Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cak Koco, Antara Kota & Konco

Walikota surabaya kolonel sukoco merehabilitasi kotanya akibat politik sentralisasi sukarno, dipusingkan urbanisasi musiman. dianggap tidak tegas dalam menentukan izin perjudian.

26 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA djembatan penjeberangan melintang diatas djalan Kaliasin, Surabaja. Djuga ada kampung baru seluas 30 ha sebagai tempat penampungan 4000 djiwa manusia dengan 800 bangunan jang memenuhi segala sjarat. Nama kampung itu Dukung Kupang. Tahun depan akan diselesaikan pula kampung baru "Kerta djaja" diatas areal 175 ha, dan harganja tentu lebih mahal dari kampung disebut pertama jang menelan hanja Rp 35 djuta. Melihat ini semua bagaimana orang bisa mengatakan bahwa Tjak Kotjo, atau lengkapnja Kolonel Sukotjo, walikota Surabaja itu "tidak membangun tapi hanja melakukan rehabilitasi?" Dibanding keadaan 3 tahun sebelumnja, Surabaja sudah mendjadi lebih baik. Setidak-tidaknja kota mendjadi lebih bersemangat dalam banjak hal, terutama dalam perdagangan. Disamping itu ada pula kesibukan memikirkan hari lahir kota. Kendati usia resmi Surabaja disebutkan 65 tahun, tapi banjak orang merasa tidak enak hati karena Mpu Prapanca dalam Negarakertagama menuturkan: "Apabila radja berada didaerah Djanggala, senantiasa ia tinggal di Surabaja, darimana kemudian a melandjutkan perdjalanan ..." Kalimat jang mengguntjangkan ini terdapat dalam Ngara Kertagama kidungke-17 pupuh kelima baris terachir. Ialau diperturutkan keterangan Prapanca, bisa-bisa Surabaja mendjadi lebih tua 5 abad dari umurnja jang sekarang. Timbullah berbagai keraguan tentang umur Surabaja hingga Tjak Kotjo merasa perlu mengandjurkan kepada masjarakat untuk menjelidiki dan menulis sedjarah lahirnja kota pahlawan jang sekarang berdjuang untuk mendjadi kota raya itu. Buruh musiman. Bekas Komandan KMKB (komando militer kota besar) Surabaja jang mendjadi walikota sedjak tahun '66 mengatakan "saja diwarisi kehantjuran kota akibat politik sentralisasi Sukarno". Karena itu pula sebagian besar budget kota tertumpah pada rehabilitasi dan menurut perhitungan jang dibuatnja, Sukotjo berani menetapkan bahwa sampai tahun '73 kemampuan Surabaja dapat dirumuskan sebagai berikut: potensi pentjegahan bandjir hanja 30%, prasarana 50%, penjediaan tanah 74%, perumahan 50% dan fasilitas umum 40%. Sementara prasarana dan fasilitas kota terbatas, djumlah penduduk djustru tidak terbatas. Penduduk Surabaja bertambah 4% setiap tahun dan djumlahnja jang tetap hingga sekarang berkisar antara 1,5 djuta djiwa. Dikatakan djumlah tetap, karena pada musim patjeklik penduduk Surabaja bisa mendadak bertambah banjak sedang pada musim panen serentak menjusut kembali. Sudah djadi tradisi rupanja kalau patjcklik melanda desa, maka mengalirlah orang-orang dari Lamongan, Madura, Djomhang dan daerah-daerah sekitar ke Sura baja. Satu arus urbanisasi jang besar bisa membuat Surabaja membengkak dengan 2,2 djuta penduduk. Dikota ini mereka pegang pekerdjaan apa sadja jang terpegang dan biasa diberi djulukan "buruh musiman" karena setiap musim panen mereka terhisap kembali kedesa-desa. Urbanisasi musiman jang ditimbul-kannja telah menambah pusing kepala Sukotjo jang sudah tjukup berdenjut-denjut hanja karena masalah kepadatan penduduk dengan beberapa slam area alias daerah miskin jang konon lebih berdjubel dari Djakarta. Tersangkut. Tapi kelihatannja ia tenang-tenang sadja, bahkan sebagian bcsar orang mengatakan bahwa ia terlalu tenang. Mungkin dugaan ini tidak persis, karena lebih tepat kiranja kalau dikatakan bahwa Tjak Kotjo sangat berhati-hati. Budget kota jang dipertjajakan padanja mendjadi sedikit gembung dengan suntikan Rp 40 djuta tiap bulan dari upeti jang dipersembahkan oleh casino dan beberapa jackpot. Sumber rezeki ini ditambah lagi dengan Rp. 400.000 berupa padjak jang ditarik dari 6 nite club. Kalau berhasrat pada djumlah jang lebih besar, tentulah bisa karena masih ada lagi orang jang berniat mendirikan tempat senang-senang seperti itu. Hanja Sukotjo sampai sekarang belum djuga mengeluarkan izin, tapi djuga belum mengatakan tidak. Penolakan pertama ditudjukannja kepada Usaha perdjudian Kim jang walaupun sudah mendjandjikan upeti sekian % tapi toh tidak mendapatkan lampu hidjau. Untuk penolakannja, walikota itu tentu punja alasan sendiri karena diam-diam ia berusaha menekan casino agar mempersembahkan Rp 40 djuta (hal tidak Rp 35 djuta seperti jang terdjadi selama ini. Sudah 7 bulan ia merintis kenaikan Rp 5 djuta itu tapi sampai sekarang masih terkatung-katung. Mengapa? Menurut jang empunja tjerita persoalan ini bukan tersangkut dicasino jang boleh dikatakan tidak "berdaja" tapi tersangkut di Pangdam VIII Brawidjaja. Bagaimana bisa? Bukankah seorang walikota adalah penguasa tunggal diwilajahnja? Ternjata bukan. Ardjuna Sebelum mengambil keputusan jang menentukan terutama dalam soal uang, sang kolonel harus lebih dulu bertepaselira dengan 7 panglima ABRI (4 daripadanja adalah tokoh-tokoh AL jaitu Pangdaeral, Pangkowiltim, Pangkoarsam dan Pangkowasmar). Untuk mengintensifkan pemasukan padjak tontonan dari 27 bioskop jang 24 diataranja berada dibawah lindungan Usdikari (Usaha Berdikari ABRI), walikota jang pernah melanglangbuana dalam pasukan Garuda di Congo, hampir sadja mengalami kegagalan. Walaupun begitu target padjak tontonan sebesar Rp 11 djuta belum pernah ter-tjapai. Terlalu pahit agaknja berada dalam kondisi begini, namun Sukotjo telah melakukan sesuatu. Konon pada pertengahan tahun '69 ia telah menjegel bioskop Ardjuna, satu bioskop terbesar jang tidak bersedia bajar padjak. Akibat perbuatan Tjak Kotjo jang nekad ini, fihak Kodim Surabaja mengirimkan beberapa truk pasukan bersendjata kealamat pemerintah daerah. Apa jang terdjadi? Untunglah bukan pertumpahan darah. Sukotjo kali ini keluar sebagai pemenang. Ardjuna melunasi padjaknja dan Sukotjo mentjabut segel atas bioskop itu Porsi & rezeki. Dengan bukti njata seperti diatas masih ada orang sipil berkata: "Pak Kotjo tidak tegas, organisasi pemerintah daerah selalu katjau-balau". Memang segalanja tidak bisa berdjalan lurus atau mulus seperti peristiwa Ardjuna. Peristiwa-peristiwa lain jang mendjadi buah bibir dikalangan tertentu, telah membuat sebagian dari mereka disergap perasaan tidak sabar. Begitu tidak sabar hingga ada jang mentjetus: "Semangat pembangunan makin tahun makin merosot". Mungkin jang dimaksudkan adalah kenjataan bahwa Surabaja jang punja kemampuan besar untuk membangun telah tidak memanfaatkan kemampuan itu. Ini terutama disebabkan oleh beberapa pihak jang menganggap kota pahlawan itu-sebagai satu porsi kue jang diperebutkan beramai-ramai. Setiap usaha inkonvensionil berarti membagi-redjeki jang tidak konven-sionil pula, begitu pendapat Atjin Yassien, koresponden TEMPO jang membuat laporan dari sana. Beberapa tjontoh soal dideretkan Lotto Surya jang pernah berdjalan hampir setahun tjuma menghasil-kan 6 SD dan 15 lokal sekolah. "Bila ditaksir sekitar Rp 20 djuta", kata kepala humas Drs. Ali Prajitno. Kalau diingat pendapatan lotto itu setiap bulannja Rp 20 juta, maka kemana lari uang jang selebihnja? Sementara itu seorang anggota BPH (Badan Pemerintah Harian) dikabarkan bersekutu dengan pemborong Plaza Theatre, jang mengakibatkan gedung mewah itu hampir tahun tidak mendapat izin untuk dibuka. Lalu seorang anggota DPRD telah "ada main" dalam pembangunan pasar Turi. Perombakan wilajah Kembang Djepun mengalami banjak hambatan antara lain karena pengusaha jang kehilangan sebagian bangunannja karena pelebaran djalan telah berusaha menggagalkan perombakan itu. Dan banjak lagi jang lebih parah dari ini. Untuk menghentikan berbagai keparahan itu mungkin Tjak Kotjo harus memberikan beberapa peladjaran lagi sematjam jang telah ditondjolkannja dalam peristiwa bioskop Ardjuna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus