BERBEDA dengan Kuala Lumpur kota Singapura bagaikan belantara
flat. Ini memang tak me~ngherankan. Sebab kota~ dengan luas
97,4 KmÿFD itu berpenduduk sekitar 2.249.900 jiwa (menurut
catatan tahun 1975). Hingga kepadatan penduduk per km~ tak
kurang dari 3.800 jiwa. Meski kota itu sendiri mendekam di
atas pulau 41,84 KmÿFD yang punya garis pantai 133,6 Km. Dapat
dibayangkan bagaimana pusingnya pemerintah Lee Kuan Yew harus
menempatkan warganya di tempat-tempat tinggal yang layak.
Belantara fat itulah satu-satunya pilihan. Ada badan bernama
The Housing and Development Boar didirikan tahun 1960 yang
mengurus perkara tersebut. Badan ini berada di bawah pengawasan
Menteri Pembangunan Nasional (Minister for National
Development) melanjutkan tugas Singapore Improvement Trust
yang punya kewajiban antara lain mengusahakan rumah-rumah murah
untuk rakyat berpenghasilan rendah. Sampai sekarang sudah
sekitar 11 juta rakyat atau 50% dari seluruh jumlah penduduk
Singapura tinggal di rumah-rumah bertarif murah itu William
Chee Tiang Chin, Sekretaris HDB menerangkan, "sebanyak 45,2 juta
dollar Singapura atau 20%, dari pendapatan HDB mengalami
defisit setiap tahunnya. karena harus mensubsidi rumah-rumah
murah itu". Sebab pembiayaannya S$ 225,9 juta sedang penghasilan
Badan itu S$ 181,8 juta saja setahun.
Hampir sulit membayangkan kenyamanan hidup dalam komplek
berbentuk bangunan tinggi flat itu. Tapi perencanaan rumah-rumah
flat itu begitu rupa hingga tak bedanya dengan kehidupan di
sebuah kota tersendiri. Modern, tertib dan serba lengkap.
Kehidupan bertetangga bagaikan hidup di suatu perkampungan
biasa. William Chee tanpa nada promosi berkali-kali mencetuskan
bagaimana flat-flat yang terdiri dari 3,4 dan 5 kamar mendapat
sambutan. "Model-model 3,4 dan 5 kamar amat populer dan banyak
diminta", katanya Dia sama sekali tak ngecap. Dua komplek
perumahan flat terbesar di Singapura Toa Payoh dan Queenstown
misalnya merupakan komplek tempat tinggal terbesar dan terkenal.
Mengurug Pantai
Bahkan Toa Payoh sudah makin berkembang. Yang masin dalam
penggarapan misalnya Toa Payoh Timur. Sedang Queenstown
mempunyai 7 blok bertetangga dengan sekitar 28 ribu unit rumah
dan penduduk antara 140.000-150.000 jiwa. Sedang Toa Payoh 5
blok bertetangga. Menyita tanah seluas 325 Ha. Di pusat kota
(komplek) dengan luas sekitar 18,2 Ha, disediakan pertokoan dan
fasilitas untuk hiburan dan rekreasi ringan dan berbagai
kebutuhan penghuninya sehari-hari. Industri ringan yang bersih
dari polusi ditempatkan secara terpisah dari komplex tempat
tinggal. Dan memberi kesempatan kerja kepada sekitar 16%
penghuni flat-flat tersebut.
Masih ada 5 komplex flat baru lagi yang berbeda tingkatan
konstruksinya dan masih terus dibangun. Yakni Telok Blangah
(tersedia 365 Ha tanah), Wood lands (1000 Ha), Bedok (445 Ha),
Clementi (425 Ha) dan Ang Mo Kio (730 Ha). Hingga tak berlebihan
bila Ja'far pemandu wisata dari Musi Travel di Singapura
menyebut, "tiap 20 menit muncul satu unit flat di Singapura".
Dan flat-flat itu diawasi oleh tak kurang dari 17 kantor
pengontrol. Di tiap lantai dasar ada Pusat Peralatan Darurat
yang dalam tempo 10 menit bisa melayani pengaduan dan keluhan.
Tapi keluhan yang terus berkecamuk di kepala pimpinan dan aparat
HDB adalah masalah makin menciutnya tanah yang bisa digunakan.
Selain karena antrian orang yang butuh tetap besar (yang
berpenghasilan S$ 274 sebulan dapat menyewa flat type satu kamar
atau S$ 421 menyewa type 2 kamar dengan masing-masing sewa S$ 31
dan S$ 57 setahun), juga pemerintah Singapura sendiri bertekad
memenuhi kebutuhan rakyatnya. Caranya? Pantai Timur dan Barat
diurug dengan bekas tanah galian bangunan flat, kabarnya sekitar
1000 Ha sudah diurug, menelan biaya S$ 123 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini