NYONYA Omi, yang baru saja terlelap malam itu, mendadak terjaga. Separuh sadar ia mendengar keributan di kandang kerbaunya. Janda kaya beranak empat itu buru-buru turun dari pembaringan. Maklum, belakangan ini Desa Bantarsari, Sukabumi, Jawa Barat, sering disatroni kawanan pencuri kerbau. Jangan-jangan, kerbaunya sendiri digondol maling. Benar. Di kegelapan malam itu, tiga sosok tubuh tampak mengendap-endap di kandang kerbau. Gerak-geriknya sangat mencurigakan. Nyi Omi kontan pasang kuda-kuda, siap berteriak sekuat-kuatnya. Tapi, "Jangan berteriak. Ini mah bapak, bukan maling," kata sebuah suara yang tak asing lagi. Nyi Omi sempat kaget. Suara itu dikenalnya. Dan ketika ia mendekati tubuh-tubuh di kegelapan itu sambil membawa lampu tempel, astaga. Mereka adalah Pak Baden, Kepala Desa Bantarsari, bersama dua kepala dusun. Untuk apa mereka itu mengendap-endap? Apa mungkin Pak Kepala Desa mencuri kerbau milik warganya? Nyi Omi penasaran dan mulai mengusut. "Ampun, Nyi Omi. Saya mah bukan mau mahng kerbau, tapi cuma mencari obat asma untuk si Budin," kata Baden. Nyi Omi, 50 tahun, tak mudah percaya, walau terhadap kepala desanya sendiri. Perempuan ini tak mau memberi ampun. Kasus itu diadukannya ke polisi. Kejadian di akhir Mei lalu itu tak berbuntut panjang. Setelah laporan Nyi Omi diproses kepolisian, perkara ini dianggap selesai begitu saja. Karena memang Baden tak terbukti melakukan tindak kejahatan. Kepada Hasan Syukur dari TEMPO, Kepala Desa Bantarsari itu menceritakan terus terang, tak ada niat untuk mencuri kerbau. Langkah-langkah di tengah malam itu bermula dari anak dan keponakannya yang menderita asma. Sudah dibawa berobat ke mana-mana tak kunjung sembuh. Enam bulan lalu Baden bertemu dengan seorang tua di sebuah kerldaraan. Orang yang kelihatanya "berilmu" itu menyarankan supaya Baden mengobati anaknya dengan ulat tanah. Kalau juga tak sembuh-sembuh, berikan air perasan celana dalam wanita. Jika penyakit itu masih bandel juga, cekokin si sakit dengan arang bulu ekor anak kerbau bule. Arang bulu ini mencarinya dengan syarat, tidak boleh sembarangan. Saran pertama sudah dicoba. Gagal. Saran kedua, eh, manjur. Asma yang selama ini diderita anaknya telah raib. Dari mana dapat celana dalam? "Mudah. Celana dalam ibunya saja, yang dimasukkan ke air lalu saya peras dan airnya diminumkan," cerita Baden. Sialnya, yang sembuh cuma anak Pak Kepala Desa. Keponakannya yang juga kena asma tak kunjung membaik. Untuk keponakan inilah ditempuh saran nomor tiga yang diberikan orang tua berilmu tadi. "Dan arang bulu itu harus dicari pada tengah malam dan tidak boleh ketahuan pemilik kerbau," kata Baden. Di Desa Bantarsari satu-satunya kerbau yang menyimpan obat asma itu adalah milik Nyi Omi. Itu hasil penyelidikan Baden siang harinya, tentu. Nah, seperti yang sudah disebut, usaha Pak Kepala Desa itu, walau dikawal dua kepala dusun, tak membuahkan hasil. Malah mencelakakan. Tapi Baden mengaku masih beruntung. "Syukur, malam itu Nyi Omi tidak membawa pentungan. Kalau dia mementung saya, Nyi Omi tak bisa disalahkan," katanya. "Memang begitu aturannya. Saya sudah menginstruksikan, kalau ada orang yang mencurigakan malam-malam di kandang ternak, harap langsung dipentung." Akan halnya Nyi Omi memperkarakan dirinya ke polisi, Baden juga menyebut "Memang begitu saya anjurkan kepada warga, semua persoalan diselesaikan secara hukum." Ya, kalau mau disebut senjata makan tuan, boleh-boleh saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini