Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Belum Menjerat Dalang

31 Oktober 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIBUAT rangkap tujuh, laporan Tim Pencari Fakta Kasus Pembunuhan Munir ini diserahkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 24 Juni 2005. Terdiri atas 55 halaman dengan lampiran sebanyak 265 lembar, laporan itu disebut tidak jelas keberadaannya. Pemerintah Presiden Joko Widodo menyatakan tidak menyimpan dokumen tersebut.

Dalih ini dipakai pemerintah saat ini untuk tidak melaksanakan keputusan Komisi Informasi Pusat agar mengumumkan temuan tersebut. Adalah Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) yang meminta Komisi Informasi Pusat memerintahkan Sekretariat Negara membuka temuan itu. Kontras melihat proses hukum kasus pembunuhan Munir Said Thalib tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan.

Hasil Tim Pencari Fakta inilah yang digunakan kepolisian untuk mengusut kematian Munir, yang diracun arsenik dalam perjalanan dari Jakarta ke Belanda pada 7 September 2004. Pilot dan Direktur Utama Garuda Indonesia saat itu, Pollycarpus Budihari Priyanto dan Indra Setiawan, diseret ke meja hijau dan sudah divonis bersalah. Deputi V Badan Intelijen Negara ketika itu, Muchdi Purwoprandjono, sempat menjadi pesakitan. Tapi Muchdi divonis bebas sampai tingkat kasasi karena hakim menilai jaksa tidak bisa membuktikan bahwa dialah yang memerintahkan pembunuhan Munir.

Putusan Pollycarpus

  • Hasil laboratorium di Tukwila, Seattle, Amerika Serikat, menyimpulkan waktu intake arsenik adalah delapan-sembilan jam sampai Munir meninggal. Maka dipastikan Munir diracun dengan menggunakan arsenik saat berada di Coffee Bean Bandar Udara Changi, Singapura.

  • Orang yang meracun Munir adalah Pollycarpus melalui minuman—mengingat dia adalah orang yang paling dekat dengan Munir pada saat itu dan yang memberikan minuman kepada Munir. Ini berdasarkan kesaksian Raymond J.J. Latuihamallo (Ongen), orang yang satu pesawat dengan Munir. Dia mengaku melihat Pollycarpus meninggalkan meja mengambil minuman dan membawa dua gelas minuman ke arah meja Munir.

Munir

Tim Pencari Fakta

  • Berdasarkan pemeriksaan Nederlands Forensisch Instituut, kematian Munir disebabkan oleh keracunan arsenik akut melalui mulut. Racun arsenik masuk ke tubuh Munir paling lama 90 menit sebelum gejala awal muncul. Mengingat gejala sakit perut untuk pertama kali dirasakan Munir beberapa saat setelah pesawat lepas landas dari Singapura, racun hampir dapat dipastikan masuk ke tubuh Munir pada waktu penerbangan Jakarta-Singapura.

  • Tersangka Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot Garuda, sedang ditugasi untuk flight operation support assistance, tapi tanpa izin chief of pilot Carmel Sembiring, yang memiliki kewenangan tersebut.

Muchdi Pr.

Kesaksian Budi Santoso
Kesaksian agen BIN, Budi Santoso, kepada polisi di Kuala Lumpur pada Mei 2008. Kesaksian ini direkam polisi pada 7 Mei 2008, pukul 17.16 waktu setempat. Tempo menyaksikan rekaman itu pada Desember 2014. Berikut ini percakapan penyidik (+) dan Budi (-)

+ Apakah Pollycarpus melaporkan kepada Anda setelah bertugas ke Singapura pada 7 September 2004?

- Dia menelepon saya pagi dan mengatakan "mendapat ikan besar di Singapura". Saya tanya apakah sudah melapor ke Pak Muchdi. Dia menjawab sudah.

+ Apakah selain melapor lewat telepon, Pollycarpus menemui Anda untuk melaporkan hal yang sama?

- Beberapa hari kemudian, dia datang ke kantor saya di BIN dan mengatakan, "Munir sudah saya habisi dengan racun." Saya tanya, di mana. Dia menjawab, "Di pesawat."

"Sudah saya jelaskan di pengadilan Tanya saja ke pengadilan."

Muchdi Pr.tentang tuduhan terlibat pembunuhan Munir

Bambang Irawan

Tim Pencari Fakta
Informasi hubungan Pollycarpus dengan agen BIN bernama Bambang Irawan. Pada 14 Mei 2003, Bambang Irawan bersama Pollycarpus pergi ke Banda Aceh dan Lhokseumawe. Pollycarpus mengenal Bambang Irawan karena sama-sama anggota Perbakin dan sering berlatih menembak. Bambang Irawan agen BIN yang direkrut Muchdi sejak 2002.

Hendropriyono

Tim Pencari Fakta
Sistem kompartementasi BIN dijadikan alasan untuk membantah dan menutupi fakta adanya hubungan antara tersangka dan BIN. Satu-satunya kontrol di dalam sistem ini adalah otoritas Kepala BIN, yang dijabat Abdullah Makhmud Hendropriyono. Seharusnya Kepala BIN dapat menjelaskan apakah Polly adalah agen atau informan salah satu kompartemen BIN. Hendropriyono tidak pernah memenuhi undangan Tim Pencari Fakta.

Kesaksian Budi Santoso
Dalam satu pertemuan informal, Kepala BIN Hendropriyono menanyakan alasan kepergian Munir ke luar negeri. Ia dicurigai memiliki data untuk "menjual negara" dan, karena itu, perlu dicegah. Tempo memperoleh informasi yang sama dari dua sumber lain.

"Saya sih merasa tidak terlibat, makanya tidak panik. Saya enggak mengerti apa-apa."

A.M. Hendropriyono, Selasa tiga pekan lalu

Indra Setiawan

Tim Pencari Fakta
Surat Badan Intelijen Negara yang ditujukan ke Direktur Utama Garuda Indonesia Indra Setiawan pada Juli 2004. Surat tersebut tak lain kertas yang dibawa Pollycarpus untuk diperiksa Budi pada Juni 2004. Ketika dikirim ke Indra, surat itu diberi nomor R-451/VII/2004.

Rekomendasi Tim Pencari Fakta

  • Membentuk tim baru dengan mandat dan kewenangan yang lebih kuat untuk menindaklanjuti temuan Tim Pencari Fakta, terutama yang dapat secara efektif mencari fakta di lingkungan BIN.

  • Menyidik lebih dalam kemungkinan peran Indra Setiawan, Direktur Utama Garuda; Ramelgia Anwar, Vice President Corporate Security Garuda Indonesia; A.M. Hendropriyono, Kepala BIN; Muchdi Pr., Deputi Penggalangan BIN; dan Bambang Irawan, agen BIN, dalam permufakatan jahat secara terencana membunuh Munir.

Kematian Saksi Kunci

Setidaknya tiga saksi kunci pembunuhan Munir sudah meninggal.

Raymond J.J. Latuihamallo alias Ongen
Meninggal 3 Mei 2012
Satu-satunya orang yang diperkirakan melihat Pollycarpus menuangkan arsenik ke minuman Munir saat di Coffee Bean Bandar Udara Changi, Singapura.

Pendeta Tengkudun
Meninggal mendadak
Kerap mendampingi Ongen saat diperiksa polisi dan diperkirakan mengetahui peran Ongen dalam pembunuhan Munir.

Laksamana Muda Purnawirawan Bijah Subijanto
Mantan Deputi Operasional dan Teknologi BIN

Meninggal mendadak di Guangzhou, Cina, 6 Februari 2009
Beberapa bulan setelah kematian Munir, Bijah mengundang orang-orang dekat Munir untuk bertemu. Mereka tiga kali bertemu. Setelah itu, dia tidak lagi mau bertemu karena diancam petinggi BIN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus