Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Setelah sukses merancang jembatan lengkung bentang panjang untuk kereta ringan atau LRT di kawasan Kuningan Jakarta, kesibukan Arvilla Delitriana belum surut. Rencananya masih banyak untuk membangun jembatan tol. “Yang ikonik mungkin agak berkurang karena mengejar infrastruktur yang lebih fungsional,” katanya awal Desember 2019 di Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Walau begitu, Dina, panggilan akrabnya, membatasi jumlah proyek. Maksimal lima jembatan dalam satu kurun waktu hingga pembangunannya tuntas. “Bukan apa-apa saya takut mengecewakan. Waktu saya kadang Senin sudah Senin lagi,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia memilih berkantor di Bandung bersama ahli jembatan Jodi Firmansyah yang dianggapnya sebagai guru sekaligus orang tua keduanya. Dari Senin sampai Jumat dia bekerja. “Bagi waktu dengan keluarga Sabtu dan Minggu di rumah,” kata perancang jembatan berusia 49 tahun itu.
Hari Senin biasanya dia berkantor di Bandung. Hari berikutnya selama 3-4 hari keliling ke lokasi proyek jembatan di berbagai kota. Sejauh ini Dina tidak merasa jenuh atau lelah karena ritme kerjanya berbeda-beda. “Mikir kulinernya apa di sana, ketemuan teman anak ITB kan nyebar ya, itu yang membuat saya tidak pernah bosan,” ujarnya.
Selulus S2 Geoteknik ITB pada 2003, perempuan kelahiran Tebing Tinggi, 23 April 1970 ini sempat menjadi asisten dosen di sebuah kampus swasta di Bandung. Namun karena susah membagi waktu antara bekerja merancang jembatan dan keluarga, ia melepas profesi mengajar agar tidak keteteran.
Rencananya, sarjana teknik sipil ITB angkatan 1989 akan melanjutkan studi S3 setelah anaknya besar. “Anak-anak sekarang masih SMP masih perlu banyak perhatian,” kata dia.
Dia hobi traveling. Kerap kali dia membawa keluarganya berlibur dan biasanya mereka memilih menyelam di pulau-pulau kecil.