Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua bocah terlihat asyik melihat-lihat buku ketika Tempo mengunjungi Jak Book di Pasar Kenari Lama, Jakarta Pusat, kemarin. Mereka membuka-buka buku yang sudah tidak terbungkus dan membaca sekilas isinya. Di sebelahnya, sang ibu dengan sabar menemani sambil sesekali ikut membungkuk untuk ikut membaca.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ibu itu bernama Andini dan dua anaknya adalah pemegang Kartu Jakarta Pintar (KJP). Ia sengaja datang ke pasar itu untuk membeli perlengkapan sekolah. "Katanya di sini lebih murah, ternyata benar," ujar perempuan berusia 39 tahun itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sudut lainnya, seorang perempuan bernama Anita tengah melihat-lihat katalog di komputer untuk mencari buku yang akan dibeli. Seorang pegawai toko yang melayani turut membantu Anita. Di bagian informasi Jak Book, terdapat satu komputer untuk memudahkan pembeli mencari buku. "Enggak semua tersedia, tapi cukup komplet," ujar Anita.
Dia mengatakan tengah mencari buku-buku fiksi. Tapi untuk kategori itu sebagian besar belum tersedia. "Novel-novel banyak yang enggak ada," ujarnya. Anita lalu keluar dari gerai dan melanjutkan pencarian ke sejumlah kios yang berada di luar Jak Book.
Selain Jak Book, di lantai tiga Pasar Kenari Lama itu terdapat lebih dari 66 kios yang menjual buku. Para pemilik kios itu sebelumnya memiliki lapak di kawasan Kwitang dan Pasar Senen. Semua pedagang di pasar itu menerima pembayaran menggunakan KJP dan Jak Pay.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan Pasar Buku Jakarta dan gerai Jak Book di Pasar Kenari Lama pada 29 April lalu. Ia mengklaim harga buku yang dijual di tempat itu 30 persen lebih murah dibanding di toko-toko lainnya. "Kita berharap nantinya ekosistem perbukuan di Jakarta lebih baik, sehingga harga-harga buku bisa lebih murah, lebih terjangkau," kata Anies saat meresmikan pasar buku tersebut.
Direktur Utama Perumda Pasar Jaya, Arif Nasrudin, mengatakan Jak Book memang memberikan harga lebih murah dibanding toko-toko lainnya. Sebab, untuk pengadaan buku, PD Pasar Jaya bekerja sama langsung dengan penerbit, produsen, dan penulis buku. Selain itu, pengelolaan tempat dilakukan langsung oleh Pasar Jaya. "Jadi, terpangkas uang sewa tempat yang selama ini menambah cost di toko-toko buku lainnya," ucap Arif.
Untuk meramaikan tempat itu, PD Pasar Jaya juga merangkul pedagang-pedagang buku dari Kwitang dan Pasar Senen. Para pedagang ini umumnya menyediakan buku-buku bekas. "Polanya sama dengan Jak Grosir," kata Arif.
Arif berharap, dengan adanya pasar ini, kebutuhan masyarakat akan buku dapat dipenuhi. Pada taraf berikutnya, diharapkan minat baca masyarakat juga meningkat. Apalagi Gubernur Anies telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 76 Tahun 2018 tentang Pembudayaan Kegemaran Membaca.
"Semoga, dengan adanya Jak Book, minat baca masyarakat dapat meningkat sekaligus mencerdaskan bangsa," katanya. Karena itu, pemerintah berencana membuka pasar serupa di empat lokasi lainnya, yaitu di Perumnas Klender, Bukit Duri, Pasar Cilincing, dan Pasar Kedoya.
Arya Hanggono, seorang pedagang buku, mengatakan senang bisa mendapatkan tempat di Pasar Buku Jakarta. Sebelumnya, dia membuka lapak di kawasan Pasar Senen. "Di sini kan buku-buku enggak gampang rusak karena tidak kepanasan," kata Arya.
Menurut Arya, di Pasar Buku, pedagang pindahan dari Pasar Senen dan Kwitang tidak dikenai biaya sewa kios selama setahun. Mereka hanya dibebani biaya servis, seperti listrik dan kebersihan. "Setelah setahun, nanti baru dievaluasi apakah akan ada sewa atau jadi hak milik," katanya.
Meski pindah ke tempat yang lebih nyaman, Arya memastikan harga buku yang dijualnya tetap terjangkau. Berbeda dengan Jak Book yang bekerja sama dengan penerbit, Arya mengaku mendapatkan bukunya dari distributor loakan dan hasil retur. "Jadi, belinya kiloan, lebih murah," kata dia. LANI DIANA | INGE KLARA SAFITRI
Serba-serbi Jak Book
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo