Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Wah, Wah, Wereng Wah, Wah, Wereng

Separuh dari luas areal tanaman padi di kabupaten Asahan sumatera Utara terancam musnah oleh hama wereng. Usaha pemberantasan segera dilakukan oleh Dinas Pertanian propinsi dengan penyemprotan. (dh)

25 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN wajah murung Bupati Asahan Haji Abdul Manan Simatupang mencabut serumpun padi. Terkesiap juga dia. Warna hijau hampir tak ada lagi di batang-batang padi itu. Yang ada hanyalah warna kuning dan kerumunan hewan kecil bernama wereng. "Wah, wah, wah", begitu suara yang keluar dari mulut sang Bupati. "Tolonglah kami, tolonglah kami", begitu terdengar suara riuh memelas para petani menyambutnya. Kali itu bukan pencak silat atau tari Cubang Asahan menyambut kedatangan Bupati yang secara akrab dipanggil para petani "ayah" itu. Sebab kedatangannya 26 Nopember lalu ke Kampung Sungai Muka, Kecamatan Talawi itu untuk meninjau musibah hama wereng yang terjadi di sana. Tindakan lumayan sigap. Tapi tampaknya agak terlambat juga. Sebab sampai awal Desember, sudah 15.000 Ha padi yang terancam serangan. Padahal laporan Mantri Tani (Mantan) ke alamat Dinas Pertanian bahwa terjadi serangan hama wereng di Sungai Muka (kecamatan Talawi), Tanjung Segoni (Medang Deras) dan Tanjung Seri (Air Putih), sudah sejak 10 Oktober. Waktu itu perkiraan areal padi yang musnah baru 200 Ha. Dari segi jumlah tampaknya masih dianggap biasa. Tak dikhawatirkan. Meski tak berpangku tangan, yakni mengirim team pengecek, Dinas Pertanian masih mengharap swadaya masyarakat mampu membasmi sang hama. Ternyata harapan itu terbang bersama makin luasnya sayap sang wereng. Hingga seminggu kemudian 1.540 Ha padi sudah membunciti sang wereng. Menyusul seminggu kemudian jadi 1.800 Ha. Lalu sampai minggu pertama Nopember sudah ludes 4.770 Ha dengan areal yang terancam di sekitarnya seluas 4.770 meliputi tak kurang 10 kecamatan antara lain Air Joman, Simpang Empat, Kisaran, Air Batu, Buntu Pane. Selang yang terparah Medang Deras, Air Putih dan Talawi itu. Di sini 3.873 Ha terasak. Sedang yang terancam 5.703 Ha. Bahkan di Talawi sudah 100%, ludes tergasak. "Mirip marabunta di film", keluh seorang PPL (Penyuluh Pertanian Lahan) Dinas Pertanian Asahan yang sudah berkeliling selama sebulan. Tentu saja Ir. A. Muis, Kepala Dinas Pertanian Asahan kaget. Sebab berarti separuh dari luas areal cocok tanam padi Asahan terancam punah. Ini mengingat Asahan memiliki 60.000 Ha persawahan, terdiri dari sawah tadah hujan, tehnis dan setengah tehnis. Dan dari seluas itu cuma separuhnya yang dipandang produktif alias aktif ditanami. Berarti harapan bahwa Kabupaten Asahan surplus beras tahun ini seperti ditargetkan, dikhawatirkan terbang. Namun Bupati Manan Simatupang masih berusaha menyetopnya. Sehari setelah ia bersafari di tempat musibah terparah Talawi, sebuah team pemberantasan digebraknya untuk bekerja. Satu ton Sevin 85 S dari Dinas Pertanian disemprotkan secara massal. Ini jelas tak cukup. Bupati perlu terbang ke Medan minta bantuan Gubernur Marah Halim. Dua hari di sana ia berhasil melnbawa 3 ton Sevin 85 S plus 50 unit nist blower (alat semprot). Bantuan ini pun menurut Muis belum memadai. "Cuma cukup untuk satu penyemprotan masal", tuturnya. Padahal, katanya pula, paling sedikit diperlukan 3 kali. Alhasil sampai 24 Nopember baru 3.300 Ha yang bisa disemprot oleh Pemda dan 1.014 Ha swadaya masyarakat. Sementara Dinas Pertanian Propinsi telah mendrop obat Dursban. Tak hanya itu. Bupati Simatupang mengedarkan selebaran agar rakyat membakar saja sawah yang puso (rusak total). Lalu segera menanaminya kembali dengan bibit PB 26, PB 28, PB 30 dan PB 34. Jenis-jenis ini dipandang ampuh menghadapi wereng. Lagipula sudah disediakan Dinas pertanian Asahan. Dengan mengedarkan formulir perjanjian, Bupati mengharap rakyat untuk selanjutnya menanam jenis tersebut. Sebab ternyata petani-petani Bimas Asahan (5.525 Ha) dan Inmas (1.109 Ha) yang menanam jenis tersebut, selamat dari gonyohan wereng. Sedang yang terkena musibah adalah padi jenis PB 5, PB 8, C4-63 dan Pelita. Cuma saja bagaimana rakyat mendapat modal. Sebab meski padi yang musnah baru berumur 1« bulan, hingga masih bisa mengejar waktu mereka mengeluh bab modal. "Persediaan kami sudah habis di lumbung", keluh mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus