Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Light Rail Transit ( LRT ) Jakarta berencana menjalin kerja sama dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) untuk mengintegrasikan layanan transportasi umum. Dengan integrasi ini, LRT menargetkan dapat melayani 20 ribu penumpang setiap hari.
Baca:
Gagal Buat Asian Games, Ini Perjalanan Proyek LRT Sejak Era Ahok
"Target kami untuk fase pertama (Stasiun Velodrome-Boulevard Utara) di awal pengoperasian itu 12-15 ribu orang,” kata Direktur Utama PT LRT Jakarta Allan Tandiono di Stasiun LRT Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur, pada Selasa, 28 Agustus 2018. “Kalau dengan kerja sama itu paling tidak sehari bisa 20 ribu."
Dalam kerja sama tersebut, kata Allan, akan dibuat kartu sekali bayar untuk mendapatkan layanan LRT dan Transjakarta. Sehingga masyarakat bisa menaiki LRT dari Stasiun Boulevard Utara menuju Velodrome, dan melanjutkan perjalanan dengan bus Transjakarta dari halte Jalan Pemuda, Rawamangun.
"Kami sudah diskusi dengan Transjakarta. Malah setiap pagi kami menargetkan mengangkut 10 ribu orang dari Kelapa Gading menuju pusat Jakarta," kata Allan. Transjakarta pun berencana menyediakan bus feeder yang akan mengantarkan penumpang ke Stasiun LRT Boulevard Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembangunan Stasiun LRT koridor Velodrome-Boulevard Utara sudah lebih dari 90 persen. Saat ini pembangunan hanya seputar menyelesaikan sentuhan-sentuhan terakhir saja. Sehingga Allan menargetkan LRT fase pertama mulai beroperasi pada Desember 2018.
Baca juga:
Uji Coba MRT, Kereta Akan Dipacu dengan Kecepatan Tinggi
Wow, Konstruksi MRT Jakarta Tahan Gempa Magnitudo 9
Terkait uji operasi untuk umum, pihak LRT masih menunggu izin yang belum dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jakarta. Padahal sertifikasi layak operasi serta dua rekomendasi teknis dari Kementerian Perhubungan sebagai syarat uji operasi sudah terbit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Soal tarif, kata Allan, masih dibahas tim perumus subsidi perkeretaapian. Tim ini dibentuk pada 2 Agustus 2018.
Menurut Allan, perlu ditentukan terlebih dahulu apakah skema aset prasarana LRT yang diambil akan berbentuk Build-Operate-Transfer (BOT) atau Build-Transfer-Operate (BTO). Setelah itu, hitung-hitungan tarif baru bisa dilakukan. "Mereka targetnya rampung membahas soal tarif pada November 2018," kata Allan.