Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Serba tua, serba irit

Kondisi jalan dan jembatan di aceh barat mempri hatinkan. banyak jembatan masih menggunakan batang kelapa. keadaan itulah yang memencilkan kawasan kaya sumber alam itu dari dunia luar. (dh)

13 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BURUKNYA keadaan jalan-jalan dan jembatan di Kabupaten Aceh Barat bukan rahasia lagi. Akibatnya memencilkan daerah ini dan sekaligus kekayaan alam di sana tetap terpendam. Sebab, kabarnya kabupaten itu terbilang daerahnya juga. Di sana terdapat karet dan kelapa sawit. Juga ada endapan emas di daerah Tutut, bagian udik kabupaten. Di zaman Belanda kabarnya ada maskapai yang pernah mencoba-coba mengerjakannya. Dan penduduk sendiri ada juga mengolahnya. Tapi kini tak pernah terdengar lagi usaha mencegah- nya. Meski menurut Malik Ridwan Badai SH, Sekretaris Daerah, "yang melakukan survei sih tak terbilang". "Terakhir ada perusahaan Inggeris yang ingin memulai usahanya. Tapi hingga sekarang tak pernah terdengar lagi beritanya", katanya. Tak salah lagi pasal buruknya jalan-jalan dan jembatan itulah biang sebabnya. Cuma yang ke kawasan Tutut memang terbilang lumayan. Itu sebabnya barangkali banyak mata mengerlingnya. Sedangkan jalan dari Banda Aceh, Ibu kota Daerah Istimewa Aceh, ke Meulaboh saja yang 250 kilometer itu misalnya, perjalanan harus menelan waktu satu hari satu malam. Itu kalau bukan musim hujan. Tapi tentu berikut 6 buah rakit penyeberangan tak bisa dihindarkan. Belum lagi jembatan-jembatan gaek di kawasan ini akan menyeringai bila dilewati. Tak pernah kena perbaikan? "Bukan tak ada" tukas Cholid BRE. Kepala PU Seksi Aceh Barat. "Tapi yang namanya perbaikan tak lebih dari penimbunan dengan pasir". Ini lantaran, katanya, tak mudahnya diperoleh batu-batu buat penimbun. Tak aneh bila para penghuni kawasan ini, sekalipun orang bisnis, enggan meninggalkan ranjangnya bila musim hujan sedang sibuk. Bungkem Kenyataan-kenyataan seperti itulah yang menyebabkan Bupati Aceh Barat drs. Syamsunan Mahmud, selalu bungkem, apalagi royal mengumbar janji, bila ada orang yang meributkan itu pasal. "Dengan biaya APBD pun entah kapan bisa dibenahi", ujarnya kepada TEMPO. Jalan pendek yang bisa diharapkannya ialah kucuran duit dari Pusat. Baginya, adanya 2 PU Seksi pun di kawasan kekuasaannya (di Meulaboh dan di Calang), tak banyak menolong. Soalnya buat apa, bila isi kantongnya kosong melompong. Dan kosongnya kantong itu bagi PU bukan tak punya akibat. Sebab menelantarkan 88 jembatan berukuran 5 hingga 20 meter yang bertebaran di sana kerap membikin bis-bis penumpang yang melewatinya jungkir balik. Karena ada beberapa jembatan jompo yang ditambani selembar papan dan ditopang batang kelapa keropos, terpaksa harus dilewati. "Harus diganti. Minimal setengah permanen", usul seorang anggota Komisi A DPRD yang terkesiap ngeri membayangkan nasib para penumpang bis itu. Tentu saja PU lagi-lagi terpaksa bungkem, meski pun itu suara anggota terhormat DPRD. "Bagaimana kita harus bicara. Anggaran begitu irit", keluh Cholid BRE akhirnya. Dan kekhawatiran ambruknya jembatan jembatan itu mencekam orang-orang perkebunan Socfindo di Aceh Barat, Hingga terpaksalah mereka menghijrahkan pelabuhan ekspornya ke Susoh di Aceh Selatan. Berarti, calon isi kocek Pemda pun tentunya sebagian hijrah juga ke sana. Dan Pemda Aceh Barat pun terpaksa gigit jari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus