Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Burung dalam botol

Martoyo setiap sore singgah di warung ny. kasminah, janda kembang desa tambakreja, cilacap. istrinya, ny. pariyah, cemburu. bersama tetangganya, wartiyem, ia memasukkan buah zakar martoyo ke dalam botol.

8 April 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERMULA dari kebiasaan Martoyo, yang saban sore selalu nongkrong di warung Nyonya Kasminah, janda kembang di Desa Tambakreja, Cilacap, di Jawa Tengah. Kalau sudah Martoyo mejeng di warung, ia lupa segalanya, termasuk istrinya sendiri, Nyonya Pariyah. "Untuk membeli dua batang rokok saja, kok lama sekali. Dan lagi, uang Rp 500 habis begitu saja," kata Pariyah mengeluh. Setelah melakukan investigasi, akhirnya Pariyah yakin betul, suaminya ada niat menyeleweng. Martoyo betah minum kopi di sana bukan karena kopinya enak. Apalagi, "Saya pernah melihat suami saya mencubit lengan Kasminah," kata Nyonya Pariyah. "Biar sudah tua, hati saya panas juga," tambah perempuan berusia 51 tahun itu. Maka, Pariyah pun membuat perhitungan, bekerja sama dengan Nyonya Wartiyem, tetangganya yang lebih muda usianya. Suatu malam di awal Maret lalu, ketika suaminya sedang tidur nyenyak, diam-diam Nyonya Pariyah membawa sebotol bir yang sudah dipotong ujungnya. Kemudian mengikat kaki dan tangan Murtoyo dengan tali yang sudah disiapkan. Dan puncak "burung" laki-laki itu dimasukkan ke dalam botol. Itu mudah dilakukan karena "burung" itu lagi tidur. Dalam keadaan seperti itulah Martoyo dibangunkan. Semula lelaki itu kaget karena tangan dan kakinya terikat, tak bisa digerakkan. Kemudian Martoyo lebih kaget lagi ketika melihat Wartiyem masuk ke dalam kamarnya, dan wanita yang ditinggal suaminya ke Jakarta ini mencopoti pakaiannya satu per satu hingga tinggal BH dan celana dalam. Melihat itu, logikanya, "burung' Murtoyo bangun. Nah, perhitungan Pariyah tak meleset. Lelaki itu pun menjerit-jerit minta tolong karena sangkar botol menjadi terlalu sempit. Jeritan Martoyo membangunkan beberapa warga desa. Mereka segera menyerbu ke rumah itu. Namun, buru-buru dihalangi Nyonya Pariyah. "Tidak ada apa-apa. Suami saya hanya mengigau," ujarnya. Penderitaan Martoyo baru berakhir setelah ia berjanji tak lagi bermain mata denga si janda kembang. "Padahal, selama di warung saya tidak berbuat apa-apa ujar bapak enam anak dan sembilan cucu ini. "Paling-paling hanya pegang-pegang tangan dan guyonan saja. Tapi sekarang saya kapok," tambahnya. Tak diceritakan bagaimana melepas "burung" dari botol itu. Slamet Subagyo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus