Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Wawancara Direktur Umum Museum Volkenkunde.
Tentang koleksi museum dan koleksi yang dikembalikan.
Museum Volkenkunde mendukung pengembalian koleksi Indonesia.
SENIN pagi, 10 Juli lalu, Marieke van Bommel tampak sibuk. Mondar-mandir di aula Museum Volkenkunde di Leiden, Belanda, yang dipimpinnya, direktur umum ini juga tampil sebagai pembawa acara dalam upacara penandatanganan penyerahan hak milik koleksi yang sebagian tersimpan di museum tersebut. Mengenakan gaun musim panas biru tua dan putih, dia tampil tenang dan penuh percaya diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bukan kebetulan kalau Museum Volkenkunde tampil sebagai tuan rumah. Maklum, museum ini menyimpan paling sedikit tiga koleksi yang Senin pagi itu diserahkan kembali kepada Indonesia, yaitu koleksi patung atau arca Candi Singasari, keris Puputan milik Kerajaan Klungkung di Bali, dan koleksi benda kuno Lombok di Nusa Tenggara Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arca-arca Singasari tampak mencolok karena bisa dilihat orang begitu memasuki museum ini. Setelah acara selesai dan tamu menikmati hidangan makan siang, Van Bommel, yang mulai menduduki jabatan direktur umum pada awal 2022, menyediakan waktu khusus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Joss Wibisono, kontributor Tempo.
Bisa saya bayangkan Anda sangat sibuk pada hari ini.
Ya, kami sangat menanti-nantikan hari ini. Tadi pagi kami dan karyawan minum kopi bersama. Tadi saya katakan koran menulis apakah kami sedih atau, lebih sopan lagi, menanyakan bagaimana ini. Tapi kami benar-benar gembira sekali. Itu juga terlihat pada para karyawan. Sudah lama kami bekerja untuk menyambut hari ini. Sudah lama dilakukan penelitian bersama. Siapa saja benar-benar gembira.
Walaupun itu berarti museum ini akan kehilangan empat arca Singasari?
Arca-arca Singasari itu memang tak seharusnya dan tidak layak berada di sini. Itulah pendapat saya sejujurnya.
Bagaimana bisa sampai pada keputusan ini?
Begini, kami sudah lama melakukan penelitian dan koleksi ini sudah diteliti asal-usulnya. Tahun lalu, Indonesia mengirim permintaan resmi dengan daftar berisi koleksi yang diminta dipulangkan. Menurut saya, itu adalah daftar bagus sebagai awal rencana pemulangan koleksi kolonial, juga karena ini adalah koleksi-koleksi yang indah dan menarik mata serta penting bagi Indonesia. Sesudah itu, kami terutama menunggu jawaban komite (Commissie Koloniale Collecties) yang kemudian berkata bahwa koleksi itu harus dikembalikan tanpa syarat. Kami senang mendengarnya. Kami kemudian mengatur pemulangannya, dari perjanjian yang akan ditandatangani sampai transportasi yang akan membawa arca-arca itu pulang ke Indonesia. Jadi siapa saja bersemangat untuk mengaturnya.
Banyak orang Indonesia merasa ragu apakah arca-arca Singasari ini nanti di Indonesia terjamin perawatannya dan sebagainya. Menurut Anda bagaimana?
Pers Belanda juga mempertanyakan hal ini. Menurut saya, itu bukan wewenang kami. Koleksi ini sampai di sini karena pelanggaran hukum dan harus dikembalikan kepada pemiliknya, yaitu Indonesia. Jadi tidak seharusnya kami kemudian berkata bahwa Anda masih belum mampu merawatnya. Lebih dari itu, kami sudah lama bekerja sama dengan Indonesia. Jadi kami tahu bahwa Indonesia mampu mengurusnya. Tapi itu bukan wewenang kami. Kami berada di pihak yang menjarah koleksi ini. Jadi kami tidak bisa berkata kepada pemilik bahwa kalian harus merawatnya baik-baik. Itu gila namanya.
Gampangnya, saya mencuri sepedamu, lalu kamu memintanya kembali. Kemudian, saya berkata, kamu akan menerimanya sesudah membangun tempat penyimpanan yang baik. Pasti kamu akan menjawab, “Itu bukan urusanmu.” Jadi, ya begitulah, itu bukan urusan kami. Saya juga tahu Indonesia akan berpendapat seperti itu.
Apakah ada syarat-syarat tertentu untuk pengembalian ini?
Tidak, tidak. Ini adalah pengembalian tanpa syarat. Kami mengembalikannya tanpa ada syarat tertentu, seperti soal perawatan, arca harus dipamerkan di publik Indonesia, atau yang lain. Hal-hal seperti itu tidak tertera dalam perjanjian pemulangan. Mungkin saja ada anggota komite Belanda yang membicarakannya, misalnya Lilian Gonçalves. Ketua komite repatriasi Belanda berbicara tentang hal ini dengan Pak Puja (I Gusti Agung Wesaka Puja), ketua komite repatriasi Indonesia. Tapi dalam perjanjian pemulangan yang ditandatangani tidak tertera satu pun syarat tertentu.
Kini ruangan tempat arca Singasari akan diisi dengan koleksi apa?
Kami memiliki koleksi yang sangat besar. Kami meliputi empat museum: Museum Volkenkunde (etnografi), Tropenmuseum, Afrika Museum, dan Wereldmuseum (dunia). Koleksi kami mencapai 450 ribu obyek. Dari situ hanya sebagian kecil yang merupakan koleksi jarahan. Dengan begitu, masih banyak koleksi dan dengannya kami bisa menuturkan kisah yang indah. Jadi tempat-tempat yang kosong karena koleksinya dikembalikan akan segera kami isi dengan koleksi lain. Kami juga punya koleksi Indonesia cukup besar yang dikumpulkan selama bertahun-tahun. Sejauh tidak ada tuntutan pengembalian, tetap bisa dipamerkan.
Dulu pasti ada argumen mengapa patung-patung Singasari harus dibawa ke Leiden. Bisakah dikatakan bahwa argumentasi itu sekarang tidak berlaku lagi?
Saya kira sudah tidak berlaku lagi. Komite sudah memutuskan bahwa, berdasarkan rekonstruksi bagaimana patung-patung itu bisa sampai di sini, argumen yang pada waktu itu dikemukakan sekarang sudah tidak berlaku lagi. Koleksi-koleksi itu bermakna penting bagi budaya Indonesia. Itu adalah argumen yang sangat berbobot: makna budaya bagi negeri asal koleksi-koleksi itu.
Ada enam arca Singasari yang semula dipamerkan museum ini, tapi hanya empat yang diminta dikembalikan oleh Indonesia. Jadi dua arca tetap di sini. Benar begitu?
Benar. Sudah ada satu arca Singasari yang dikembalikan dan sekarang ada di Jakarta. Mungkin Indonesia akan meminta kembali dua yang tersisa itu. Tapi untuk tahap ini hanya empat yang diminta kembali.
Museum Naturalis di Leiden yang menyimpan koleksi kerangka Pithecanthropus erectus masih berusaha mati-matian mempertahankan koleksi itu walaupun Indonesia sudah memintanya. Bagaimana menurut Anda?
Tidak seharusnya saya berpendapat mengenai mereka. Kami mendukung pengembalian sejauh itu berkenaan dengan koleksi kami. Kami mendukung kebijakan pemerintah Belanda. Jadi jelas sikap kami berbeda dengan sikap mereka. Tapi saya tidak berwenang untuk menghakimi mereka. Itu bukan koleksi kami sehingga kami tidak bisa berpendapat tentangnya.
Jadi di sini tampak Leiden memiliki dua wajah. Wajah yang murah hati karena mengembalikan koleksinya kepada Indonesia dan wajah yang bengis karena mati-matian mempertahankan koleksinya walaupun sudah diminta dikembalikan oleh Indonesia.
(Setelah jeda) begini, saya lebih suka melihat bahwa kami semua mengembalikannya. Koleksi Naturalis berbeda dengan koleksi kami. Jadi saya tidak bisa begitu saja melakukan penilaian. Mereka menyimpan fosil manusia, sedangkan kami menyimpan koleksi budaya. Dan kami sangat mendukung pengembalian.
Apakah Museum Volkenkunde juga berbicara mengenai permintaan pengembalian dari Indonesia ini dengan Museum Naturalis?
Tentu saja, direktur koleksi kami juga sudah berbicara dengan pihak mereka. Kami bertukar pikiran dan pengetahuan mengenai setiap koleksi kami.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kami Berada di Pihak yang Menjarah"