Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Melebarkan yang sempit

Kesemrawutan lalu lintas di medan semakin gawat. banyak jalan-jalan tak ada rambu-rambu lalu lintas nya. sementara beca terus membengkak jumlahnya tanpa terkontrol. (kt)

13 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BETAPA kacaunya keadaan lalu lintas di Medan tak perlu diceritakan lagi. Jalan bertambah sempit, tapi kendaraan yang lalu lalang dalam kota sudah bersesak-sesak. Beca jangan tanya berapa jumlahnya. Malah jadi penghalang utama kelancaran lalu lintas di kota itu. Ferry Yudho mengatakan, bahwa beca yang dapat izin di Medan cuma 11.000 buah. Kepala Dinas Lalu Lintas Jalan Raya Sumatera Utara itu menyebutkan tentang beca yang beroperasi dalam kota Medan sudah mencapai 60.000 buah. Entah dari mana angka ini diperoleh tidak dijelaskannya. Tapi ia mensinyalir sebagian pemilik beca telah nenyalah-gunakan STNK. Sebuah STNK telah dipakai untuk beberapa beca yang dimilikinya dengan membuat copy. Sedangkan beca bermotor sampai saat ini tercatat 2.000 buah. Beberapa waktu lalu ada ketentuan bahwa beca yang beroperasi malam hari dan siangnya berbeda cat (putih dan hijau). Tapi ketentuan ini tak berjalan, karena sulit dikontrol. Sementara itu kalau ada penangkapan oleh polisi lalu lintas atau- petugas kotapraja, anehnya beca itu besoknya muncul lagi."Apakah cukup sekedar tangkap, kemudian lepaskan lagi. Kalau beca mau dihapuskan di Medan, kenapa harus tarik ulur sementara kondisi jalan yang ada di Medan sudah tidak memungkinkan lagi?", tanya sebuah sumber. "Mungkin hal ini terlalu kejam kalau beca dihapuskan. Tetapi abang-abang beca juga kejam. Banyak yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas, sehingga sering terjadi tabrakan dan korban". Uniknya, masalah beca sejak dulu telah jadi pembicaraan. Justru beca bukan berkurang. Kenapa produksi beca tidak dilarang mengingat sampai saat ini Medan terpaksa terima "bala" saja menampung beca-beca eks Deli Serdang setelah kota itu membengkak tiga kali lipat luasnya dari semula? Keadaan rambu-rambu jalan di Medan selama ini juga banyak yang centang perenang. Malah ditempat-tempat ramai rambunya ada yang tidak ada. Betapa gawatnya situasi lalu lintas dalam kota nampaknya bukan lagi main-main. Sehingga Pemda Kotamadya Medan terpaksa membentuk Team Penyempurnaan Transportasi Lalu Lintas segala. Pola dan detailnya belum dituangkan dalam bentuk pengumuman dan belum ada terjadi perubahan peraturan pada satu-satu jalan yang ada dalam kota. Tapi minggu lalu team ini sudah menghadap gubernur Marah Halim, hanya sekedar untuk menjelaskan rencana program kerja mereka. Yang baru dijelaskan oleh Ir Karnel Pohan yaitu pola one way traffic Pusat Kota secara peta dan ditambah dengan yang menyangkut ihwal sirkulasi lalu lintas pada daerah di sekitar kota. Pihak Polantas juga ambil bagian dalam memberi keterangan kepada sang gubernur, sambil menyebutkan daerah penertiban beca, juga lain daerah beca yang akan ditentukan sektor-sektornya. Sektor dan lin mana yang telah ditentukan, toh tak ada cerita lanjutannya. Payah Bukan Main Yang menarik adalah usaha pelebaran jalan-jalan sempit. Sekarang sedang digarap jalan Pandu. Kakilima yang selama ini dipasang tegel oleh walikota Saleh Arifin diperintahkan dibongkar kembali. Di atasnya akan disiram dengan aspal. Walikota ternyata tidak mempertimbangkan bahwa pembongkaran tersebut justru telah bertentangan dengan perencanaan tatakota. Kalau ada toko sekarang di Indonesia yan tak punya kakilima, mungkin Medan pantas dapat piala nomor satu. Tapi menurut Dailami Rusli, BA, kepada TEMPO minggu lalu, "bagian depan toko-toko itu akan dibongkar lagi seperti pernah dilakukan di Jalan Sutomo beberapa waktu yang lalu". Pada bagian yang dibongkar itu menurut humas Kantor Kota tersebut, "akan dibuat kakilima tempat orang berjalan". Cuma kenapa pembongkaran itu masih tertunda sehingga kerja tidak berulang-ulang, jawabnya: "Rencana semula memang begitu. Tapi pelaksanaannya tentu tidak mudah seperti yang sudah dirancang sebelumnya. Awak tahu? Untuk membongkar yang di Jalan Sutomo dulu pun payahnya bukan main. Terpaksa kita mengulur waktu". Tapi walikota Saleh Arifin juga sudah membincangkan agar penentuan jalan satu jurusan di pusat kota "harus segera terwujud". Dalam mengemukakan keinginannya itu di depan team ia justru mengingatkan agar hambatan-hambatan pemasangan one way traffic mesti lebih dahulu diselesaikan. Yang sudah pasti dibongkar adalah tiang listrik yang dempet dengan jalan, pintu neng-nong kereta api dan semacamnya. "Ini merupakan tantangan dalam penetapan jalan satu jurusan itu", kata Saleh. Karena bakal banyak pihak yang dihadapi, pagi-pagi walikota mencanangkan minta perhatian dan kerjasama dari PLN dan PJKA. Dan yang menyangkut soal "pulau-pulau jalan" Pemda akan menanganinya bersama Yon Zipur. Sampai di sini kisah mengenai semrawutnya lalu lintas di Medan baru separoh jalan. saja. Omongan lain, barangkali, bakal menyusul.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus