TAK kurang dari 8 hari Menteri PUTL Ir. Sutami berada di NTB.
Selain meninjau proyek-proyek di hidangnya dan menyelusuri
hampir seluruh ikhwal kawasan ini sempat pula merayakan hari
bhakti departemennya yang ke-31, 3 Desember lalu, di Mataram.
Bagi Sutami itu berarti kenangan manis, barangkali karena
merayakan hari penting itu di daerah. Sedang bagi Mataram
promosi besar. Sebab tak lama lagi Mataram akan diresmikan
Mendagri Amirmachmud sebagai kota administratif. Lagipula
tanggal 17 bulan ini, NTB berulangtahun ke-18.
Meski itu tak kurang pentingnya, proyek-royek hesar yang
bertebaran di sana, tentu saja jauh lebih penting. Di kabupaten
Bima, Pulau Sumbawa, Sutami di hari ke-2 kunjungannya melongok 3
proyek: yakni proyek jalan raya sepanjang 100 Km jurusan
Bima-Sape, dam Rora Toi dan rencana dam Rora Nae. Untuk
memperlancar 2 proyek dam itu, Sutami menyanggupi segera
mengucurkan Rp 100 juta. Sedang proyek jalan raya yang
dikerjakan Wijaya Karya dan merupakan bagian Proyek Jalan Lintas
Sumbawa sepanjang 421,5 Km--membentang dari Labuan Balad di
ujung barat sampai Sape di ujung timur dan pembuatannya sedang
berlangsung itu--diresmikannya hari itu.
Sebelum kembali ke Mataram, setelah sambil lewat melongok kota
sepi Dompu dan Kabupaten Sumbawa, Sutami menyeberang ke Pulau
Lombok. Di Kabupaten Lombok Timur, Sutami meresmikan dam
Kukusan. Di upacara itu dengan wajah cerah Sutami memuji Bupati
R. Rusdi karena mampu menyelesaikan proyek itu 2 bulan lebih
cepat. Hingga pujian Sutami lebih meyakinkan Bupati yang
kawasannya pernah meraih Parasamya Purna Karya Nugraha itu. "Ini
berkat adanya kordinasi yang baik", ujar Sutami, yang sambil
bergurau menyatakan ingin menjadikan Bupati berpangkat Letkol
Infanteri asal Banyuwangi itu sebagai menantunya. Dan gampang
diduga bila kemudian Sutami menjanjikan akan membantu membuka
jalan lintas ke Sambelia, desa di utara kabupaten Lombok Timur.
Desa bertanah subur dan masih perawan ini diazamkan Bupati Rusdi
sebagai lokasi transmigrasi lokal dari Lombok Timur bagian
selatan yang terbilang daerah kritis.
Saya Bertanggungjawab
Jembatan Dodokan di kecamatan Gerung, Lombok Barat, mendapat
giliran berikutnya diresmikan. Jembatan panjang 62,4 M yang
dikerjakan Hutama Karya dan melahap Rp 281 juta (termasuk
pembuatan jalan penghubung sepanjang 1 Km), merupakan jembatan
penting yang memperlancar kesibukan lalulintas ekonomi antara
bandar laut Lembar dan desa-desa plus kota seantero P. Lombok.
Di sini selama ini hanya ada jembatan gantung buatan Belanda.
Sampai sekian. Tapi harus ditambah lagi: peresmian terminal bis
Sweta di Cakranegara, Lombok Barat (konon terbesar dan termegah
di Nusa Tenggara), proyek air minum Mataram, Listrik Tenaga
Diesel di Taman (Mataram). Dan wajah Sutami tetap cerah, apalagi
waktu menerima gelar Pengelingsir (orangtua bijaksana). Tapi
tatkala melongok proyek Waduk Batujai, tak boleh tidak, Sutami
agak murung. Proyek raksasa dan vital ini berjalan
tersaruk-saruk. Proyek kerjasama yang akan mampu mengairi 3.000
Ha sawah yang terbilang kritis di Lombok Selatan itu sudah
membabat 1.000 Ha sawah dan menggusur banyak penduduk, tapi
belum juga dimulai pembikinannya. Dan penduduk tergusur belum
mendapat lokasi pemukiman baru, meski Bupati drs. Lalu Srigede
berazam mentransmigrasikannya ke Sulawesi Selatan. Menurut orang
Kanada, masih dibutuhkan penelaahan 5 tahun lagi untuk bisa
dimulai. "Kerjakan mulai sekarang. Dengan biaya dan tenaga yang
ada", begitu saran Sutami. "Kalau tak berhasil, saya yang
bertanggungjawab", tambah Sutami seraya menasihati, "jangan
terlalu menggantungkan diri pada orang luar". Tentu saja,
tergantung Sutami juga, kan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini