Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Batu Bara untuk Mancanegara

Grup Tanito dan Grup Harum Energy membawa Kiki Barki ke jajaran orang kaya sejagat.

6 Agustus 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama Kiki Barki muncul di majalah Forbes, Maret 2012, nangkring di antara deretan 764 orang paling tajir di dunia. Di Tanah Air, ia termasuk sepuluh orang terkaya. Pada usia 72 tahun kini, sampai Maret 2012, bapak empat anak ini memiliki aset senilai US$ 1,7 miliar atau sekitar Rp 16 triliun.

Tambang duit Kiki adalah bisnis batu bara. Namun ia juga memiliki PT Layar Lintas Jaya, yang bergerak di bidang pelayaran; secara tidak langsung memiliki saham PT Lotus Coalindo Marine, yang memiliki dan mengoperasikan sejumlah floating crane. Juga Harum Energy Australia Limited dan Harum Energy Capital Limited.

Menurut Ray Antonio Gunara, Direktur Utama PT Harum Energy Tbk, perusahaan itu memusatkan perhatian pada bisnis batu bara jangka pendek dan menengah. Jauh ke depan nanti, tak tertutup kemungkinan merambah minyak dan gas, atau justru ke arah hilir seperti pembangkit listrik mulut tambang. Sampai saat ini, kata Ray, perusahaan menilai produk batu baranya yang rata-rata 5.500 kalori—dengan kata lain lebih pas untuk diekspor, ketimbang dikembangkan atau dikaitkan dengan pembangkit listrik.

Meski pasar dunia masih loyo akibat krisis global, Ray optimistis permintaan dari pasar Cina dan India masih terus tumbuh. Belum terhitung potensi negara berkembang seperti Vietnam, Myanmar—termasuk Indonesia.

Penurunan harga batu bara kali ini, di mata Ray, lebih merupakan cerminan siklus komoditas yang jamak. Ketika pasar banjir, permintaan seret dan harga tertekan. Dengan indeks Newcastle di kisaran US$ 85 per ton, banyak produsen batu bara, terutama di Australia dan beberapa perusahaan di Indonesia, berada pada posisi yang hanya pas untuk ongkos produksi. Produsen di Australia memiliki basis biaya lebih tinggi daripada Indonesia.

Ada saatnya produsen besar memangkas produksi sedikit agar tak merugi, hingga tercapai keseimbangan baru pasokan dan permintaan. "Jika suplai turun, harga akan stabil kembali. Tapi, bila harga merangkak naik lagi, perusahaan menggenjot produksi. Begitu dinamika industri ini." Yakin dengan pola dinamika ini, perusahaan tak akan mengoreksi target produksi yang telah ditetapkan untuk tahun ini: 13 juta ton.

"Sampai Juni masih sesuai dengan jadwal," kata Ray kepada Tempo beberapa waktu lalu. Ia percaya, harga yang sempat jeblok ke posisi US$ 85 per ton akan terkerek kembali.

Harga batu bara Harum Energy rata-rata US$ 94 per ton (per kuartal pertama 2012), jauh di atas indeks. Persoalannya, indeks Newcastle US$ 85 adalah untuk produk dengan nilai kalori 6.300. Artinya, batu bara Harum, dengan kandungan kalori 5.500, mendapat harga US$ 94 adalah keberuntungan. Semestinya harga pasar mereka sekarang sekitar US$ 70. "Sebagian besar produk kami dijual melalui kontrak jangka panjang, ketika harga masih tinggi," ujar Ray.

Harum Energy adalah pemain lama bisnis batu bara. Bermula dari Grup Tanito, yang didirikan oleh Kiki Barki Makmur pada 1988. Perusahaan ini memegang izin konsesi tambang melalui perjanjian karya pengusahaan batu bara atau PKP2B generasi kedua, di Kalimantan Timur. Beroperasi hampir 30 tahun, ketika kini potensi tumbuh tiada lagi dan cadangan semakin tipis, Tanito menemukan jalan keluar. Harum Energy dibentuk sebagai wadah atau induk bagi anak perusahaan tambang baru. Harum adalah kendaraan bagi Grup Tanito untuk terus tumbuh ke depan.

Melalui dua anak perusahaan, PT Mahakam Sumber Jaya dan PT Santan Batubara, Harum menghasilkan 10 juta ton batu bara pada 2011. Terlihat kecil bila dibandingkan dengan PT Bumi Resources Tbk, yang melalui PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin memproduksi batu bara hampir 60 juta ton setahun. Atau bila disandingkan dengan PT Adaro Tbk, yang menambang 45-48 juta ton.

Secara nasional, proporsi Harum Energy sekitar 2,7 persen produksi nasional yang mencapai 360-380 juta ton. "Kami memang masih jauh dibandingkan dengan pemain-pemain besar itu." Tapi perusahaan terus mengejar pertumbuhan. Targetnya, menjadi lima besar nasional, dari sekarang yang berada pada urutan ketujuh atau kedelapan.

Harum Energy mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia pada Oktober 2010. Saat penawaran umum perdana (IPO), dengan melepas 500 juta saham pada harga Rp 5.200 per lembar, perseroan meraup dana tunai Rp 1,04 triliun. Harga saham melonjak, sempat menyentuh Rp 9.550 pada Mei tahun lalu. Merosotnya harga batu bara dunia belakangan menimbulkan sentimen negatif pasar terhadap emiten tambang. Dalam perdagangan pada 25 Juli 2012, harga saham HRUM ditutup pada posisi Rp 5.600 per lembar, turun Rp 200 atau 3,45 persen.

Pada 2011, perusahaan membukukan laba bersih Rp 1,7 triliun, meningkat hampir 70 persen ketimbang tahun sebelumnya sekitar Rp 1 triliun. Total aset tercatat Rp 4,6 triliun.

Tapi Kiki Barki tak banyak terlibat sekarang. Posisi Kiki diisi Lawrence Barki, putranya, yang duduk sebagai presiden komisaris. Pada 30 Mei 2011, keluarga ini melalui PT Karunia Bara Perkasa melepas 10 persen kepemilikan di Harum Energy. Dalam transaksi yang difasilitasi Deutsche Securities Indonesia dan Macquarie Capital Securities Indonesia itu, ia sukses mengantongi Rp 2,4 triliun. Setelah pelepasan saham tersebut, Karunia Bara masih menguasai 69,72 persen saham HRUM dari sebelumnya sebanyak 79,72 persen.


Cadangan Batu Bara

KonsesiEstimasi cadangan (juta ton)
Mahakam Sumber Jaya95,3
Santan Batubara16,0
Tambang Batubara Harum33,0
Total112,8
Sumber: Harum Energy

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus