Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bukan Tertawa, Ini Tanda Anak Bahagia Menurut Psikolog

Anak bahagia punya kemampuan rasa percaya diri, lebih mandiri, mudah bersosialisasi dan bekerja sama di masa dewasa. Kenali ciri-cirinya.

20 Maret 2020 | 17.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kebahagiaan anak menjadi salah satu hal penting dalam pola asuh. Anak yang merasa bahagia dalam proses tumbuh kembangnya akan mempunyai rasa percaya diri, lebih mandiri, mudah bersosialisasi, dan bekerja sama dengan lebih baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rasa bahagia juga membuat anak lebih termotivasi belajar sehingga lebih berprestasi, mempermudah orang tua untuk menanamkan nilai-nilai keluarga yang positif, berpikir lebih optimis dan positif, serta lebih mudah berempati dan membantu orang lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menyambut Hari Kebahagiaan Internasional yang jatuh hari ini, Jumat, 20 Maret, orang tua perlu memikirkan kembali pentingnya kebahagiaan anak di masa ini. Sebab, hasil survei yang dilakukan psikolog anak Ayoe P. Sutomo dari Tiga Generasi menunjukkan bahwa orang tua di Indonesia ternyata belum menjadikan kebahagiaan sebagai prioritas dalam pola asuh.

Survei yang dilakukan kepada lebih dari 1.400 responden orang tua yang tersebar di beberapa kota Indonesia tersebut menunjukkan bahwa 93 persen responden belum memprioritaskan kebahagiaan untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil.

"Survey menyatakan 75 persen bahagia itu tersenyum, 66 persen sumber kebahagiaan anak ialah orang tuanya," ucapnya dalam bincang-bincang online merayakan Hari Kebahagiaan Internasional yang diadakan oleh Lactogrow, Kamis, 19 Maret 2020.

Padahal menurut Ayoe, terdapat manfaat baik jika anak bahagia, tidak hanya saat mereka masih kecil namun juga ketika kelak mereka dewasa. Mulai dari kemampuan bersosialisasi, kooperatif, spiritualitas, empati, berpikir positif, motivasi belajar, tumbuh bahagia, dan sehat mental.

"Rasa dan kondisi bahagia punya korelasi positif, kalau masa kecil bahagia kelak dewasa juga akan bahagia karena sudah dipupuk sejak kecil," ujar Ayoe.

Lalu apa yang terjadi pada anak jika mereka tidak bahagia? Ayoe mengatakan motivasi belajar akan menurun, timbul masalah emosi dan perilaku bahkan sampai tahap depresi. Efek jangka panjangnya rentan obesitas, sulit menghadapi tantangan karena sering mengeluh, dan gangguan mental.

Untuk itu, lanjut Ayoe orang tua mesti memerhatikan ciri apakah anak-anak sudah bahagia. Sebab tanda anak bahagia bukan tersenyum dan tertawa yang hanya dilihat sekilas.

"Ciri anak-anak bahagia bisa kita lihat mulai dari ekspresi dan gesture positif, tumbuh kembang baik, banyak teman, aktif, rasa ingin tahu tinggi, dan pandai mengungkapkan perasaan," kata dia.

Tentu saja dibutuhkan dukungan dari orang tua agar anak-anak bisa bahagia. Ayoe mengimbau agar orang tua lebih banyak prioritaskan kehadiran sepenuhnya tanpa gadget atau pekerjaan, dukungan orang tua, dan kualitas hubungan.

"Kuncinya kualitas relasi hubungan, hadir secara penuh untuk anak. Berikan waktu bermain secukupnya, ajak anak mengelola emosi, dan tentu saja memberikan nutrisi yang baik. Nutrisi sebagai dasar bahagia dan pencernaan sering disebut sebagai otak kedua yang bisa didapatkan dari makanan bergizi seimbang dan berserat," kata Ayoe.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus