Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hajatan itu ditaburi sejumlah pejabat tinggi. Ada tetua partai, anggota Dewan, sejumlah menteri dan rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Para pengusaha kondang juga tumpah di Arena Pekan Raya Jakarta, April 2007. Si empunya hajatan sumringah menyambut tetamu penting.
Malam itu, Artalyta Suryani, seorang pengusaha terkenal asal Lampung, menikahkan putra sulungnya. Berlangsung meriah dan mewah, pesta ditutup pukul 11 malam.
Di ujung acara, Artalyta melantunkan lagu Ave Maria ciptaan Johann Sebastian Bach. Suaranya melengking. Tamu-tamu terpana. ”Saya tidak menduga suara Ibu Artalyta empuk di telinga,” cerita seorang kawan dekatnya yang hadir di situ.
Ibu bertubuh mungil itu kerap kali memang mengejutkan sejumlah kawan dekat. Semula ia cuma ibu rumah tangga biasa, meneruskan usaha suami, melompat menjadi pengusaha nasional, lengket dengan petinggi politik, lalu bikin geger jagat politik nasional.
Minggu dua pekan lalu dia diringkus penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi dengan tuduhan menyuap Urip Tri Gunawan, jaksa yang menangani kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia.
Lahir di Teluk Betung Selatan, Lampung, 46 tahun silam, sang ayah memberinya nama Ayin. Dia anak kelima dari delapan bersaudara. Ayahnya seorang pemilik toko di Jalan Slamet Ryadi, sebuah kawasan yang tersohor dengan nama Gudang Kaleng. Dari situlah kedekatan dengan Sjamsul Nursalim bermula. ”Mereka tetangga dekat dengan Pak Sjamsul,” kata sumber Tempo yang dekat dengan Ayin.
Ayin merampungkan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama di Teluk Betung. Menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Palapa, Tanjungkarang, 1980.
Seorang pemuda bernama Akiong kemudian mengajaknya ke pelaminan. Dia seorang kontraktor sukses yang berkibar lewat perusahaan bernama Sonokeling. Belakangan Akiong ini lebih tersohor dengan nama barunya: Surya Dharma.
Pada 1998, Surya Dharma meninggal dunia di Singapura. Sejak ditinggal suaminya, Ayin mengambil alih kemudi usaha dan sukses. Dari sekadar kontraktor, usahanya merambah ke berbagai sektor.
Di properti dia berkibar lewat perusahaan Bukit Alam Surya. Dia mengelola reklamasi pantai Teluk Betung seluas 150 hektare. Di atas kawasan itu akan dibangun waterfront city. Di dunia hiburan dia memiliki Millennium, sebuah tempat hiburan terkenal di Lampung.
Dia juga memasuki bisnis pariwisata. Ayin adalah pemilik Lelangga Kecil, pulau wisata di Lampung. Pemandangan bawah laut pulau itu indah dan menyimpan lobster, ikan kerapu, dan aneka jenis ikan hias. Di pulau itulah Ayin kerap mengundang sejumlah jaksa dari Kejaksaan Agung beberapa bulan lalu.
Dia juga tercatat sebagai wakil komisaris utama di perusahaan properti terkenal yang berpusat di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Seorang mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia menjadi komisaris utama perusahaan itu. Perusahaan ini bergerak di bisnis perumahan elite, hotel dan gedung perkantoran.
Sejak bisnisnya mulai mencorong, Ayin memilih nama baru yaitu Artalyta Suryani. Seorang kawan dekatnya bertutur, ganti nama dilakukan karena nama lamanya kurang ”bunyi” di tingkat nasional. ”Dia perlu nama yang lebih ada kesan nasional,” kata sumber itu.
Dia juga sempat tercatat sebagai Bendahara Umum Partai Kebangkitan Bangsa. Aris Junaidi, bendahara umum partai itu, menegaskan bahwa Artalyta memang dicalonkan menggantikan Erman Suparno yang diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja. Dia menolak. ”Saya tidak mau terkotak-kotak. Teman saya ada di banyak partai,” kata Aris mengutip alasan Artalyta.
Walau kian berkibar, Ayin tidak lupa dengan para tetangga di Gudang Kaleng. Karena gemar menolong, orang di sana menyebutnya dengan panggilan Bunda.
Sumber yang dekat dengan Nursalim menuturkan, lantaran pernah bertetangga di Lampung, kalau datang ke Jakarta, Artalyta kerap menginap di rumah Sjamsul Nursalim di Simprug.
Setelah Sjamsul menetap di Singapura, lanjut sumber itu, rumah itu cuma ditempati para pembantu, tukang kebun, satpam, dan sopir. Karena harus ada yang mengontrol rumah, ”Maka Ibu Artalyta menjadi ibu rumah sementara.” Di rumah itulah dia dicokok, Minggu dua pekan lalu.
Otto Cornelis Kaligis, kuasa hukum Artalyta, membantah keras kalau kliennya demikian perkasa. ”Dia itu cuma ibu rumah tangga biasa. Tuduhan menyuap itu sama sekali tidak benar,” katanya.
Andi Mallarangeng, juru bicara Presiden, mengaku tidak tahu apakah Presiden Yudhoyono hadir dalam acara pernikahan di Kemayoran itu. ”Kalau masalah pernikahan saya tidak tahu acara siapa saja yang dihadiri. Lagi pula waktunya sudah lama,” kata Andi.
Wenseslaus Manggut, Anton Septian dan Nucrohman Arrazie (Lampung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo