahu, dalam gaya yang benar-benar Barat Liar." Buffalo Bill juga memandu Prof. O.C. Marsh dari Universitas Yale, yang meneliti tulang belulang binatang prasejarah Amerika. Dan pada 13 Januari 1872, kereta api istimewa Pangeran Agung Alexis, putra ketiga Tsar Rusia, masuk North Platte. Sebagian jenderal AS, yang dipimpin Jenderal Sheridan, datang menyambut dalam pakaian seragam. Mereka disertai dua kompi infanteri, dua kompi kavaleri, dan band musik. Ketika musik dimainkan, tamu dan penyambut bertukar tabil. "Dan sekarang, Yang Mulia," kata jenderal Sheridan, "inilah Tuan Cody, yang dikenal juga sebagai Bufallo Bill. Bill, ini Pangeran Agung." "Gembira mengenal Anda," kata sang pemandu. Dan ia menjulurkan tangan dan menjabat tangan si Yang Mulia dengan cara menyalami orang biasa. Esoknya perburuan dimulai. Bill mempersilakan Pangeran Agung menunggangi Buckskin Joe, tapi ia memperingatkan bangsawan Rusia itu agar tidak turun jika bison mulai terlihat. Ketika mereka memergoki kawanan binatang itu, tamu agung dipersilakan menembak lebih dulu. Ia memakai revolver Colt berlapis emas dihiasi mutiara, yang dipersembahkan kepadanya di pabrik pistol Colt. "la menembak enam kali dengan senjata itu," tulis Buffalo Bill. "Ke arah seekor bison yang berjarak hanya 20 kaki. Tapi karena ia menembak membabi buta, tak seekor pun kena. Bergerak ke sisinya, aku menukar senjataku dengan miliknya. Kembali ia melepaskan tembakan enam kali tanpa mengenai seekor pun. Menyaksikan binatang-binatang itu mencoba melarikan diri tanpa dia berhasil menembak seekor pun, kendati memiliki senjata yang indah, aku.... menyerahkan kepadanya bedil terpercayaku, Lucretia. Aku menyarankan agar kudanya diusahakan menghampiri bison, dan aku akan mengisyaratkan kapan ia harus menarik pelatuk. Pada saat yang sama, aku melecut si tua Buckskin loe, dan dengan beberapa loncatan membawa Pangeran Agung pada kedudukan sekitar 10 kaki dari seekor bison besar. "Nah, sekarang!" teriakku. Ia menembak. Bison itu rubuh. Pangeran menghentikan kudanya, menjatuhkan bedil ke tanah, dan melambaikan topinya." Setiap orang berhenti, minum sampanye. Mereka merayakan terbunuhnya bison pertama. Sampai dengan perburuan agung itu, Buffalo Bill tidak pernah beranjak jauh melebihi Sungai Mississippi. Lalu datang undangan dari orang-orang New York yang pernah dipanduinya ketika mereka datang berburu ke Barat. Ia dijamu santap malam di Union Club kota terbesar di Amerika itu. Buffalo Bill punya temannya sendiri yang hendak ditemuinya di New York, kendati bukan dari kelas atas. Dialah Edward Zane Caroll Judson, yang lebih dikenal sebagai Ned Buntline. Buntline memasuki kehidupan Buffalo gill pada musim panas 1869, ketika ia singgah di Fort McPherson dalam perjalanan kembali dari California. Dalam suatu kesempatan, Buntline ikut dalam suatu pelacakan yang dipimpin Bill, yang meminjamkan kudanya yang bernama Powder Face. Ia cukup merendah rendah akan kemampuannya berkuda. Dan dengan begitu membikin Bill terkesan akan kemampuannya merenangkan Powder Face menyeberangi sungai banjir sebelum seorang pun dalam rombongan berani mencobanya. Malamnya, Buntline menikmati kisah petualangan Bill dari penuturan jagoan ini. Dan ketika kembali ke New York, Buntline menulis buku tentang teman barunya itu. Pada Desember 1869 ia memunculkan di New York Weekly seri pertama Buffalo Bill, Raja Kawasan Perbatasan. Tulisan itu menggambarkan rangkaian petualangan Bill dalam Perang Saudara. Iklannya cukup seru: "Kisah paling sejati dan paling dahsyat" yang pernah ditulis Buntline. Kisahnya sendiri memangdahsyat,tapi tidak terlalu sejati. Ia di jadikan sebuah melodrama, tetapi Bill cukup tersanjung. Buktinya, setelah putranya lahir pada 1870, Bill ingin merangkai nama anaknya dari nama asli Buntline, Edwin Judson Cody. Tapi teman temannya keberatan. Di New York, bertemu di sebuah hotel kecil, Buntline tiba-tiba saja mengatur pementasan Buffalo Bill, Raja Kawasan Perbatasan itu. Ketika malam pementasan tiba, Bill duduk di kursi penonton, menyaksikan dirinya dimainkan orang lain. Tapi setelah layar turun, ia meminta tampil di pentas. Penonton menjadi tergila-gila, tapi sang pahlawan malah kejangkitan demam panggung. "Kata-kata terbang begitu saja," katanya mengenang. "Aku hanya mampu membungkuk ke arah penonton, kemudian buru-buru turun." Buntline mengambil manfaat dari minat publik terhadap Bill. Ia cepat-cepat mengarang beberapa novel picisan, yang muncul di New York Weekly. Yaitu: Tembakan Bill yang Paling Jitu, Hati Ekor Bertanda, Kemenangan Terakhir Buffalo Bill, Mata Merpati, dan Ratu Pondok. Isinya lebih banyak bohongnya, tapi telah membuat nama Buffalo Bill akrab dengan setiap bocah yang penuh angan-angan di Amerika Utara. Pada tahun yang sama, 1872, nama Buffalo Bill tampil pula dalam buku yang lebih sungguh-sungguh tentang Barat. Judulnya Buffalo Land, dengan ilustrasi yang bagus. Pengarangnya Dr. W.E. Webb. Sementara itu, Buntline terus-menerus meyakinkan Bill bahwa ia sebenarnya mampu menjadi aktor. Begitulah, sampai akhirnya Bill memutuskan akan mencobanya, pada musim semi 1872. Sekaligus ia juga mencoba menjadi pengusaha panggung. Dalam kepala sudah terbayang segala yang Barat: koboi, perburuan bison, pemanduan, Indian. Bill, bersama Texas Jack, menemui Buntline di Chicago. "Tapi mana Indian-indian yang kau janjikan akan kau bawa?" tanya Buntline. Padahal, ia sudah sempat mengiklankan bahwa 10 kepala suku Indian Sioux dan Pawnee akan tampil dalam drama besar Pemandu dari Prairi. Sementara itu, kendati gladi resik akan dimulai besok pagi, Buntline belum lagi menulis naskahnya meskipun kemudian bisa rampung dalam empat jam. Dan pertunjukan berlangsung pada hari Senin 16 Desember 1872. Bufallo Bill mencoba melatih perannya, tapi tak berhasil. Sedangkan jalan mundur tidak ada. Ketika akhirnya tampil sungguh-sungguh, tidak urung Buntline yang membuka dialog. Bill sendiri bungkam dan ketika kediaman tampaknya bakal panjang, Buntline memberi lagi umpan dialog. Penonton mulai gelisah, tapi Bill telah melupakan semua. Ia hanya terpelongo. Untung, Buntline tidak ikut demam. Katanya, seolah bagian dari naskah, "Di mana kau, Bill? Mengapa begitu lama?" Bill tak menemukan jawaban. Dengan putus asa ia menatap ke arah penonton, dan - untunglah - menampak Tuan Milligan, yang pernah ikut dia berburu. Lalu katanya "Aku pergi berburu dengan Milligan!" Semua orang di Chicago kenal Milligan. Dan penonton tertawa. Bill merasa sedikit lebih tenang. Buntline meneruskan jalur percakapan itu. "Yah, Bill," katanya, "ceritakan kepada kami tentang perburuan." Bill kini merasa berada di daerah yang dikenalinya benar. Ia mulai bercerita - dan ternyata memukau. Penonton bertepuk. Begitu agak tersendat, Buntline buru-buru menyelingi dengan pertanyaan. Penampilan pertamanya itu akhirnya mulus. Mereka kemudian pindah ke St. Louis, dan di sini istri Bill turut menonton. Merasa malu dilihat istrinya, ia berkata - dari pentas. "Oh, Mama, aku ini aktor buruk." Penonton senang dengan kejujurannya, dan bertepuk. "Sungguh, Mama, tampak bebalkah aku, dilihat dari situ?" Penonton lantas ingin Louisa ikut naik ke panggung, dan itu didorong suaminya, "Ayo, naiklah. Kau tidak akan segemetaraku. Lihatlah kerasnya suamimu yang tua ini (ia masih 26 tahun) bekerja untuk hidup." Tapi Louisa segan naik. Ia tak pernah menilai terlalu tinggi pekerjaan suaminya di Barat, tapi yang ini dianggapnya lebih tidak berharga. Keterlibatan Buffalo Bill dalam bisnis pertunjukan semakin dalam. Bersama Texas Jack dan istrinya, serta Major Burke, ia lalu mendirikan Buffalo Bill Combination. Mereka menggarap cerita-cerita baru. Muncullah pementasan semacam Tangan Kanan Merah dan Pengupasan Kulit Kepala Pertama Buffalo Bill untuk Cluster. Pernah berniat mundur dari bisnis show, tapi urung. Ia malahan mencoba merekrut sejumlah Indian benar-benar untuk ditampilkan ke panggung. Ketika ia menghabiskan musim panas di ranch, di tepi Sungai Dismal di utara North Platte, bersama keluargahya, tiba-tiba timbul gagasannya mengangkat kehidupan koboi. Dan ketika kembali berada di tengah keluarga, di Nebraska, musim panas 1882, ia teringat memperingati hari kemerdekaan di panggung. Ia menamakan ceritanya Ledakan Keagungan Lama. Di sini ia mempertunjukkan perburuan bison, di samping lomba menembak, menunggang kuda, dan menjinakkan kuda liar. Tak ayal, inilah cikal bakal pertunjukan wild west yang kemudian ditiru di hampir semua negara bagian AS jika memperingati hari kemerdekaan. Lalu terkenallah The Wild West, Hon. W.F. Cody and W.F. Carver's Rocky Mountain and Prairie Exhibition. Pertun jukan itu berlangsung di Omaha pada 17 Mei 1885. Berbagai acara meniru wild west dipertunjukkan: serangan terhadap kafilah kereta, Pony Express, main laso, dan sejenisnya. Juga dicoba mempertunjukkan adegan menunggang bison. Tapi ketika dalam latihan ternyata mengakibatkan Bill dirawat di rumah sakit, acara itu kemudian dianggap tidak praktis. Lalu bergabunglah Annie Oakley pada 1885. Ia anak miskin yang yatim. Pada usia tujuh tahun ia membantu keluarga dengan menjerat burung mainan. Suatu hari, ketika sendirian di rumah, ia melihat seekor burung bertengger di pagar. Mengambil kursi, ia ingin menggapai bedil yang disangkutkan tinggi di dinding. Tapi lebih dulu dicegah abangnya. Sepulang ibunya, ia kena hukuman. Setelah Annie makin besar, ia secara teratur pergi ke toko mainan setempat, yang berkongsi dengan pemilik hotel di kota tetangga, Cincinati. Pada usia 15, ia mengunjungi kakaknya yang sudah menikah di Cincinati, dan bertemu dengan pemilik hotel tadi yang mengagumi keterampilan menembaknya. Ia lalu menyelenggarakan lomba menembak berhadiah antara Annie dan seorang tamu hotelnya, Frank Buttler. Dan gadis cantik itu menang. Frank, pengusaha bisnis pertunjukan menembak, kemudian mengawininya. Mereka lalu bekerja sama dengan Buffalo Bill. Annie Oakley memperagakan kemahirannya menembak burung terbang, kepingan uang logam yang dilemparkan ke udara, bahkan sigaret yang diisap suaminya. Pada saat yang sama, Bill juga merekrut pejuang Indian, Lembu Jantan Duduk alias The Sitting Bull. Tontonan gaya Amerika itu akhirnya dipertunjukkan di luar negeri. Ketika Ratu Victoria merayakan ulang tahun naik tahta ke-50, Inggris menyelenggarakan pameran internasional di London. Dan Amerika mengirim antaranya rombongan Buffalo Bill. Pameran internasional di Paris, 1889, juga mengundang Bill. Dari sana ia bergerak ke sejumlah kota Prancis lainnya, lalu ke Spanyol, dan Italia. Belakangan juga ke Kanada. Pemburu udik itu sudah jadi "artis dunia" kini. Musim panasnya yang terakhir adalah pada tahun 1916. Pada musim dingin 1917, setelah beristirahat beberapa minggu di Cody, Bill mengunjungi saudara perempuannya, May, di Denver. Di sana ia jatuh sakit, dan istri serta putrinya dipanggil mendampinginya di tempat tidur. Ia meninggal bulan Februari, sekitar sebulan sebelum merayakan hari ulang tahunnya yang ke-71. Bill sebenarnya ingin berkubur di Kota Cody. Tapi orang-orang tertentu, yang selama empat tahun terakhir berhasil mengelabuinya habis habisan, ingin memanfaatkan kematiannya untuk mengeruk keuntungan. Mereka mengatur penguburan di Kota Denver, dan menarik laba dari popularitas kota yang naik karenanya. Ia dikuburkan di Pegunungan Lookout, dekat Denver. Anak-anak sekolah dari seluruh negeri datang menyumbangkan uang saku untuk sebuah monumen yang didirikan. Presiden, bekas presiden, serta para jenderal mengirimkan pesan dukacita. Sekitar 25.000 pelayat datang, sementara jenazahnya dikebumikan dengan upacara resmi. O, ya, ia juga menulis tentang dirinya, pada 1879: The Life of Hon. William Cody. Sampai tahun 1976, sekitar 47 film telah dibuat tentang Buffalo Bill -12 di antaranya merupakan feature. Tkoh-tokoh film ternama terlibat di dalamnya, seperti sutradara John Ford, Mervyn LeRoy, Cecil B. DeMille, dan aktor Roy Roger, Joel McRea, Charlton Heston, dan rasanya yang paling bagus memerankan tokoh itu, Paul Newman. Bill sendiri pernah pula main film. Pertma pada 1894, ketika ia dan Annie Oakley tampil dalam Black Camera. Beberapa tahun kemudian parade Wild West-nya difilmkan pula ketika sedang berarak dijalan. Menurut William Judson, kurator film Museum Seni Institut Carnegie, film tentang Bufallo Bill yang patut dipuji adalah Iron Horse, Kuda Besi. Lalu Pony Express. Yang pertama disutradarai John Ford (1924), sementara film kedua ditangani lerry Hopper. Judson juga menyebut The Plainsman (1937) dari Cecil B. DeMille. Di sini main James Ellison, didampingi Gary Cooper dan Anthony Quinn. Frontier Barat mulai berakhir pada 1880-an. Tragisnya, babak Amerika itu ditutup dengan pembunuhan teman Bill, Lembu Jantan Duduk pada 1890. Kekejaman mencapai puncaknya dua minggu kemudian, dengan pembantaian besar-besaran orang Indian di Wounded Knee. Buffalo Bill sendiri tidak hadir, dalam peristiwa yang sejak awal tampaknya ingin ia hindari itu - kendati sia-sia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus