Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Suara Teman Sekasur, Sedapur, Sesumur

Tim pemenangan menyiapkan centeng dan relawan menjaga bilik suara. Kader Demokrat se-Indonesia diminta tinggal di Jakarta sampai hari pencoblosan.

13 Februari 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMBARI memasang kuda-kuda, Muhammad Rifky meminta ratusan anggota Barisan Betawi mengikuti gerakannya. Rifky, yang populer dipanggil Eki Pitung, sedang menggembleng anggotanya di Wisma Proklamasi, Jakarta Pusat, pada Kamis pekan lalu.

Anggota Barisan Betawi itu sedang disiapkan menjadi saksi di tempat pemungutan suara (TPS) mewakili saksi pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni pada hari pemilihan Gubernur Jakarta, Rabu pekan ini. Barisan Betawi sudah menyatakan diri sebagai relawan pasangan calon Gubernur Jakarta nomor 1 ini. "Kalau nanti ada yang curang, sikat saja," kata Eki.

Ia menyebut para saksi TPS ini "centeng", kata Betawi untuk "pengawal" dengan makna peyoratif. Mereka perwakilan 97 organisasi kemasyarakatan anggota relawan Barisan Betawi, seperti Forum Betawi Rempug (FBR), Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi), Macan Kemayoran, dan Brigade Anak Jakarta (Braja).

Para centeng dibekali pelatihan dan simulasi untuk mengawal pencoblosan. Mereka akan disebar di sejumlah TPS yang diklaim menjadi lumbung suara Agus-Sylvi. Saat turun ke lapangan, menurut Eki, centeng akan mengenakan pakaian adat Betawi dan siap siaga di TPS sejak tiga hari sebelum pencoblosan.

Di atas kertas, Eki Pitung menghitung, jumlah warga Betawi di Jakarta berkisar 20 persen dari 7,1 juta pemilih tetap. Ia meyakini saat hari pencoblosan hanya 15-20 persen warga Betawi yang tidak memilih Agus-Sylvi. Ia mengklaim program pasangan ini berupa bantuan Rp 1 miliar untuk setiap rukun warga per tahun dan bantuan modal bergulir Rp 50 juta buat tiap unit usaha kecil sangat mengena bagi warga Jakarta. "Saya yakin sebagian besar warga Betawi akan ke Agus-Sylvi," ujarnya.

Klaim Eki ini tidak sejalan dengan hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dilansir pada Jumat pekan lalu. Hasil sigi itu menunjukkan Agus-Sylvi menempati posisi kedua dari sisi dukungan warga Betawi, setelah pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Selain Barisan Betawi, 23 kelompok relawan Agus-Sylvi yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum Jakarta melakukan gerilya serupa. Salah satunya Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia di Jakarta. Ali Mahsun, ketua asosiasi itu, mengklaim ada 500 ribu pedagang kaki lima di Jakarta yang mendukung Agus-Sylvi.

Jumlahnya bisa lebih besar, kata Ali, jika ditambah dengan keluarga mereka yang sudah memiliki hak pilih. Ali juga meminta anggota asosiasinya mengajak tetangga mereka memilih kandidat yang sama. "Kalau istilah di kami, amankan suara yang sekasur, sedapur, dan sesumur," ujarnya. Ali mengatakan program bantuan Rp 50 juta untuk setiap usaha kecil yang dijanjikan pasangan ini menarik perhatian kelompoknya.

Relawan lain yang merapatkan barisan di pekan terakhir masa kampanye adalah jaringan Tapanuli Bagian Selatan. Relawan ini sejak pekan lalu berkonsolidasi dengan mengkampanyekan slogan "Ai Hela Halak Ni Batak Do Hape". Menurut Sekretaris Jenderal Demokrat Hinca Panjaitan, slogan itu mengajak orang Batak memilih Agus karena istrinya keturunan Batak.

Menurut daftar relawan Agus-Sylvi di KPU Jakarta, koordinator relawan Tapanuli Bagian Selatan ini adalah Aulia Pohan, mertua Agus. Saat dimintai konfirmasi, ayah Annisa Pohan ini membantah menjadi koordinator relawan tersebut. "Bukan saya," ujarnya.

Gerilya relawan menjaga suara Agus-Sylvi merupakan permintaan dari ketua tim pemenangan, Nachrowi Ramli. Ia mengumpulkan para pentolan relawan itu di posko pendukung, Jalan Pasuruan 19, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad pekan lalu. Menurut Fachri Cholil, koordinator relawan Asosiasi Pedagang Besi Tua Jakarta yang hadir ketika itu, pertemuan tersebut antara lain membahas wilayah strategis yang harus dijaga ketat dari kecurangan. "Jakarta Timur dan Selatan adalah lumbung suara kami," katanya.

Tim pemenangan juga meminta relawan-relawan "bayangan", yang tak resmi, menjaga kantong-kantong suara pasangan ini. Rabu pekan lalu, mereka dikumpulkan di Sentul International Convention Center, Bogor. Ribuan orang itu berasal dari Paguyuban Rakyat Tangguh Republik Wibawa (RTRW), Barisan Relawan Agus-Sylvi (Bare Asi), dan Laskar Masyarakat Kreatif.

Dalam acara itu, hadir Agus dan Sylvi, Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, serta mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Hatta Rajasa. Selain oleh Demokrat dan PAN, pasangan ini diusung Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Persatuan Pembangunan.

Saat memberikan sambutan, Yudhoyono mengingatkan relawan agar waspada terhadap penggembosan suara Agus-Sylvi di hari pencoblosan. "Padi telah menguning, relakah Saudara padinya dicuri tetangga kita?" ujar Yudhoyono, disambut sorak-sorai relawan.

Untuk mengawal suara Agus-Sylvi di tempat pemungutan suara, tim pemenangan menyiapkan 12 ribu saksi di luar relawan dan partai pengusung. Mereka akan disebar ke sekitar 15 ribu TPS. Sejak Januari lalu, tim itu juga meluncurkan aplikasi berbasis Android, Jaga Agus Sylvi, untuk mengajak warga Jakarta mengawasi kecurangan. Sampai pekan lalu, ratusan ribu orang mengunduh aplikasi ini.

Pada hari terakhir masa kampanye pekan lalu, Yudhoyono lebih sering turun gelanggang membantu anak sulungnya mendulang simpati. Seorang politikus Demokrat menuturkan, Presiden Indonesia ke-6 yang dipanggil "Pepo" oleh anak dan cucunya itu turun ke gelanggang kampanye karena sebagian besar hasil survei menunjukkan elektabilitas Agus semakin tergerus. "Ini yang membuat resah," kata politikus itu.

Rachland Nashidik, juru bicara tim Agus-Sylvi, membantah hal tersebut. Menurut dia, Yudhoyono turun karena ingin membantu kemenangan Agus, bukan karena elektabilitas anaknya terjun bebas. Ia menyebutkan, menurut hasil survei internal, justru elektabilitas Agus-Sylvi terus naik. "Survei terakhir di atas 40 persen," ujar anggota tim pemenangan Agus-Sylvi, Rico Rustombi.

Yudhoyono mengawali manuvernya pada Sabtu dua pekan lalu. Ia mengundang 28 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta dari empat partai penyokong ke posko tim pemenangan di Wisma Proklamasi 41. Dalam pertemuan selama tiga jam itu, Yudhoyono meminta mereka habis-habisan memenangkan Agus-Sylvi. "Ini gerakan tujuh hari yang extraordinary. Kalau perlu, tidak tidur," kata Nachrowi Ramli seusai pertemuan.

Pesan Yudhoyono yang lain adalah meminta anggota Dewan menjaga dan merawat wilayah-wilayah yang menjadi lumbung suara bagi Agus. Menurut anggota DPRD dari Demokrat, Santoso, Yudhoyono meminta suara empat partai pengusung saat pemilu legislatif 2014 di sepuluh daerah pemilihan benar-benar jatuh ke Agus-Sylvi.

Rabu pekan lalu, menurut Santoso, timnya di Jakarta Utara menangkap dua pria tengah mengedarkan 600 lembar brosur ajakan tidak memilih pasangan Agus-Sylvi di Kompleks Wali Kota Jakarta Utara. "Keduanya sudah dibawa ke kantor Pengawas Pemilu Jakarta Utara," ujarnya.

Yudhoyono juga meminta semua politikus Demokrat dari seluruh Indonesia datang ke Jakarta. Mereka dikumpulkan di Jakarta Convention Center untuk mendengarkan petuahnya. Ia meminta para politikus itu tetap di Jakarta, terutama mereka yang daerahnya tak menggelar pemilihan. "Terutama kader yang memiliki sanak famili di Jakarta," kata seorang politikus Demokrat. "Tugasnya memastikan keluarganya memilih Agus-Sylvi."

Yudhoyono juga meminta semua anggota Fraksi Demokrat di DPRD kabupaten dan kota se-Indonesia turun ke lapangan membantu pemenangan Agus-Sylvi. Seorang anggota Fraksi Demokrat di DPRD Manado mengaku sudah turun ke lapangan untuk ikut mengkampanyekan pasangan tersebut. Dana yang digunakan berasal dari kocek kader. "Seusai rapimnas (rapat pimpinan nasional) langsung dibagi wilayah untuk dikunjungi," ujarnya kepada Isa Anshar Jusuf dari Tempo.

Sekretaris Jenderal Demokrat Hinca Panjaitan tidak mau berkomentar tentang pengerahan kader partainya ini. "Saya ada kampanye di Manokwari," katanya, Rabu pekan lalu. Wakil Ketua Umum Demokrat Roy Suryo juga memilih irit bicara. "Saya tahunya mereka datang ke rapimnas," ujarnya.

Anton Aprianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus