SUDAH lebih Rp 50 juta uang dibenamkan buat menata dan merias
kota Kisaran di Kabupaten Asahan umatera Utara. Ada yang
berasal dari APBD Kabupaten dan ada yang dari Inpres. Untuk
tahun dinas sekarang ini sudah dirancangkan Rp 200 juta lagi
akan ditambahkan. Semua itu dimaksudkan untuk biaya pembangunan
kota Kisaran agar bila dipandang layak sebagai ibukota
Kabupaten Asahan. Tentu saja bukan tanpa alasan.
Yang paling menonjol ialah lantaran Kantor Bupatinya sendiri ada
di Kisaran, 27 Km dari Tanjung Balai, yang secara resmi sampai
saat ini masih berstatus sebagai Ibukota Kabupaten. Juga hampir
semua kantor dinas dan jawatan tingkat kabupaten ramai-ramai
menguntiti kantor Bupati yang selesai dibangun 1968 itu. Ini
tampaknya dilakukan karena enggan disebut tak gigih pada
pendirian. Sebab bila orang berpaling ke masa lewat, orang akan
teringat pada 16 Pebruari 1963, tatkala DPRD Gotong Royong
Kabupaten Asahan sempat berembug dan lantas mengusulkan
(bertanda tangan Ketuanya Nur Amansyah) kepada Pusat agar
Ibukota Kabupaten Asahan dihijrahkan dari Tanjung Balai ke
Kisaran. Alasannya? Kisaran lebih strategis, ini satu. Lalu,
kurang tepat 2 kepala daerah tingkat II yaitu Walikota Kdh Kodya
dan Bupati bercokol di satu kota.
Rp 10 Juta
Usul yang dulu tak sempat digubris orang Pusat itu kemudian
disusul oleh desakan DPRD Kabupaten Asahan pada 29 Agustus 1972.
selain alasan yang dulu, DPRD hasil pemilihan umum 1971 itu
menambahnya pula. Yakni, "Kisaran di masa depan banyak
kemungkinan buat berkembang. Punya areal tanah cukup luas buat
pembangunan. Tidak seperti Tanjung Balai yang selain di pinggir
pantai juga cuma punya tanah seluas dua kilometer persegi saja".
Tapi entah katena kecewa oleh itu usul yang terasa lebih banyak
omong kosong atau tak yakin pada kondisi kota seluas lebih 3 Km
dengan penduduk lebih 45 ribu itu, kabarnya Menteri Dalam Negeri
Amirmahmud sempat membisikkan kepada Bahrum Damanik,
Sekretaris Daerah Asahan: "Kisaran belum memenuhi syarat
dijadikan ibukota kabupaten". Itu terjadi tatkala sang Menteri
dalam perjalanan dinas ke Medan di tahun 1974, dan sempat mampir
ke Kisaran.
Tapi sang Menteri agaknya tak mau lebih menggundahkan hati sang
Sekda oleh penilaiannya yang barangkali obyektif itu. Sebab
segera saja ia menggelosorkan sumbangan Rp 10 juta dengan pesan,
"agar digunakan buat membangun riol di kota Kisaran". Sebab
riol-riol kota itulah kabarnya biang sebab Menteri Amirmachmud
tak mampu menahan din meluncurkan bisikannya tadi.
Terminal
Begitu Mendagri angkat kaki dari Kisaran, dan bekas-bekas hiruk
pikuk penyambutan dibenahi, Pemda Asahan pun sibuk membenahi
riol sepanjang 1100 meter di Jalan Singamangaraja. Dan bisikan
sang Menteri tadi memacu Bupati Abdul Manan Simatupang yang baru
pulang dari haji itu untuk lebih sibuk. Aspal pun ditebarkan di
jalan-jalan kota sepanjang 5 Km. Lalu pembuatan jalan baru di
kampung Sibogat sepanjang 1 1/2 Km untuk lebih memuaikan
Kisaran. Rumah pegawai pun segera digarap, agar para pegawai
yang masih bermukim di Tanjung Balai dapat segera hijrah.
Pembangunan riol dengan ongkos uang sumbangan menteri diteruskan
5 Km lagi ke Jalan Cokroaminoto dan Singamangaraja serta
Pattimura. Tentu ini dengan uang sendiri.
Yang tentunya lebih membanggakan ialah selesainya Terminal Bis
di Jalan Bakti yang diresmikan pertengahan Desember kemarin oleh
Bupati Simatupang. Di hari yang sama diresmikan pula pembangunan
920 meter jalan Bakti, jalan Pasar Lama dan jalan Sech Hasan
yang meliputi hampir 2 ribu meter. Dan seakan lupa rasa letih
pada hari itu juga diresmikan 9 buah gedung SD dan 6 buah SI
yang selesai diperbaiki. Mata Bupati Manan Simatupang pun
berbinar-binar kegirangan mendengar laporan Raja Mahmud, Kepala
PU Seksi Kota Kisaran yang memaparkan pelaksanaan pembangunan
yang segera bisa diresmikan sang Bupati. Yakni jalan-jalan dalam
kota, Gedung Wanita Gedung FBSI, S rumah kopel buat pegawai
Pemda dan 2 Asrama PGA. Pendeknya semua itu tentunya bisa
diandalkan menopang Kisaran sebagai Ibukota Kabupaten Asahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini