DI bawah empat pemerintahan berturut-turut, Amerika Serikat
"menghadiahi" negeri-negeri produsen minyak Arab (terutama Arab
Saudi dan Kuwait) kesempatan menanam modal besar mereka di AS.
Jumlahnya bermilyar dollar. Dan ini merupakan "tingkat pilih
kasih yang keterlaluan yang dilindunxi selubung kerahasiaan yang
tebal." Yang dalam tanda-kutip ini adalah komentar Tad Szulc,
seorang penulis masalah-masalah luar negeri yang berpangkalan di
Washington, dalam The New York Times Magazine.
Komentar Szulc ini tidak berdiri sendiri. Banyak anggota
Kongres dan pejabat Federal AS-seperti yang juga dikemukakannya
dalam tulisan itu -- menyatakan kekhawatirannya. Malahan
menakutkan "perolehan pendapatan dari investasi yang tersembunyi
dan tak terdaftar, sungguh-sungguh akan mengganggu kepentingan
nasional Amerika." Dan juga "ekonomi Amerika akan mudah
terserang, tunduk kepada pengaruh kepentingan negeri-negeri
Arab."
Menurut Szulc kekhawatiran-kekhawatiran itu justru muncul dalam
dokumen-dokumen Pemerintah sendiri -- dikumpulkan untuk suatu
dengar pendapat oleh Sub-komisi Masal. masalah Perdagangan,
Konsumen dan Moneter dari Komisi Rumah Tangga Kongres tentang
kegiatan-kegiatan Pemerintah AS.
"Kebijaksanaan Washington terhadap penyelubungan yang disengaja
itu berkembang sebagai akibat tekanan-tekanan politik dan
ancaman-ancaman terbuka," kata mereka. Dan "paling tidak, jika
perlakuan istimewa itu tidak berlanjut, orang-orang Arab
mengancam akan mengurangi produksi minyaknya serta memindahkan
investasi dan asset-asset raksasanya -- diduga sebesar US$ 100
milyar -- dari AS."
Sementara kebijaksanaan dan keramah-tamahan tindakan-tindakan
pro Arab -- termasuk pembebasan pajak (tax break) -- sering
dipersoalkan di kalangan Pemerintah, tak ayal keinginan atau
kebutuhan menenteramkan Arab-Arab itu juga yang akhirnya berjaya
ITULAH mungkin yang menyebabkan semakin banyak anggota Kongres
kian gencar mempersoalkannya.
Misalnya, mereka mempertanyakan: mengapa praktek-praktek itu
terus berlangsung? Mengapa Pemerintah Federal -- dengan segala
instansi berwenang yang berada di bawah komandonya -- tidak
mampu melacaknya?
"Orang-orang di Kongres itu yang mengikuti persoalannya dari
dekat sangat gelisah dengan arus uang yang 'tidak sesuai',
sebesar US$ 60 milyar dalam neraca pembayaran Amerika," komentar
Szulc. Jumlah tidak kecil itu masuk dari luar ke Amerika dalam
tahun-tahun belakangan ini, "yang tidak seorang pun mampu
menemukan atau melacaknya. "
Pada saat ketidak-sesuaian itu pertama kali diketahui, Pembantu
Menteri Keuangan C. Fred Bergsten mengirim memo kepada William
Miller, yang kemudian menjadi Menkeu Amerika. Memo dalam tulisan
tangan itu berbunyi: "Ini aneh. Punyakah kita sesuatu gagasan,
apa yang menyebabkan ini bisa terjadi? Apakah sebuah
penyelidikan yang lebih jauh dapat menolong?"
Pembekuan asset-asset Iran (sebagai tindak balasan langsung
terhadap penyanderaan di Kedubes Amerika di Teheran) terjadi
berbulan-bulan sebelum masalah ini terungkit. Para pengusut
'hanya' berhasil menemukan US$ 11 milyar. Komentar Szulc: " . .
. mereka tak sepenuhnya pasti apakah mereka telah menemukan
semuanya." Tapi perkiraan belakangan, jumlah yang masih tersisa
ada sekitar US$ 6 sampai US$ 12 juta.
Tanpa informasi cukup, kongres tentu tidak bisa menyusun
undang-undang penanaman modal asing yang dapat dianggap paling
sesuai dengan kebutuhan. Apalagi menetapkan strategi yang tepat
untuk suatu keadaan darurat. Dengar pendapat yang diminta
anggota Kongres dari Partai Demokrat New York, Benjamin S.
Rosenthal pada akhir tahun lalu itu adalah usaha kedua yang
telah dilakukan untuk memperoleh informasi dari berbagai
instansi Pemerintah. Dalam laporannya, 'sub-komisi Rosenthal'
mengkritik pedas Pemerintah Carter yang menolak memberikan
informasi.
Walaupun informasi dari Carter macet, namun sub-komisi itu
berhasil mengumpulkan sejumlah besar dokumen yang memuat
informasi mendetail dari instansi-instansi Pemerintah. Bagaimana
penanganannya, sekarang memang tergantung pada Pemerintah Reagan
yang membawahkan instansi Pemerintah itu, termasuk Depkeu, CIA
dan para Gubernur Federal. Merekalah sebenarnya "yang berwenang
mengadakan pelacakan terhadap investasi negara-negara Arab
anggota OPEC di kawasannya masing-masing," tulis Szulc.
Nyatanya memang sangat sedikit pengawasan dilakukan terhadap
investasi asing demi 'kepentingan nasional' AS, ulas kolumnis
itu lebih jauh. Pemerintah, katanya, seharusnya mengamankan
kepentingan perusahaan-perusahaan Amerika yang bergerak di
bidang pertahanan, perbankan dan penyiaran. Namun "masih saja
tidak ada jalan untuk mengetahu bagaimana caranya uang ditanam
tanpa nama di dalam perusahaan-perusahaan yang beroperasi di
tiga bidang peka tersebut oleh Arab-Arab OPEC yang bekerja
melalui berbagai 'front' itu."
***
Pada dasarnya kebijaksanaan kerahasiaan' itu dimulai pada 1974.
Itu waktu Pemerintah Nixon mengeluarkan Keppres 'kerahasiaan'
untuk membantu penyelubungan transaksi keuangan antara Arab
Saudi dan Kuwait dengan Pemerintah AS dan perusahaan-perusahaan
swasta Amerika. Laporan kegiatannya dibikin secara regional, dan
bukan negeri per negeri. Saat itu, hanya setahun setelah Perang
Yom Kipur dan embargo minyak Arab -- yang membikin harga minyak
melonjak-lonjak. "Tiba-tiba negeri-negeri Arab menjadi sumber
uang maha besar, di samping sumber sumur-sumur minyak," tulis
Szulc.
AKIBATNYA, Depkeu di bawah Menteri William E. Simon mengambil
tindakan khusus untuk mengamankan pasaran keuanaan, mengimbangi
tawaran pasaran umum Bank SAMA milik Arab Saudi yang sebobot
dengan bank sentral negara itu.
Dalam pada itu, 'memorandum of conversation' Inspektur Kantor
Akuntan Umum William Clevenger punya nada yang sama dengan
laporan subkomisi Rosenthal. Memorandum itu dibuat berdasarkan
wawancara yang ia lakuhan bersama rekannya dengan be kas Menkeu
Simon. Harap tahu, Simon itu kini Ketua Perusahaan Pengembangan
Investasi Olayan, milik keluarga Olayan di Arab Saudi, yang
berpangkalan di Liechtenstein. Memorandum itu berbunyi begini:
"Rasa khawatir timbul karena orang-orang Saudi ingin membeli
surat-surat berharga, kalau saja mereka suka. Agar sistem
pembelian itu berjalan tertib, sedangkan pihak AS menginginkan
investasi (Arab) itu, orang-orang Saudi bermaksud membelinya
dalam partai besar. Fasilitas yang terpisah atau tambahan,
disiapkan untuk menangani penjualan. Mr. Simon menekankan, jika
yang lain menginginkan transaksi itu, AS dapat pula
meluluskannya.
Pada saat melakukan transaksi, Amerika meyakinkan Arab Saudi
bahwa kerahasiaan data laporannya dilakukan secara regional.
Menurut Tuan Simon, 'laporan regional ini adalah satu-satunya
cara yang diinginkan Arab Saudi untuk transaksi, sebagai
catatan'. Belum waktunya bagi Arab Saudi membeli surat-surat
berharga dengan tarif istimewa."
Sejumlah bank Amerika yang menangani milyaran dollar dana Arab
dan sering bertindak atas nama Arab di AS, memperkuat rasa
khawatir itu. Kendati, dalam peninjauan dan pemikiran ulang,
"kebanyakan ekonom ragu, apakah orang-orang Arab mampu
melaksanakan ancaman mereka," demikian menurut pengamatan
Szulc. "Seperti yang mereka perlihatkan sendiri, dalam dunia
yang ekonomi dan politik relatif tidak stabil ini, AS tetap
dianggap sebagai tempat penyimpanan teraman untuk surplus uang
asing."
'Kerahasiaan' benar-benar berlangsung tanpa masalah sampai
dengan tahun 1978 -- saat mulai diperbincangkannya masalah alih
teknologi bagi negara-negara OPEC. Anggota Kongres dari Partai
Demokrat New York, James H. Scheur, yang Ketua Komisi Rumah
Tangga Kongres untuk Koperasi, Analisa dan Perencanaan Ilmu
Dalam dan Luar Negeri, menulis kepada Menteri Dalam Negeri Cyrus
R. Vance. Yang diinginkan Scheur dari Vance adalah informasi
tentang "petrodollar yang berada dalam tangan orang-orang Arab
Saudi dan pengaruh potensial terhadap aparat pembuat
kebijaksanaan luar negeri kita."
Jawaban yang diterimanya tak memuaskan. Dalam suratnya kepada
Presiden Carter, 3 Agustus 197, Scheur menyatakan kekhawatiran
hahwa "draft surat kepada saya itu sepenuhnya dipersiapkan oleh
Bagian Analisa dan Perdagangan Kantor Riset Ekonomi CIA . . .
dan jelas melalui jalur-jalur Departemen Dalam Negeri."
"Untungnya," anggota Kongres itu meneruskan, "pejabat-pejabat
Depkeu yang berdasarkan data-data mereka jawaban itu disiapkan,
menggunting sebagian besar draft jawaban tersebut, yang
menyebutkan dua peraturan yang mereka duga menghalangi
penyingkapan data tersebut kepada Kongres."
Dalam penjelasan dari Perintah Pelaksanaan (Executive Order)
12065, yang ditandatangani Presiden Carter, digolong-golongkan
materi-materi tambahan mengenai keamanan nasional. Sehubungan
dengan ini, Depkeu menganggap bahwa baik Depkeu maupun CIA
rnembutul1kan data tentang keadaan keuangan OPEC dalam kerangka
tugas mereka. "Kendati, informasi semacam itu jelas menjadi
bidangnya kebijaksanaan luar negeri."
14 November tahun itu juga (1978), Menkeu W. Michael Bumenthal
secara resmi menyampaikan permintaan kepada CIA melalui
Direkturnya, Laksamana Stznfield Turner. Yang diminta: agar CIA
tidak mensuplai data keuangan asing kepada Kongres "tanpa
persetujuan kami" - bahkan jika itu memperoleh izin "sepenuhnya
dari instansi-instansi Pemerintah."
Lebih jauh Blumenthal memberi cataan, bahwa "adalah
kebijaksanaan kita untuk tidak menyebarkan informasi jenis itu
untuk mencegah meningkatnya spekulasi terhadap dollar." ("Namun
di tahun 1981, saat dollar tak-biasanya bernilai tinggi, policy
'kerahasiaan' tetap dengan kerasnya diteruskan oleh Pemerintah
Reagan," SUIC berkomentar).
MENJAWAB Blumenthal, Laksamana Turner menunjuk instruksi yang
diturunkan seorang pejabat Carter sebelumnya. Yaitu yang
berkaitan dengan masalah intelijens, yang secara umum, untuk
"memberikan fasilitas terhadap penggunaan hasil-hasil
intelijens, asing dan nasional, kepada Kongres dengan cara yang
aman. Saya juga mempunyai kewajiban tertentu terhadap kelalaian
instansi Pemerintah, berdasarkan perintah itu."
Meskipun demikian, ia-"mengakui konsekuensi yang sangat
merugikan dan bahwa penyingkapan tak sah mungkin saja terjadi.
Saya telah menginstruksikan Kantor Riset Ekonomi agar
berkonsultasi dengan Departemen anda sebelum memberikan jawaban
yang sesungguhnya --tertulis atau lisan -- terhadap permintaan
pihak Kongres tentang masalah asset luar negeri OPEC itu."
Masalah kerahasiaan itu tidak hanya bikin pusing Depkeu. Tapi
juga, meruwetkan studi-studi Pemerintah tentang balans
pembayaran nasional negeri ini," kata Szulc pula. Sebuah
memorandum intern di Deperdag, November 1978 memperingatkan
bahwa "tidak adanya detail-detail materi di negeri ini
menghalangi divisi pembayaran dalam menyusun, menganalisa dan
menyuguhkan data-data itu sebagai bagian dari rekening transaksi
internasional serta posisi investasi AS sendiri. "
Pada tahun itu pula, 1978, Jawatan Pajak bikin usul untuk
mengubah peraturan-peraturan yang dikeluarkan pada 1918. Saat
itu (1918), investasi semacam yang diributkan itu belum ada --
inilah agaknya penyebab adanya pembebasan pajak secara efektif
terhadap negeri-negeri asing yang bikin bisnis di negeri dollar
itu. Sikap Jawatan Pajakdidorongoleh kenyataan, antaranya:
Kuwait menjadi pelaksana utama bisnis real estate Amerika.
Jumlahnya tak tanggung-tanggung: beberapa milyar dollar. Dan ini
merupakan "penikmatan keuntungan dari pajak (yang tidak dibayar)
yang tidak adil, yang bebannya ditanggung oleh seluruh penduduk
Amerika," tulis Szulc. Inilah yang mereka (rakyat Amerika) minta
supaya dilacak tanpa kecuali. Tentu saja ini menurut sang
penulis.
Tidak pernah ada satu pertanyaan pun tentang masalah pemajakan
terhadap Kuwait, kata penulis yang sama lebih lanjut. Keadaan
ini melebihi perlakuan terhadap Pemerintah asing lainnya. Yaitu
suatu penghasilan yang didapat dari dividen saham-saham dan
obligasi yang ditanam di perusahaan-perusahaan Amerika. Atau
dari bunga surat-surat berharga yang berada di dalam tangan
Pemerintah AS sendiri.
Bagaimanapun, Emir Kuwait Sheik Jaber al-Ahmad al-Sabah sedang
ketakutan menderita rugi besar, demikian konon menurut sang
kolumnis. " . . .jika negerinya harus membayar pajak dari
keuntungan yang diperolehnya dari pusat-pusat perbelanjaan,
misalnya di Atlanta dan di Houston, dari gedung-gedung yang
dipersewakan, serta usaha-usaha lainnya."
Di antara dokumen-dokumen milik sub-komisi Rosenthal tadi, ada
satu yang membeberkan tentang sebuah pertemuan di akhir 1978,
konon antara pejabat senior AS dengan "pejabat senior Timur
Tengah". Siapa yang dari TT? "Oleh suatu sumber diduga Kuwait,"
kata Szulc. Pejabat TT itu dikutip sebagai mengatakan: "Saya
tidak melihat masalah dari segi uangnya, tapi dari sudut minyak.
Satu-satunya perangsang makanya kita memproduksi (minak) karena
kita dapat menginvestasikannya -- mempertukarkan satu asset
dengan yang lain."
Pejabat itu lalu menambahkan, pendapatnya itu didukung
negeri-negeri OPEC lainnya. "Menteri-menteri keuangan di
negeri-negeri surplus," ujarnya, 'tak perlu menampung produksi
minyak dari langganan-langganannya, jika tidak ada ruang bagi
investasi yang bisa menambah income."
Dokumen-dokumen lain menyingkapkan bahwa Kuwait menolak
mensuplai Pemerintah AS jika investasinya macet.
Sementara Pemerintah Carter mencari penyelesaian, bank-bank
Amerika dan lembaga-lembaga hukum New York yang mewakili
kepentingan Kuwait menentang pencabutan pembebasan pajak. (Dalam
sebuah surat kepada John Chapoton, Pembantu Menkeu untuk
Kebijaksanaan Pajak, Agustus 1981, sehubungan dengan dengar
pendapat di Kongres itu, Rosenthal ada memberi tanggapan.
"Tekanan negeri-negeri OPEC Timur Tengah yang disiarkan kembali
oleh Departemen Dalam Negeri dan pejabat senior Depkeu, pada
dasarnya menyokong sikap yang diambil pemerintah-pemerintah OPEC
itu," ujarnya.
Jawatan Pajak dan segelintir pejabat Depkeu menuntut pembebasan
pajak dihapuskan -- karena tidak adil terhadap usahawan-usahawan
'pribumi' Amerika sendiri. Tapi peraturan terakhir yang
dikeluarkan Juli 1980, mengecualikan 'pemerintah-pemerintah
asing' (dalam prakteknya, itu berarti hanya Kuwait) dari
sebagian besar pemajakan yang diusulkan. Melalui suratnya kepada
Chapotan, Rosenthal meminta penjelasan panjang lebar terhadap
tindakan itu. Anggota Kongres itu tak lupa mengatakan, bahwa
dokumen-dokumen Pemerintah yang telah diperiksanya:
"mencerminkan adanya masalah penting berkenaan dengan iklim dan
meluasnya pengaruh asing terhadap kebijaksanaan pajak AS dan
pelaksanaan hukum perpajakan kita."
***
Inti pokok seluruh permasalahan investasi asing di Amerika
ialah sulitnya menentukan jangkauan yang menyeluruh. Begitu
kesimpulan Szulc.
Menurut Deperdag, asset asing di AS secara menyeluruh melonjak
dengan spektakuler dalam tahun-tdhun terakhir ini. Yaitu dari
US$ 196 milyar di tahun 1974 (saat ledakan minyak OPEC terjadi)
menjadi US$ 481 milyar pada akhir 1980.
TAPI mungkin angka-angka ini bisa lebih tinggi," menurut sang
kolumnis yang mangkal di ibukota Amerika Serikat itu. Tapi
mengapa meleset, apa di Amerika tidak ada komputer? Penyebab
yang disebut: Sistem laporan dan kontrol yang tidak memadai.
Metode statistik yang beragam-ragam. Dan ada angka-angka tak
berujung dari saluran-saluran tersembunyi, yang darinya
dana-dana itu masuk menyelundup ke Amerika. Bukan main.
Pada Maret 1980, Ketua Jawatan Pajak Federal menyinggung hal ini
dalam ceramahnya di Universitas New, York. Di sana dilaporkannya
bahwa ada sejumlah US$ 75 milyar dalam jalur keuangan
internasional yang tidak bisa dilacak. Ini yang merupakan
saham-Saham para pejabat asing OPEC, "yang ditanam dalam
cara-cara yang statistik Pemerintah AS gagal menjaringnya." Juli
1981 lalu, Depkeu mengetahui bahwa ada US$ 37,7 milyar
"ketidaksesuaian' dalam surplus dana OPEC.
Sampai akhir 1980, saham-saham Arab OPEC di AS menurut perkiraan
Depkeu ada sebesar US$ 51,3 milyar. Antara Januari-April 1981,
dengan tambahan US$ 6,2 milyar yang diketahui harus masuk,
jumlahnya menjadi US$ 57,5 milyar. Namun Jawatan Pajak Federal
melaporkan bahwa US$ 29,3 milyar dana OPEC telah ditanam di
penghujung Maret 1981 di berbagai cabang luar negeri bank-bank
Amerika. Bersama-sama yang dilaporkan orang-orang Arab itu
sendiri sebesar US$ 20 milyar, jumlah yang diperoleh mereka
sekitar US$ 80 milyar.
Dan masih ada yang lain. Yaitu dana yang masuk ke AS melalui
pusat-pusat uang lepas pantai: Antilles Belanda, Kepulauan
Virgin Inggris, Bahama, Grand Cayman dan Panama. Jumlahnya?
"Paling tidak sekitar US$ 100 milyar," menurut Szulc. "Ke mana
semua itu lenyap?" ia bertanya.
***
Dari celoteh pejabat statistik itu, Arab Saudi bisa dinobatkan
sebagai penanam modal terbesar di Amerika. Di bawah pimpinan
gubernurnya, Sheikh Abdul Aziz al-Quirashi, SAMA, Bank Sentral
Arab Saudi, cenderung menanam secara konservatif: dalam
surat-surat berharga Pemerintah AS, dengan bunga yang cukup
tinggi. Sementara itu, keluarga kerajaan Arab Saudi menanam
uangnya di perusahaan-perusahaan real estate, bank, berbagai
usaha bisnis lainnya.
Menurut hasil pengolahan data Deperdag, ada banyak perusahaan di
Amerika yang kemasukan saham-saham Arab Saudi. Misalnya:
Financial General Bankshares Inc., yang dimiliki oleh Pemda
Washington Commonwealth Oil Co. di Texas, Main Bank of Houston,
Arabian Shield Development Co., sebuah perusahaan minyak dan gas
di Texas. Lalu, sejumlah perusahaan yang bergerak dalam urusan
makelar, termasuk Donaldson Jenrette, sebuah perusahaan besar
di New York. Juga Reynold Securities, di utara negara bagian New
York.
Pemerintah Kuwait adalah investo yang telah mencengkeram bisnis
real estate, pusat-pusat perbelanjaan, pertanian, kehutanan.
Saham-sahamnya antara lain terdapat di Kiawah John Island (South
Carolina) dan Kirby Real Estate serta Hilton Baltimore.
Tapi apa yang disebut investasi langsung jumlahnya sukar
dipercaya. "Hanya US$ 575 juta, atau sekitar 5% dari seluruh
saham OPEC," Szulc menganalisa. "Para ahli keuangan menduga ada
sekitar US$ 10 milyar atau US$ 20 milyar yang mungkin
disembunyikan dalam saham dan obligasi perusahaan-perusahaan
tertentu." Soalnya, di bawah peraturan-peraturan yang ada,
para pemegang saham harus mencatat diri pada Komisi Surat-Surat
Berharga dan Kurs jika mereka memegang saham 5% pada sebuah
perusahaan. Jika lebih 10%, harus mendaftarkan diri di Deperdag.
Akibatnya, "saham-saham itu sukar dilacak," kata Szulc.
Namun The Chicago Tribune, Juli tahun lalu melaporkan bahwa
Kuwait diam-diam, melalui Citibank, berminat membeli saham-saham
seharga US$ 7 milyar. Yaitu dari 197 perusahaan Amerika,
termasuk 36 di bidang jasa umum (hampir US$ 100 juta di
perusahaan American Telephone & Telegraph), 20 di perusahaan
minyak (US$ 43 di Atlantic Richfield), 17 di bank dan perusahaan
yang bergerak di bidang keuangan (US$ 6,4 juta di Bank of
America International) dan 8 diperusahaan obat (US$ 52 juta di
Dow Chemical Company).
Sementara itu investasi langsung OPEC seluruhnya mendekati US$
191 juta di tahun 1980. Sebagian besar jumlah ini diketahui
merupakan pembelian sebuah perusahaan Amerika yang tak dikenal
Qleh Pemerintah Arab Saudi.
Sebagian besar anggota Kongres yang karenanya menjadi khawatir,
berusaha mencari cara-cara yang paling cocok untuk mengetahui
siapa yang memiliki apa. Itu pertama. Kedua, untuk menentukan
langkah-langkah apa yang perlu diambil -- untuk alasan apapun.
BAGAIMANAPUN, dengan keadaan persediaan minyak yang merata dan
melimpah ruah di dunia, dan baik harga maupun produksinya yang
merosot, selalu ada kemungkinan Arab-Arab itu menurunkan
saham-saham finansialnya di AS. "Agar mereka kembali meneruskan
pembiayaan program-program pembangunan ekonominya," Szulc
kembali menganalisa. "Dan agar dapat menanggung beban pembelian
peralatan militer mereka yang begitu besar."
Dalam laporan sub-komisi Rosenthal terdapat kalimat: "Kongres
dan publik prihatin sehubungan dengan kemungkinan ini, yaitu
jika asset dan sumber alam perusahaan-perusahaan besar AS berada
di bawah kontrol asing, hingga perusahaan tersebut bisa
dioperasikan dalam cara-cara yang mengganggu kepentingan
nasional AS . . . Beberapa kekhawatiran ini boleh jadi tidak
berdasar, tapi jelas sudah, Kongres maupun publik harus
diberitahu, tentang pengaruh dan efek investasi asing. . . "
Kantor Akuntan Umum adalah badan penyelidik Kongres yang bebas
dan dihargai tinggi. Nah, badan ini pada 1979 memerlukan bantuan
Depkeu untuk suatu studi tentang sistem laporan yang memadai
mengenai asset dan investasi OPEC.
Selama ini orang-orang beranggapan, "tidak ada kejelasan bahwa
investasi asing menggunakan cara-cara operasi yang bertentangan
dengan kepentingan nasional." Tapi bagaimana hasil studi Kantor
Akuntan Umum yang disebut di atas? "Adanya bahaya itu bukanlah
sekedar isu. Malahan kita mempertanyakan kesanggupan
instansi-instansi tertentu untuk melacaknya, dengan cara-cara
yang benar dan tepat waktunya. . . "
***
Selama 7 tahun terakhir, Depkeu membenarkan kebijaksanaan serba
rahasia berhasil memayungi saham dan asset Arab di AS. Dasar
yang dipakai: bahwa pelanggaran persetujuan 1974 dengan Arab
Saudi dan Kuwait dapa mempercepat penarikan dana mereka
kembali. Dan ini dapat menciptakan chaos di bidang keuangan.
Berbicara secara pribadi, banyak di antara para pejabat senior
ragu-ragu, apakah keputusan penyerahan data-data keuangan Arab
Saudi kepada Kongres atas dasar hak istimewa dapat menjurus pada
timbulnya reaksi-reaksi keras dari negeri yang bersangkutan?
Memorandum intern CIA yang dibuat pada Juni 1978 mengakui bahwa
"dislokasi temporer pasar uang akan terjadi jika Pemerintah Arab
Saudi benar-benar memilih menggunakan kekayaan akumulatifnya
sebagai senjata politik . . . politik apa pun yang membawa
pengaruh yang menurunkan nilai dollar Amerika, akan dibarengi
dengan turunnya nilai saham akumulatif Arab Saudi, selama
saham-saham itu masih dalam dollar Amerika.
DENGAN membengkaknya nilai saham-saham dollar Amerikanya, dan
semakin terbatasnya kesempatan penanaman modalnya di dalam
negeri, Arab Saudi akan tetap memiliki asset dollarnya yang
besar, bahkan setelah pengalihan modal besar-besaran terjadi."
Tentu saja ada 'oknum-oknum Depkeu yang tidak setuju dengan
kebijaksanaan kerahasiaan. Mereka inilah yang berkata bahwa
tidak ada pembenaran, secara legal atau sebaliknya, untuk
memotong jaringan informasi yang relevan, dengan Kongres. Ini
terlepas dari kemungkinan di bocorkannya informasi itu kepada
umum. Jika alasan itu dapat diterima di luar kalangan
Pemerintahan, kritik-kritik ada harganya -- dan Kongres dapat
menyelaraskan dengan tugasnya.
Orang-orang Arab itu jelas telah mendapat banyak dari saham dan
obligasi yang mereka tanam di negeri dollar. Tapi untuk masa
yang lama, telah membuat rakyat Amerika "lebih waspada lagi akan
jangkauan dan implikasi investasi OPEC itu," ulas Szulc.
Itu pula sebabnya, Kantor Akuntan Umum dalam laporan 1979-nya
memberi peringatan bahwa paling tidak proses laporan Pemerintah
tentang arus dana asing telah sangat baik. "Para pejabat AS
mungkin tidak awas, bahwa pada waktunya investasi yang bersifat
strategis akan mempengaruhi suatu kebijaksanaan," demikian bunyi
salah satu peringatan yang dilontarkan.
Dalam keadaan yang gawat itu, pertanyaan siapa memiliki apa
dalam hal kehadiran dana OPEC di AS hanya sebagian saja
terjawab, tulis Szulc akhirnya. Sisanya, "masih tetap
tersembunyi di balik selubung kerahasiaan resmi ."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini