Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bertelanjang dada. Tangan kanan mencengkeram sebilah tombak bermata tiga. Tangan kiri menarik seutas tali yang melingkari leher seekor babi putih. Pedang panjang menggelantung di pinggang. Geraham bergerak-gerak mengunyah sirih. Sesekali, cairan merah itu disembur-semburkan ke tepi jalan, menyisakan warna merah darah di bibir. Inilah sosok pria yang jamak terlihat di pedalaman Nias.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo