DENGAN wajah murung Bupati Asahan Haji Abdul Manan Simatupang
mencabut serumpun padi. Terkesiap juga dia. Warna hijau hampir
tak ada lagi di batang-batang padi itu. Yang ada hanyalah warna
kuning dan kerumunan hewan kecil bernama wereng. "Wah, wah,
wah", begitu suara yang keluar dari mulut sang Bupati.
"Tolonglah kami, tolonglah kami", begitu terdengar suara riuh
memelas para petani menyambutnya. Kali itu bukan pencak silat
atau tari Cubang Asahan menyambut kedatangan Bupati yang secara
akrab dipanggil para petani "ayah" itu. Sebab kedatangannya 26
Nopember lalu ke Kampung Sungai Muka, Kecamatan Talawi itu untuk
meninjau musibah hama wereng yang terjadi di sana.
Tindakan lumayan sigap. Tapi tampaknya agak terlambat juga.
Sebab sampai awal Desember, sudah 15.000 Ha padi yang terancam
serangan. Padahal laporan Mantri Tani (Mantan) ke alamat Dinas
Pertanian bahwa terjadi serangan hama wereng di Sungai Muka
(kecamatan Talawi), Tanjung Segoni (Medang Deras) dan Tanjung
Seri (Air Putih), sudah sejak 10 Oktober. Waktu itu perkiraan
areal padi yang musnah baru 200 Ha. Dari segi jumlah tampaknya
masih dianggap biasa. Tak dikhawatirkan. Meski tak berpangku
tangan, yakni mengirim team pengecek, Dinas Pertanian masih
mengharap swadaya masyarakat mampu membasmi sang hama.
Ternyata harapan itu terbang bersama makin luasnya sayap sang
wereng. Hingga seminggu kemudian 1.540 Ha padi sudah membunciti
sang wereng. Menyusul seminggu kemudian jadi 1.800 Ha. Lalu
sampai minggu pertama Nopember sudah ludes 4.770 Ha dengan
areal yang terancam di sekitarnya seluas 4.770 meliputi tak
kurang 10 kecamatan antara lain Air Joman, Simpang Empat,
Kisaran, Air Batu, Buntu Pane. Selang yang terparah Medang
Deras, Air Putih dan Talawi itu. Di sini 3.873 Ha terasak.
Sedang yang terancam 5.703 Ha. Bahkan di Talawi sudah 100%,
ludes tergasak. "Mirip marabunta di film", keluh seorang PPL
(Penyuluh Pertanian Lahan) Dinas Pertanian Asahan yang sudah
berkeliling selama sebulan.
Tentu saja Ir. A. Muis, Kepala Dinas Pertanian Asahan kaget.
Sebab berarti separuh dari luas areal cocok tanam padi Asahan
terancam punah. Ini mengingat Asahan memiliki 60.000 Ha
persawahan, terdiri dari sawah tadah hujan, tehnis dan setengah
tehnis. Dan dari seluas itu cuma separuhnya yang dipandang
produktif alias aktif ditanami. Berarti harapan bahwa Kabupaten
Asahan surplus beras tahun ini seperti ditargetkan,
dikhawatirkan terbang.
Namun Bupati Manan Simatupang masih berusaha menyetopnya. Sehari
setelah ia bersafari di tempat musibah terparah Talawi, sebuah
team pemberantasan digebraknya untuk bekerja. Satu ton Sevin 85
S dari Dinas Pertanian disemprotkan secara massal. Ini jelas tak
cukup. Bupati perlu terbang ke Medan minta bantuan Gubernur
Marah Halim. Dua hari di sana ia berhasil melnbawa 3 ton Sevin
85 S plus 50 unit nist blower (alat semprot). Bantuan ini pun
menurut Muis belum memadai. "Cuma cukup untuk satu penyemprotan
masal", tuturnya. Padahal, katanya pula, paling sedikit
diperlukan 3 kali. Alhasil sampai 24 Nopember baru 3.300 Ha yang
bisa disemprot oleh Pemda dan 1.014 Ha swadaya masyarakat.
Sementara Dinas Pertanian Propinsi telah mendrop obat Dursban.
Tak hanya itu. Bupati Simatupang mengedarkan selebaran agar
rakyat membakar saja sawah yang puso (rusak total). Lalu segera
menanaminya kembali dengan bibit PB 26, PB 28, PB 30 dan PB 34.
Jenis-jenis ini dipandang ampuh menghadapi wereng. Lagipula
sudah disediakan Dinas pertanian Asahan. Dengan mengedarkan
formulir perjanjian, Bupati mengharap rakyat untuk selanjutnya
menanam jenis tersebut. Sebab ternyata petani-petani Bimas
Asahan (5.525 Ha) dan Inmas (1.109 Ha) yang menanam jenis
tersebut, selamat dari gonyohan wereng. Sedang yang terkena
musibah adalah padi jenis PB 5, PB 8, C4-63 dan Pelita. Cuma
saja bagaimana rakyat mendapat modal. Sebab meski padi yang
musnah baru berumur 1« bulan, hingga masih bisa mengejar waktu
mereka mengeluh bab modal. "Persediaan kami sudah habis di
lumbung", keluh mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini