BETAPA kacaunya keadaan lalu lintas di Medan tak perlu
diceritakan lagi. Jalan bertambah sempit, tapi kendaraan yang
lalu lalang dalam kota sudah bersesak-sesak. Beca jangan tanya
berapa jumlahnya. Malah jadi penghalang utama kelancaran lalu
lintas di kota itu. Ferry Yudho mengatakan, bahwa beca yang
dapat izin di Medan cuma 11.000 buah. Kepala Dinas Lalu Lintas
Jalan Raya Sumatera Utara itu menyebutkan tentang beca yang
beroperasi dalam kota Medan sudah mencapai 60.000 buah. Entah
dari mana angka ini diperoleh tidak dijelaskannya. Tapi ia
mensinyalir sebagian pemilik beca telah nenyalah-gunakan STNK.
Sebuah STNK telah dipakai untuk beberapa beca yang dimilikinya
dengan membuat copy. Sedangkan beca bermotor sampai saat ini
tercatat 2.000 buah. Beberapa waktu lalu ada ketentuan bahwa
beca yang beroperasi malam hari dan siangnya berbeda cat (putih
dan hijau). Tapi ketentuan ini tak berjalan, karena sulit
dikontrol. Sementara itu kalau ada penangkapan oleh polisi lalu
lintas atau- petugas kotapraja, anehnya beca itu besoknya muncul
lagi."Apakah cukup sekedar tangkap, kemudian lepaskan lagi.
Kalau beca mau dihapuskan di Medan, kenapa harus tarik ulur
sementara kondisi jalan yang ada di Medan sudah tidak
memungkinkan lagi?", tanya sebuah sumber. "Mungkin hal ini
terlalu kejam kalau beca dihapuskan. Tetapi abang-abang beca
juga kejam. Banyak yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas,
sehingga sering terjadi tabrakan dan korban". Uniknya, masalah
beca sejak dulu telah jadi pembicaraan. Justru beca bukan
berkurang. Kenapa produksi beca tidak dilarang mengingat sampai
saat ini Medan terpaksa terima "bala" saja menampung beca-beca
eks Deli Serdang setelah kota itu membengkak tiga kali lipat
luasnya dari semula?
Keadaan rambu-rambu jalan di Medan selama ini juga banyak yang
centang perenang. Malah ditempat-tempat ramai rambunya ada yang
tidak ada. Betapa gawatnya situasi lalu lintas dalam kota
nampaknya bukan lagi main-main. Sehingga Pemda Kotamadya Medan
terpaksa membentuk Team Penyempurnaan Transportasi Lalu Lintas
segala. Pola dan detailnya belum dituangkan dalam bentuk
pengumuman dan belum ada terjadi perubahan peraturan pada
satu-satu jalan yang ada dalam kota. Tapi minggu lalu team ini
sudah menghadap gubernur Marah Halim, hanya sekedar untuk
menjelaskan rencana program kerja mereka. Yang baru dijelaskan
oleh Ir Karnel Pohan yaitu pola one way traffic Pusat Kota
secara peta dan ditambah dengan yang menyangkut ihwal sirkulasi
lalu lintas pada daerah di sekitar kota. Pihak Polantas juga
ambil bagian dalam memberi keterangan kepada sang gubernur,
sambil menyebutkan daerah penertiban beca, juga lain daerah beca
yang akan ditentukan sektor-sektornya. Sektor dan lin mana yang
telah ditentukan, toh tak ada cerita lanjutannya.
Payah Bukan Main
Yang menarik adalah usaha pelebaran jalan-jalan sempit. Sekarang
sedang digarap jalan Pandu. Kakilima yang selama ini dipasang
tegel oleh walikota Saleh Arifin diperintahkan dibongkar
kembali. Di atasnya akan disiram dengan aspal. Walikota ternyata
tidak mempertimbangkan bahwa pembongkaran tersebut justru telah
bertentangan dengan perencanaan tatakota. Kalau ada toko
sekarang di Indonesia yan tak punya kakilima, mungkin Medan
pantas dapat piala nomor satu. Tapi menurut Dailami Rusli, BA,
kepada TEMPO minggu lalu, "bagian depan toko-toko itu akan
dibongkar lagi seperti pernah dilakukan di Jalan Sutomo beberapa
waktu yang lalu". Pada bagian yang dibongkar itu menurut humas
Kantor Kota tersebut, "akan dibuat kakilima tempat orang
berjalan". Cuma kenapa pembongkaran itu masih tertunda sehingga
kerja tidak berulang-ulang, jawabnya: "Rencana semula memang
begitu. Tapi pelaksanaannya tentu tidak mudah seperti yang sudah
dirancang sebelumnya. Awak tahu? Untuk membongkar yang di Jalan
Sutomo dulu pun payahnya bukan main. Terpaksa kita mengulur
waktu". Tapi walikota Saleh Arifin juga sudah membincangkan agar
penentuan jalan satu jurusan di pusat kota "harus segera
terwujud". Dalam mengemukakan keinginannya itu di depan team ia
justru mengingatkan agar hambatan-hambatan pemasangan one way
traffic mesti lebih dahulu diselesaikan. Yang sudah pasti
dibongkar adalah tiang listrik yang dempet dengan jalan, pintu
neng-nong kereta api dan semacamnya. "Ini merupakan tantangan
dalam penetapan jalan satu jurusan itu", kata Saleh. Karena
bakal banyak pihak yang dihadapi, pagi-pagi walikota
mencanangkan minta perhatian dan kerjasama dari PLN dan PJKA.
Dan yang menyangkut soal "pulau-pulau jalan" Pemda akan
menanganinya bersama Yon Zipur. Sampai di sini kisah mengenai
semrawutnya lalu lintas di Medan baru separoh jalan. saja.
Omongan lain, barangkali, bakal menyusul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini