Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LEMBARAN-lembaran kertas itu berisi sederet skema peranti elektronik seperti radio atau televisi. Ada simbol komponen transistor, kapasitor, dan integrated circuit (IC), yang dirangkai rumit. Semua ditulis tangan. Ada juga gambar kotak dan tabung yang dilengkapi dengan simbol senyawa kimia.
Bukan milik seorang siswa yang mendapat pelajaran elektronika dan kimia di sekolah menengah, catatan itu dibuat oleh Gempur Budi Angkoro atau Jabir. Dia menulisnya dalam buku saku setebal 88 halaman. Guratan dan lekuk huruf-hurufnya persis seper-ti dalam buku hariannya. ”Buku ini ditemukan polisi di sebuah rumah di Wonosobo saat penggerebekan Jabir dan rekan-rekannya, akhir April lalu,” ujar Komisaris Besar Zulkarnain, Kepala Direktorat Reserse Polda Jawa Tengah.
Mula-mula Jabir belajar mengenal bahan-bahan yang bisa dipakai untuk membuat bom, antara lain sodium azide dan lead netrade. Dalam catatannya, setiap senyawa kimia itu diberi penjelasan singkat menyangkut sifatnya. Ada juga keterangan mengenai komposisi campuran, lama membuat, dan daya lenting ”kue” yang dihasilkan. Jabir menyebutnya kue untuk adonan bom itu.
Racikan bom yang dipelajari Jabir ada yang berdaya ledak medium (kecepatan lentingnya sekitar 3.500 meter per detik) dan tinggi (berkecepatan lebih dari 6.000 meter per detik). Letupan bom ka-tegori medium 35-60 kali lesatan peluru dari proyektilnya. Kekuatan ini bergantung bahan yang dipakai.
Tahap selanjutnya, Jabir belajar membuat pemicu elektrik. Ini tergambar dari catatan di lembaran-lembaran selanjutnya. Awalnya dia mempelajari dasar-dasar elektronika dan berbagai komponen utama. Bahkan Jabir juga belajar menghitung nilai resistor dengan melihat warna gelang-gelang yang ada di komponen ini. Barulah kemudian dia mempelajari skema pemicu.
Dari skema yang ditulis Jabir dalam buku catatannya, terlihat ada pemicu yang memakai sistem tunda. Bom baru meledak selang bebe-rapa detik setelah tombol ditekan. Lama waktu sela ditentukan oleh satu komponen dalam pemicu. Jabir memberi tanda lingkaran pada komponen ini disertai keterangan: tambah besar kapasitasnya, tambah lama bom meledak.
Ada juga pemicu lebih canggih yang dilengkapi pengatur waktu. Sistem ini diaktifkan oleh jam, handphone, atau walkie-talkie. Alat ini akan menekan tombol serbaguna yang dipasang pada pemicu.
Diduga, Jabir mempelajari semua itu dari Dr Azahari. Soalnya, bebe-rapa skema yang dicatat persis de-ngan skema milik sang mentor. Petunjuk terperinci pembuatan bom yang ditulis Azahari ditemukan di hard disk sebuah komputer ketika polisi menggerebeknya di Malang, November tahun lalu.
Purwanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo