Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jasa pengiriman dengan sepeda terus tumbuh di berbagai kota Indonesia dalam kurun 10 tahun belakangan.
Jasa pengantaran dengan sepeda ini diminati karena biayanya lebih murah dan, yang tak kalah penting, ramah terhadap lingkungan karena tak menghasilkan polusi seperti jasa pengiriman yang menggunakan kendaraan bermotor.
Meski di masa pandemi order meningkat dua kali lipat, jumlah pesanan yang memakai jasa kurir sepeda secara umum masih sedikit.
FAJAR hampir menyingsing saat Zulfikar Nashih Ulwan mengayuh sepeda gunungnya untuk mengantar pesanan suvenir dari toko barang daur ulang di Lempuyangan, Kota Yogyakarta, menuju Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Semarang itu memilih lewat jalan kampung sehingga menghemat waktu 15 menit ketimbang melintas di jalan raya. "Lebih nyaman dan enggak semrawut," kata Zulfikar, seorang kurir sepeda pada Selasa, 6 Juli lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai kurir sepeda, Zulfikar bergabung dalam unit usaha Fixed Courier di Yogyakarta. Penyedia jasa pengiriman barang dengan sepeda seperti Fixed Courier terus tumbuh di berbagai kota di Indonesia sepuluh tahun belakangan. Tahun memulai usaha dan motif mereka menekuni bisnis ini berbeda, tapi ada satu kesamaan latar belakang: suka menggowes sepeda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Ketua Indonesia Bike Messenger Association Duenno Ludissa, kurir sepeda sebenarnya sudah ada sejak 2010. Penyedia jasa itu awalnya hanya perorangan sebelum menjadi komunitas atau badan usaha. Kini ada 57 komunitas kurir sepeda di 40 kota dengan anggota sekitar 400 orang yang bernaung di bawah asosiasi yang berdiri pada Januari 2016 itu. "Jumlah riilnya bisa lebih besar karena ada yang belum bergabung ke asosiasi," ujar Duenno, Selasa, 6 Juli lalu.
Fixed Courier, tempat Zulfikar bekerja, berdiri pada 2013. Usaha ini dirintis oleh Ardhi Iswansyah bersama empat mahasiswa dari kampus-kampus di Yogyakarta yang aktif dalam komunitas sepeda. Ardhi mulanya menjajaki usaha ini untuk menambah uang saku. "Berawal dari hobi gowes," tutur Ardhi, Selasa, 6 Juli lalu. Sempat ada kurir yang keluar-masuk, kini usahanya sudah memiliki sembilan kurir.
Di Jakarta, ada Westbike Messenger Service yang awalnya adalah toko sepeda. Pendiri Westbike, Hendi Rachmat, mengatakan, tokonya diubah menjadi penyedia jasa pengantaran paket dengan kurir sepeda pada 2013. Kini ia bersinergi dengan 54 komunitas sepeda dan sekitar 100 kurir. Jumlah ordernya bisa mencapai 700 paket per hari.
Ada juga Orangbike Messenger Service (OMS) di Tasikmalaya, Jawa Barat. Pendirinya Sandi Hendrayana, yang membuka jasa ini sejak 1 Juni 2019. "Terinspirasi film Premium Rush," kata pria 39 tahun ini saat ditanya apa yang memicunya menekuni jasa kurir sepeda, Kamis, 15 Juli lalu. Film tahun 2012 itu mengisahkan tokoh utama yang diperankan Joseph Gordon-Levitt yang bekerja sebagai kurir sepeda di Manhattan, Kota New York, Amerika Serikat. Kini OMS mempunyai 26 kurir.
Bukan tanpa sebab jasa pengantaran dengan sepeda ini diminati dan punya peluang tumbuh. "Secara biaya juga lebih murah karena enggak perlu isi bensin, enggak ada biaya parkir," ucap Duenno, yang juga bekerja di Westbike Messenger Service. Yang tak kalah penting, jasa ini ramah terhadap lingkungan karena tak menghasilkan polusi seperti jasa pengiriman menggunakan kendaraan bermotor.
Selain berbiaya operasional lebih murah, usaha kurir sepeda praktis dan sangat membantu di kota besar seperti Jakarta, yang parah tingkat kemacetannya. "Kita bisa lewat JPO (jembatan penyeberangan orang) dengan mudah, tinggal dorong sepedanya sudah bisa tiba di gedung sebelahnya," ujar Rocky Alexander, salah satu pesepeda yang kemudian bekerja di belakang meja di Westbike.
Rocky mengatakan kurir sepeda juga lebih banyak mendapat kemudahan saat mengantar barang ke gedung perkantoran di Jakarta. Misalnya, sudah ada parkiran khusus di depan gedung sehingga sepeda tak harus dibawa ke tempat parkir basement seperti kendaraan lain. "Juga tak harus bayar parkir. Jadi sepeda cukup digembok saja," dia menambahkan.
Manfaat yang diperoleh kurir pun berlipat. Menurut Ardhi, para kurir senang menjalani usaha ini karena bisa menyalurkan hobi, bekerja secara santai, dan menjaga kebugaran tubuh. "Misi pentingnya kampanye ramah lingkungan," katanya. Itu pula yang ada di benak Roky saat ia menekuni jasa kurir ini. "Ingin mengajak orang di sekitar saya lebih peduli lingkungan."
Ada juga yang memanfaatkan kurir sepeda sebagai taktik pemasaran. Salah satunya Ade Soeharyanto dari komunitas penggemar sepeda Surly. Ia menggunakan hobinya untuk mendukung usaha kafe di rumahnya di Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten. Ia kerap naik sepeda Surly untuk mengantar kopi cold brew seharga Rp 18 ribu kepada pembelinya tanpa biaya dalam jarak dekat. "Lebih sebagai marketing gimmick dan branding," ujar pegawai Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ini, Senin, 5 Juli lalu.
Menurut Ade, menggunakan sepeda untuk pengantaran barang di Jakarta sangat praktis. Kurir bisa menuntun sepeda di trotoar dan memanfaatkan jembatan penyeberangan jika lalu lintas di jalan sangat macet. Kalau diparkir, sepeda cukup digembok. "Itulah kenapa bike messenger enggak pakai sepeda mahal. Bisa lecet. Riskan hilang," tuturnya. Duenno menambahkan, sepeda yang dipakai kurir umumnya berjenis road bike.
Banyak suka-duka yang dialami kurir sepeda. Pengalaman Rocky saat mengantar barang ke sebuah apartemen di Jakarta Barat, misalnya. Perempuan penerima paket rupanya tak tahu bahwa pesanannya diantar oleh kurir sepeda. "Apa tidak capek dan kepanasan dengan cuaca Jakarta kayak gini?" kata Rocky, menirukan ucapan konsumennya. Perempuan itu lalu meminta nomor kontaknya. Setelah itu, perempuan tersebut menjadi pelanggan setia jasanya.
Rocky Alexander seorang bike messenger mengirimkan barang kepada penerima di Jakarta, 24 Juni 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Tiara Melati Putri, salah satu kurir di Jakarta, punya pengalaman serupa. Ia mendapat pesanan untuk mengantar barang ke sebuah rumah. Mengetahui kurirnya naik sepeda, pemilik rumah memintanya mampir untuk makan. Tiara menampik tawaran baik itu karena ada pesanan lain yang perlu diantar. "Akhirnya saya diberi minum jus," ujarnya.
Salah satu tantangan terbesar bagi kurir sepeda adalah cuaca, seperti panas terik dan hujan lebat. Padahal mereka punya target waktu pengiriman. "Kalau ada kendala hujan, ditunggu sampai reda. Untuk menjaga kondisi barang dan rider," kata Rocky. Itu pula yang dirasakan Tiara. Biasanya dia juga menepi sejenak. "Akibatnya, waktu antar jadi lebih lama," ucap perempuan 21 tahun yang menjadi kurir lepas dan paruh waktu ini, Jumat, 16 Juli lalu.
Setiap penyedia jasa kurir sepeda punya standar sendiri mengenai biaya kirim. OMS mematok ongkos rata-rata Rp 10 ribu untuk pengiriman di dalam Kota Tasikmalaya. Harga disesuaikan jika pengantaran sampai ke luar kota. Di Jakarta, Westbike menawarkan tarif rata-rata Rp 20 ribu. Sedangkan Fixed Courier membanderol jasa pengirimannya Rp 2.000 untuk setiap jarak tempuh satu kilometer.
Tidak semua kurir bekerja full time sebagai pengantar barang. Ada juga yang bekerja paruh waktu. Penghasilan yang diterima pun beragam. Di Westbike, skema bagi hasil dengan mitra kurir adalah 80 persen untuk kurir dan 20 persen buat Westbike. Di OMS, sistem bagi hasil kurir dan perusahaan adalah 70 : 30. Duenno mengatakan penghasilan kurir sangat bervariasi. "Ada yang bisa dapat sesuai dengan upah minimum regional," katanya.
Menurut Sandi Hendrayana, minat konsumen memakai jasa kurir sepeda di Tasikmalaya cukup tinggi. Dalam sehari, OMS bisa mendapat 70 order. Saat terjadi pandemi Covid-19, jumlah pesanan turun menjadi 30-40 per hari. Ardhi Iswansyah menambahkan, jasa ini lebih diminati karena lebih murah daripada ojek online. Selama masa pandemi, kurir Fixed Courier mendapat banyak order mengantar makanan kepada pelanggan.
Duenno mengatakan jumlah pesanan yang memakai jasa kurir sepeda secara umum masih sedikit. Hal itu berpengaruh terhadap penghasilan yang diterima kurir dan jumlah orang yang keluar-masuk dalam bisnis ini. "Yang membuat mereka bertahan itu adanya misi moral. Kita memberi pilihan kepada masyarakat untuk bisa mengantar barang melalui cara yang lebih ramah lingkungan," tuturnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo