Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEKAN terakhir masa kampanye benar-benar dimanfaatkan Anies Baswedan untuk menegaskan penolakannya terhadap reklamasi pantai utara Jakarta. Pada Rabu pekan lalu, calon Gubernur Jakarta dari Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera itu mendatangi dermaga Cilincing di Jakarta Utara. Dia ikut "Parade Nelayan Tolak Reklamasi".
Ada 150 kapal, masing-masing berisi sepuluh nelayan, berkonvoi di Teluk Jakarta dari dermaga Kalibaru menuju Cilincing. Kapal-kapal nelayan itu juga mengunjungi Pulau G, pulau yang pengerjaannya sempat dihentikan, yang digarap PT Agung Podomoro Land. Di sana mereka membentangkan spanduk "Tolak Reklamasi".
Di dermaga Cilincing, Anies menyambut para nelayan itu. "Kita tolak reklamasi. Kembalikan keadilan di Jakarta!" ujar Anies, bersemangat. Dengan konvoi itu, menurut dia, para nelayan telah mengirimkan pesan ke seluruh Indonesia tentang dampak buruk reklamasi terhadap lingkungan dan hilangnya mata pencarian mereka. "Pemerintah seharusnya melindungi rakyat kecil," katanya.
Parade nelayan menjadi gong penolakan Anies dan pasangannya, Sandiaga Uno, terhadap reklamasi di Teluk Jakarta. Keduanya menentang kebijakan yang dikeluarkan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, duet inkumben yang menjadi pesaing mereka dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta kali ini.
Penolakan terhadap reklamasi Jakarta sudah digaungkan Anies dan Sandiaga sejak masa kampanye dimulai pada akhir Oktober tahun lalu. Ketika berpidato dalam pengajian politik Islam di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan, pada pertengahan Januari lalu, Anies mengatakan reklamasi bukan untuk kepentingan rakyat Jakarta yang lebih banyak, melainkan proyek untuk segelintir orang saja.
Isu reklamasi kembali dibawa dalam acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Ibadurrohman, Ciracas, Jakarta Timur, pada Sabtu dua pekan lalu. Anies mengatakan masih terjadi kesenjangan sosial di Jakarta. Menurut dia, reklamasi bisa memperparah kesenjangan itu. "Di sana ada kemegahan luar biasa, berbeda dengan di daratan ini," ucapnya.
Gencarnya penolakan reklamasi itu karena, menurut survei PolMark Research Center pada pertengahan Januari lalu, isu ini menjadi daya pikat masyarakat terhadap pasangan ini. PolMark adalah lembaga konsultan yang menjadi penasihat mereka.
Dalam survei pada 6-12 Januari itu, 55,1 persen responden menyatakan menolak reklamasi. Mereka yang setuju hanya 19,3 persen dan 25,6 persen tak menjawab. "Ada anggapan bahwa isu ini sangat elitis, ternyata tak ada isu yang tak tersentuh di Jakarta," kata Direktur Eksekutif PolMark Eep Saefulloh Fatah.
Menurut survei internal tim Anies-Sandi, penolakan reklamasi terakumulasi bersama isu penggusuran dan pengangguran yang menyumbang sekitar 25 persen terhadap ketertarikan warga Jakarta memilih mereka. "Ini alasan penolakan reklamasi gencar di akhir masa kampanye," ujar seorang anggota tim kampanye Anies-Sandiaga.
Sekretaris tim kampanye Anies-Sandi, Syarif, tak menyangkal memakai isu reklamasi untuk menggaet suara. "Reklamasi itu simbol banget, makanya selalu dibawa Anies," katanya.
Anies tak mau menjelaskan alasannya gencar menggunakan isu ini. Ketika ditanya, ia menjawab diplomatis dengan kalimat ini: "Kami ingin terus memperjuangkan keadilan, kita tahu terjadi ketimpangan dalam pemanfaatan reklamasi ini."
Selain mengusung isu reklamasi, Anies-Sandi memanfaatkan sentimen pendukung Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, dalam pemilihan presiden 2014. Survei PolMark yang tak dipublikasikan menyebutkan Prabowo menjadi daya tarik menggaet pemilih agar mencoblos Anies-Sandi pada Rabu pekan ini.
Seorang anggota tim menyebutkan pengaruh Prabowo mencapai 40 persen terhadap dukungan kepada Anies. Karena itu, Prabowo turun gelanggang mengkampanyekan keduanya. "Banyak yang mendukung Anies-Sandiaga karena ada Prabowo," kata anggota tim kampanye itu.
Selain karena survei, Prabowo sudah gatal berkampanye. Ia menyampaikan keinginannya turun ke lapangan pada Desember tahun lalu, saat konsolidasi Gerindra di rumahnya di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Syarif ikut dalam konsolidasi itu. "Selama dua tahun Pak Prabowo mengkader orang di Hambalang, tapi tak pernah turun," ujar Wakil Ketua Gerindra Jakarta ini.
Prabowo mulai blusukan pada awal Januari dengan mendatangi Kampung Akuarium yang digusur Basuki Tjahaja Purnama di Jakarta Utara. Atau ikut berkampanye di Gelanggang Olahraga Soemantri Brodjonegoro, Jakarta Selatan. Saat kampanye akbar di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Prabowo juga tampil. "Kalau kalian ingin saya jadi presiden di 2019, kalian harus memenangkan Anies-Sandiaga," kata Prabowo di depan ratusan ribu pendukungnya.
Anies mengakui peran Prabowo bisa mendongkrak elektabilitasnya. "Berpengaruh besar karena memiliki daya dorong pada semua aparatur partai," ujarnya.
Hasil sigi PolMark pada pertengahan Januari lalu menunjukkan pasangan itu meraih elektabilitas tertinggi dengan 25,3 persen. Mereka mengungguli dua pasangan calon lain, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dengan 23,9 persen dan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat sebesar 20,4 persen.
Survei Indikator Politik Indonesia pada 2-8 Februari juga menunjukkan kenaikan elektabilitas pasangan nomor 3 ini, meski masih kalah dari Basuki-Djarot. Elektabilitas Anies-Sandiaga sebesar 35,4 persen atau naik drastis dari 23,8 persen bulan sebelumnya. "Mereka berhasil menggerus dukungan kubu Agus-Sylvi," ujar Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi.
Selain memanfaatkan sejumlah isu, Anies-Sandi mengandalkan jaringan relawan untuk mengerek suara. Berdasarkan data tim kampanye mereka, sudah tercatat lebih dari 300 ribu relawan hingga akhir pekan lalu. Mereka tergabung dalam enam simpul: Relawan Boy Sadikin, Pendopo, Melawai, Cicurug, Keumatan, dan kelompok Majelis Taklim.
Masing-masing membawahkan kelompok relawan dengan jumlah bervariasi. Simpul Cicurug, misalnya, membawahkan 120 kelompok relawan. Pendopo memimpin 35 kelompok. Di luar simpul utama itu, ada sekitar 123 ribu relawan yang mendaftar lewat aplikasi online. "Mereka wajib menggaet 10 orang lagi," kata Syarif.
Dari partai, pendukung Gerindra di Jakarta sebanyak 580 ribu dan PKS 380 ribu. Agar tak lari mendukung calon lain, 113 anggota Dewan Perwakilan Rakyat terjun memastikan pemilih mereka mencoblos Anies-Sandi. Adapun 26 anggota DPRD DKI Jakarta membuat posko pemantauan tempat pemungutan suara di wilayah rumah mereka. Tiap anggota DPRD itu paling sedikit mendirikan tiga posko.
Untuk pengawasan saat pemilihan, Anies-Sandiaga menyiapkan lebih dari satu saksi di tiap tempat pemungutan suara (TPS) atau jumlah semuanya 13.023. Menurut Syarif, tiap TPS akan diisi enam saksi. "Satu di dalam TPS, lima di luar," ujarnya.
Selain jumlah saksi yang masif, Anies-Sandiaga membentuk Tim Pemantauan Politik Uang dan Kecurangan Pilkada DKI. Tim ini mendirikan satu posko di setiap kelurahan. Tiap posko berisi sepuluh relawan yang bertugas mengawasi distribusi uang dua jam sebelum pencoblosan.
Dengan segala upaya itu, Anies-Sandiaga memasang target meraih 38 persen suara dari 9,7 juta pemilih Jakarta.
Prihandoko | Chitra Paramaesti | Devy Ernis | Yohanes Paskalis
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo