Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Belum Seberapa

Pertambahan jumlah kendaraan dan jumlah penduduk yang terus meningkat di Bandung tidak diikuti dengan perbaikan dan pelebaran jalan-jalan sehingga lalu- lintas semakin padat.(kt)

25 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JUMLAH kendaraan yang di tahun 1970 mencapai 112.813 buah dan meningkat jadi 163.078 buah tahun 1974 membuat keadaan lalu-lintas di koa Bandung ruwet. Apalagi jumlah dan kwalitas jalan tak pernah mengalami peningkatan. Tambah pula kebanyakan jalan-jalan tersebut sisa bikinan zaman Belanda. Dan sudah lama sekali kurang mendapat pemeliharaan. Pendeknya dalam soal ini saja memang sulit menolak julukan Gubernur DKI Ali Sadikin yang menyebut Bandung sebagai kota brengsek. Dan keberengsekan makin menjadijadi oleh hiruk-pikuk pedagang kaki-5. Begitu juga amat banyak didapati lintasan kereta api di dalam kota. Sudah untung kalau perjalanan kendaraan di dalam kota bisa secepat kura-kura merayap. Apakah Pemda Bandung selama ini berpangku tangan? Memang tak bisa dibilang begitu. Tapi pelebaran jalan-jalan penting, seumpama jalan-jalan Jenderal Sudirman, Astana Anyar, Mohammad Toha dan Kiaracondong, dirasakan belum cukup. Juga penambahan-penambahan jalur baru dan terobosan-terobosan jalan penting, seperti jalan Rajawali, Sukajadi, Dulatip, Pagarsih, Subagio dan Caringin. Atau upaya memperlebar dan membagi dua jalan ir. Juanda, Supratman dan Sudirman. Apalagi jalan-jalan perekonomian rakyat seperti jalan jalan Cijerah, Babakan Ciparay, belum pernah tersentuh perbaikan sama sekali. Kalau dihitung-hitung, angkanya memang cukup ramai: lebih 545 ribu MÿFD perbaikan jalan, berupa pelaburan dan rehabilitasi. Tambah pula sejumlah terminal dan sub terminal untuk mengatur penyebaran lalu-lintas kendaraan angkutan umum. Ada pula perbaikan ten~pat-tempat parkir antara lain tempat parkir Honda dan oplet di Moh. Toha dan alun-alun serta pembuatan tempat parkir baru di sekitar viaduk. Tentu juga lampu-lampu jalan dan rambu-rambu lalulintas mengiringi upaya-upaya tersebut. Semua itu menurut kepala Huma~ Pemda Kodya Bandung, Mayor Oekasal~ Suhandi, ditopang terlebih dulu dengan "dilakukan penelitian dan perencanaan perlalu-lintasan oleh sebuah dewan lalulintas". Tak perlu disangsikan. Tapi lantas tak berarti cukup sampai di situ. Sebab ternyata catatan Humas Kodya Bandung sendiri memperlihatkan data 1961--1970 berikut. Penambahan jumlah kendaraan mencapai 90% dan pertambahan penduduk 20% sedang pertambahan jaringan jalan tidak ada alias 0~%. Hingga upaya-upaya tadi belum seberapa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus