BEBERAPA instrumen gender dari perangkat gamelan Kanjeng Kyai Midarsih hilang dari Caosan Inggil Keraton Ngayojokarto Hadiningrat Juli lalu. Ini peristiwa luar biasa. Sebab, sudah jadi semacam kepercayaan, bila ada barang-barang keraton dicuri, maut akan menjemput si pencuri. Atmosugito, 37 tahun, yang sehari-hari dikenal sebagai abdi dalem Keraton, ternyata masih segar bugar hingga kini. Padahal, dialah yang memindahkan 14 wilah lempengan logam gamelan -- dari Caosan Inggil ke rumahnya. Bahkan ia kelewat berani menjualnya kepada seorang ahli gamelan seharga Rp 40.000. Ulah Atmo baru ketahuan akhir Agustus lalu. Seperti biasa, menjelang perayaan menyambut bulan Sura, gamelan Kyai Midarsih ditengok, sebab akan ditabuh. Para abdi dalem Keraton jadi panik setelah mengetahui ada beberapa wilah gender tak ada di tempat. Punggawa istana malingnya? "Mereka itu sangat setia," kata Supono, salah seorang petugas keamanan Keraton, kepada Nanik Ismiani dari TEMPO. Pengusutan segera dilakukannya. Tak sulit. Atmo, yang ketakutan "kualat", segera menyerahkan diri kepadanya, pertengahan September lalu. Atmo ditahan. Dan awal Oktober silam ia divonis 3 bulan penjara oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta. Vonis itu ia terima tanpa rasa sesal. Atmo berusaha menutupi latar belakang tindak kriminalnya. Katanya, "Saya penasaran, ingin membuktikan apa benar kalau mencuri milik keraton itu mampus." Beberapa wilah gender itu sempat berpindah tangan. Ayah dua anak yang sudah jadi abdi dalem selama tujuh tahun itu, setelah bebas kelak tak mungkin kembali ke Keraton. Yusroni Henridewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini